Bahan Pemahaman Alkitab PWJ GKJ Ambarawa
Bahan pemahaman Alkitab
PWJ GKJ Ambarawa
"Banyak yang
dipanggil tetapi sedikit yang dipilih."
Bacaan: Mat 22:1-14
"Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka:
"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah
diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia
menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang
diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan
ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke
perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak
mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya,
dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka
murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh
itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya:
Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak
layak untuk itu.Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan
undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka
pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di
jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan
perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan
tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata
kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan
pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada
hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam
kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Mat 22:1-14), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan ada catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Dari data jumlah warga gereja GKJ Ambarawa yang ada semuanya dipanggil
untuk dapat terpilih dalam melayani kehidupan gereja. Memang banyak yang
berminat, namun akhirnya hanya sedikit yang terpilih. Dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya generasi muda dalam memilih pacar atau calon
suami/isteri, kiranya juga banyak pilihan, namun akhirnya harus memilih satu
yang dianggap cocok dan terbaik. Demikian juga sering banyak pelamar kerja
namun hanya beberapa saja yang akhirnya terpilih sebagai pekerja. Mereka yang
terpilih dinilai layak dan pantas, dan kiranya kita semua juga mendambakan
'terpilih', yaitu terpilih menjadi orang baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur alias orang yang sungguh dikasihi Allah maupun sesamanya. Maka marilah
sebagai orang beriman kita berlomba untuk menjadi 'yang terpilih dan terkasih'.
Sebenarnya masing-masing dari kita adalah 'yang terpilih dan terkasih':
bukankah ada jutaan sperma berebut satu 'telor' dan hanya satu yang menang dan
terpilih, dan siapa dia kalau bukan kita masing-masing ini. Dengan demikian selayaknya
kita semua berusaha menjadi 'yang terpilih dan terkasih', dan untuk itu marilah
kita senantiasa berusaha hidup dan bertindak sedemikian rupa sehingga dikasihi
oleh Allah maupun sesama kita. Hendaknya dalam keadaan apapun kondisi kita
jangan sampai 'minder' atau kecil hati, karena kita semua telah menjadi
'pemenang' atau 'juara', terpilih sebagai sperma bersatu dengan telor dan
akhirnya menjadi diri kita apa adanya pada saat ini.
Ada waktu persiapan khusus sebelum kita dapat menjadi yang “terpilih”.
Persiapan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita: segala sesuatu
yang dipersiapkan dengan baik dan benar pasti akan sukses atau berhasil
sebagaimana didambakan atau diharapkan.
Pertanyaan untuk
diskusi:
1.Keselamatan yang kita terima adalah Anugerah dari Allah melalui Karya
Penebusan Tuhan Yesus. Persiapan yang seperti apa yang perlu kita lakukan agar
kita tidak termasuk yang mensia-siakan Anugerah?
2.Hidup bersama kita bergereja adalah Wadah di mana kita Latihan untuk
Mempersiapkan diri agar menjadi yang Terpilih. Bagaimana caranya supaya kita
memiliki wadah yang menyenangkan untuk saling Mempersiapkan diri menjadi yang
Terpilih?
Bahan pemahaman Alkitab
PWJ GKJ Ambarawa
"Demikianlah orang
yang terakhir akan menjadi yang terdahulu"
Bacaan: Mat 20:1-16a
"Adapun hal Kerajaan Sorga
sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari
pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan
pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun
anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi
orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu
ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun
pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan
melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan
mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu
menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada
orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun
anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah
pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk
terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai
bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat
lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika
mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka
yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka
dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik
matahari.Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak
berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir
ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut
kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah
orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu "(Mat 20:1-16a), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan hari ini ada beberapa catatan sebagai berikut:
Murah hati merupakan salah satu keutamaan yang selayaknya kita hayati dan
sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan ada kecenderungan umum
banyak orang tumbuh-berkembang bersikap mental egois atau 'pengumpul' karena
pengaruh HP dan Internet. Kita semua telah menerima kemurahan hati dari Allah
secara melimpah ruah, maka sebagai orang beriman kita diharapkan saling
bermurah hati. Murah hati secara kasar dapat diartikan sebagai 'memberi
perhatian kepada siapapun dan dimana pun', dan kiranya hal ini perlu dihayati
oleh para pemimpin. Memang ada kemungkinan seorang pemimpin secara fisik tak mungkin
memperhatikan semuanya, maka baiklah kemurahan hati diwujudkan juga secara
spiritual, yaitu mendoakan: berdoa bagi mereka semua yang harus dipimpin atau
dilayani. Seorang Paus yang bernama Paus Pius X adalah pribadi yang sungguh baik hati dan
sederhana. Sebagai seorang gembala umat Katholik ia pernah berkata demikian:..
"Saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin dan saya ingin mati secara
miskin pula", demikian ungkapan hatinya yang terdalam menjelang Paus Pius
X dipanggil Tuhan. Bersikap mental 'miskin' berarti siap sedia menerima apa
saja dari orang lain, termasuk juga melakukan apa saja asal berguna bagi
keselamatan dan kebahagiaan jiwa orang lain. Marilah kita saling bermurah hati
dan berbaik hati satu sama lain dalam kehidupan kita setiap hari dimana pun dan
kapan pun, sehingga kehidupan bersama sungguh membantu kita semua mengusahakan
keselamatan dan kebahagiaan jiwa kita.
"Jawab semak duri itu
kepada pohon-pohon itu: Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi
raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak,
biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung
Libanon." (Hak 9:15). Pohon-pohon anggur dan pohon-pohon ara menolak tawaran
untuk menjadi raja. Hemat saya pohon anggur dan pohon ara merupakan lambang
bagi orang-orang yang bersikap mental materialistis dan egois, cari enak
sendