Bahan Pemahaman Alkitab
Firman Allah
Neh. 8:1-11; Mzm. 19:2-15; I Kor. 12:12-31; Luk. 4:14-21
Pengantar
Posisi firman Allah dalam setiap agama begitu sentral. Di manakah keunikan posisi firman Allah dalam kehidupan jemaat Kristen? Apakah posisi firman Allah sama seperti konsep agama-agama pada umumnya? Yang jelas dalam penghayatan iman Kristen, makna firman Allah bukan sekedar suatu peraturan atau hukum-hukum ilahi yang diwahyukan dalam kehidupan manusia.
Teologi reformatoris pada hakikatnya mengimani 3 aspek Firman Allah, yaitu: Firman Allah Yang Hidup, Firman yang tertulis dan Firman yang diberitakan. Kedudukan Firman Allah yang hidup tentu lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan Firman yang tertulis yaitu Alkitab dan Firman yang diberitakan yaitu Khotbah. Sebab Firman Allah Yang Hidup adalah Tuhan Yesus Kristus. Yoh. 1:14 menyatakan: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Yesus Kristus adalah inkarnasi sang Firman Allah, yang mana Firman Allah itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Dengan demikian Alkitab menjadi firman Allah dan khotbah menjadi firman yang diberitakan karena secara substansial menyaksikan Kristus yang adalah Firman Allah Yang Hidup. Jadi seandainya Alkitab atau khotbah tidak menyaksikan atau memberitakan tentang Kristus dan karya keselamatan-Nya maka iman Kristen tidak akan menempatkan Alkitab sebagai Firman Allah yang tertulis dan Khotbah sebagai Firman Allah yang diberitakan. Ketiga aspek Firman Allah tersebut menyatu dan saling melengkapi agar berita atau kesaksian-Nya dapat hadir dan dipahami dalam kehidupan umat manusia. Lebih dari pada itu ketiga aspek Firman Allah tersebut menghadirkan keselamatan dan daya hidup yang kreatif serta transformatif, sehingga umat manusia dapat hidup benar sebagai anak-anak Allah. Yang mana seluruh umat haruslah senantiasa terarah atau berpusat kepada Kristus, sang Firman Hidup.
Interaksi Dengan Firman Tuhan
Pondasi utama dari tujuan hidup umat yang terarah kepada Tuhan Yesus adalah karena hanya di dalam Dia tersedia kehidupan kekal. Yoh. 1:4 menyaksikan tentang kedirian Kristus, yaitu: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”. Dengan demikian sumber kehidupan setiap mahluk dan manusia adalah Yesus Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan diberitakan dalam khotbah. Jadi jelaslah bahwa umat perlu menghayati firman Allah yang disaksikan oleh Alkitab agar mereka dapat memahami lebih mendalam dan personal diri Kristus selaku Tuhan dan Juru-selamat. Umat harus merenungkan firman Tuhan sepanjang hidupnya bilamana mereka ingin bertumbuh dan memperoleh keselamatan yang kekal. Untuk itu setiap umat wajib memiliki disiplin rohani dan sikap yang konsisten dalam membaca dan merenungkan Alkitab. Namun sayangnya, umat sering enggan membaca dan merenungkan Alkitab secara langsung. Mereka lebih suka mendengarkan khotbah yang menyenangkan hati, menghibur dan lucu. Bahkan kini umat jarang mau membaca Alkitab secara langsung. Sehingga saat ke gereja mereka sengaja tidak membawa Alkitab, sebab di beberapa gereja telah disediakan teks ayat Alkitab yang telah difoto-copy atau ditayangkan dalam multi-media. Baru saat penyampaian khotbah mereka memberi respon. Bila penyampaian khotbah menarik dan menyenangkan hati, mereka menganggap telah memperoleh firman. Tetapi bila penyampaian khotbah kurang menarik, monoton atau isi cukup sulit dipahami; maka mereka segera tertidur dan menganggap tidak memperoleh firman. Fenomena ini menunjukkan 2 hal yang sangat memprihatinkan, yaitu: lemahnya relasi personal umat dengan Kristus selaku Firman Allah yang hidup, dan minimnya minat anggota jemaat untuk mendalami isi Alkitab secara mandiri. Sehingga khotbah sering dijadikan ukuran yang paling menentukan dalam pertumbuhan spiritualitas umat. Padahal khotbah atau firman yang diberitakan hanyalah satu bagian dari hakikat Firman Allah.
Jadi kerinduan hati umat untuk memperoleh pemahaman firman Tuhan melalui isi khotbah tidak boleh meniadakan relasi yang personal dan mendalam dengan Kristus. Selain itu kedudukan khotbah tidak boleh melemahkan disiplin rohani dan kerinduan umat untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat Alkitab secara kontinyu atau teratur. Demikian pula sebaliknya! Umat tidak boleh hanya menganggap hubungan Kristus secara personal sebagai satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran dan kehendak Allah, tetapi kenyataannya mereka mengabaikan pembacaan dan penggalian isi Alkitab secara benar. Penemuan Kristus yang demikian hanya akan menghasilkan gambaran diri Kristus yang subyektif dan ilusif. Sebab mereka hanya mereka-reka gambaran diri Kristus menurut kemauan dan keinginannya sendiri. Jati-diri Kristus yang benar adalah Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan diteguhkan melalui pemberitaan firman dalam ibadah. Saat umat meletakkan hidup mereka kepada Kristus dan memahami firman-Nya, maka Roh Kudus akan memberi pengertian yang benar tentang kehendak dan kebenaran Kristus. Jadi bilamana umat hanya memperhatikan salah satu aspek dari eksistensi Firman, maka mereka tidak akan mampu untuk menjadi pelaku firman yang membebaskan. Pelaku firman yang membebaskan adalah bilamana mereka sungguh-sungguh mengasihi dan mempermuliakan Kristus selaku Firman yang hidup dengan sikap yang selalu mendengar dan mempelajari Alkitab (firman yang tertulis) dan sikap responsif saat mereka mendengar firman yang diberitakan melalui khotbah. Dengan demikian pusat hidup umat percaya adalah Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan diberitakan oleh gereja.
Dipenuhi oleh Roh
Saat Tuhan Yesus pergi ke sinagoge di Nazaret tempat Dia dibesarkan, Dia diberi bacaan dari Yes. 61:1-2 yang menyatakan: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19). Namun setelah pembacaan Alkitab tersebut, dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan bahwa ayat tersebut telah tergenapi di dalam Dia (Luk. 4:21). Dengan demikian nubuat Yes. 61:1-2 tersebut secara esensial menunjuk kepada diri Kristus. Ayat-ayat tekstual dari kitab nabi Yesaya yang telah dinubuatkan 6-7 abad sebelumnya kini telah hadir secara eksistensial dalam diri Kristus. Singkatnya ayat-ayat tekstual dari kitab nabi Yesaya ditempatkan dalam konteks riel kehidupan Tuhan Yesus Kristus. Yang mana seluruh kehidupan Yesus dipenuhi oleh roh Tuhan yang mengurapi Dia selaku Mesias Allah. Sehingga hanya Kristus yang terbukti telah diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar baik, memberitakan pembebasan, memberi penglihatan, membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan. Di dalam diri Kristus, ayat-ayat tekstual tersebut telah terwujud menjadi seorang pribadi yang secara efektif berperan sebagai pembebas dan penyelamat Allah. Sehingga saat hidup kita dipertalikan dalam relasi kasih dan iman kepada Kristus, kita dimampukan untuk dilengkapi oleh Roh Kudus dalam menghayati setiap ayat Alkitab. Pola spiritualitas yang demikian akan memampukan kita untuk memperoleh perspektif iman yang baru, hidup, dinamis dan transformatif. Sebab kita tidak lagi hanya mampu menjadi pendengar dan penelaah firman yang baik, tetapi juga mampu menjadi pelaku firman yang membebaskan.
Pertanyaan untuk diskusi.
1.Dalam kitab Mazmur 19 disebutkan ada dua hal yang menyaksikan Allah. Sebutkan dua hal tersebut? Dan bagaimana kedua hal tersebut bersaksi tentang Allah?
2.Setelah peristiwa Pembuangan dan bangsa Israel kembali ke tanah Palestina, mereka begitu antusias/semangat dalam mendengarkan Taurat Tuhan( Nehemia 8:1-11). Mengapa demikian?
3.Bilamana setiap anggota tubuh dapat berperan dalam fungsi dan perannya masing-masing maka Tubuh Kristus akan rapi tersusun dan sempurna (I Kor 12:12-31). Bagaimana hal itu bisa terjadi dalam hidup jemaat? Upaya apa yang harus kita kerjakan?
4.Bagaimana supaya setiap Firman yang kita dengarkan dan kita baca dapat hidup dalam kehidupan kita (Lukas 4)? Apa saja yang perlu kita lakukan untuk itu?
Neh. 8:1-11; Mzm. 19:2-15; I Kor. 12:12-31; Luk. 4:14-21
Pengantar
Posisi firman Allah dalam setiap agama begitu sentral. Di manakah keunikan posisi firman Allah dalam kehidupan jemaat Kristen? Apakah posisi firman Allah sama seperti konsep agama-agama pada umumnya? Yang jelas dalam penghayatan iman Kristen, makna firman Allah bukan sekedar suatu peraturan atau hukum-hukum ilahi yang diwahyukan dalam kehidupan manusia.
Teologi reformatoris pada hakikatnya mengimani 3 aspek Firman Allah, yaitu: Firman Allah Yang Hidup, Firman yang tertulis dan Firman yang diberitakan. Kedudukan Firman Allah yang hidup tentu lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan Firman yang tertulis yaitu Alkitab dan Firman yang diberitakan yaitu Khotbah. Sebab Firman Allah Yang Hidup adalah Tuhan Yesus Kristus. Yoh. 1:14 menyatakan: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Yesus Kristus adalah inkarnasi sang Firman Allah, yang mana Firman Allah itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Dengan demikian Alkitab menjadi firman Allah dan khotbah menjadi firman yang diberitakan karena secara substansial menyaksikan Kristus yang adalah Firman Allah Yang Hidup. Jadi seandainya Alkitab atau khotbah tidak menyaksikan atau memberitakan tentang Kristus dan karya keselamatan-Nya maka iman Kristen tidak akan menempatkan Alkitab sebagai Firman Allah yang tertulis dan Khotbah sebagai Firman Allah yang diberitakan. Ketiga aspek Firman Allah tersebut menyatu dan saling melengkapi agar berita atau kesaksian-Nya dapat hadir dan dipahami dalam kehidupan umat manusia. Lebih dari pada itu ketiga aspek Firman Allah tersebut menghadirkan keselamatan dan daya hidup yang kreatif serta transformatif, sehingga umat manusia dapat hidup benar sebagai anak-anak Allah. Yang mana seluruh umat haruslah senantiasa terarah atau berpusat kepada Kristus, sang Firman Hidup.
Interaksi Dengan Firman Tuhan
Pondasi utama dari tujuan hidup umat yang terarah kepada Tuhan Yesus adalah karena hanya di dalam Dia tersedia kehidupan kekal. Yoh. 1:4 menyaksikan tentang kedirian Kristus, yaitu: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”. Dengan demikian sumber kehidupan setiap mahluk dan manusia adalah Yesus Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan diberitakan dalam khotbah. Jadi jelaslah bahwa umat perlu menghayati firman Allah yang disaksikan oleh Alkitab agar mereka dapat memahami lebih mendalam dan personal diri Kristus selaku Tuhan dan Juru-selamat. Umat harus merenungkan firman Tuhan sepanjang hidupnya bilamana mereka ingin bertumbuh dan memperoleh keselamatan yang kekal. Untuk itu setiap umat wajib memiliki disiplin rohani dan sikap yang konsisten dalam membaca dan merenungkan Alkitab. Namun sayangnya, umat sering enggan membaca dan merenungkan Alkitab secara langsung. Mereka lebih suka mendengarkan khotbah yang menyenangkan hati, menghibur dan lucu. Bahkan kini umat jarang mau membaca Alkitab secara langsung. Sehingga saat ke gereja mereka sengaja tidak membawa Alkitab, sebab di beberapa gereja telah disediakan teks ayat Alkitab yang telah difoto-copy atau ditayangkan dalam multi-media. Baru saat penyampaian khotbah mereka memberi respon. Bila penyampaian khotbah menarik dan menyenangkan hati, mereka menganggap telah memperoleh firman. Tetapi bila penyampaian khotbah kurang menarik, monoton atau isi cukup sulit dipahami; maka mereka segera tertidur dan menganggap tidak memperoleh firman. Fenomena ini menunjukkan 2 hal yang sangat memprihatinkan, yaitu: lemahnya relasi personal umat dengan Kristus selaku Firman Allah yang hidup, dan minimnya minat anggota jemaat untuk mendalami isi Alkitab secara mandiri. Sehingga khotbah sering dijadikan ukuran yang paling menentukan dalam pertumbuhan spiritualitas umat. Padahal khotbah atau firman yang diberitakan hanyalah satu bagian dari hakikat Firman Allah.
Jadi kerinduan hati umat untuk memperoleh pemahaman firman Tuhan melalui isi khotbah tidak boleh meniadakan relasi yang personal dan mendalam dengan Kristus. Selain itu kedudukan khotbah tidak boleh melemahkan disiplin rohani dan kerinduan umat untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat Alkitab secara kontinyu atau teratur. Demikian pula sebaliknya! Umat tidak boleh hanya menganggap hubungan Kristus secara personal sebagai satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran dan kehendak Allah, tetapi kenyataannya mereka mengabaikan pembacaan dan penggalian isi Alkitab secara benar. Penemuan Kristus yang demikian hanya akan menghasilkan gambaran diri Kristus yang subyektif dan ilusif. Sebab mereka hanya mereka-reka gambaran diri Kristus menurut kemauan dan keinginannya sendiri. Jati-diri Kristus yang benar adalah Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan diteguhkan melalui pemberitaan firman dalam ibadah. Saat umat meletakkan hidup mereka kepada Kristus dan memahami firman-Nya, maka Roh Kudus akan memberi pengertian yang benar tentang kehendak dan kebenaran Kristus. Jadi bilamana umat hanya memperhatikan salah satu aspek dari eksistensi Firman, maka mereka tidak akan mampu untuk menjadi pelaku firman yang membebaskan. Pelaku firman yang membebaskan adalah bilamana mereka sungguh-sungguh mengasihi dan mempermuliakan Kristus selaku Firman yang hidup dengan sikap yang selalu mendengar dan mempelajari Alkitab (firman yang tertulis) dan sikap responsif saat mereka mendengar firman yang diberitakan melalui khotbah. Dengan demikian pusat hidup umat percaya adalah Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan diberitakan oleh gereja.
Dipenuhi oleh Roh
Saat Tuhan Yesus pergi ke sinagoge di Nazaret tempat Dia dibesarkan, Dia diberi bacaan dari Yes. 61:1-2 yang menyatakan: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19). Namun setelah pembacaan Alkitab tersebut, dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan bahwa ayat tersebut telah tergenapi di dalam Dia (Luk. 4:21). Dengan demikian nubuat Yes. 61:1-2 tersebut secara esensial menunjuk kepada diri Kristus. Ayat-ayat tekstual dari kitab nabi Yesaya yang telah dinubuatkan 6-7 abad sebelumnya kini telah hadir secara eksistensial dalam diri Kristus. Singkatnya ayat-ayat tekstual dari kitab nabi Yesaya ditempatkan dalam konteks riel kehidupan Tuhan Yesus Kristus. Yang mana seluruh kehidupan Yesus dipenuhi oleh roh Tuhan yang mengurapi Dia selaku Mesias Allah. Sehingga hanya Kristus yang terbukti telah diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar baik, memberitakan pembebasan, memberi penglihatan, membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan. Di dalam diri Kristus, ayat-ayat tekstual tersebut telah terwujud menjadi seorang pribadi yang secara efektif berperan sebagai pembebas dan penyelamat Allah. Sehingga saat hidup kita dipertalikan dalam relasi kasih dan iman kepada Kristus, kita dimampukan untuk dilengkapi oleh Roh Kudus dalam menghayati setiap ayat Alkitab. Pola spiritualitas yang demikian akan memampukan kita untuk memperoleh perspektif iman yang baru, hidup, dinamis dan transformatif. Sebab kita tidak lagi hanya mampu menjadi pendengar dan penelaah firman yang baik, tetapi juga mampu menjadi pelaku firman yang membebaskan.
Pertanyaan untuk diskusi.
1.Dalam kitab Mazmur 19 disebutkan ada dua hal yang menyaksikan Allah. Sebutkan dua hal tersebut? Dan bagaimana kedua hal tersebut bersaksi tentang Allah?
2.Setelah peristiwa Pembuangan dan bangsa Israel kembali ke tanah Palestina, mereka begitu antusias/semangat dalam mendengarkan Taurat Tuhan( Nehemia 8:1-11). Mengapa demikian?
3.Bilamana setiap anggota tubuh dapat berperan dalam fungsi dan perannya masing-masing maka Tubuh Kristus akan rapi tersusun dan sempurna (I Kor 12:12-31). Bagaimana hal itu bisa terjadi dalam hidup jemaat? Upaya apa yang harus kita kerjakan?
4.Bagaimana supaya setiap Firman yang kita dengarkan dan kita baca dapat hidup dalam kehidupan kita (Lukas 4)? Apa saja yang perlu kita lakukan untuk itu?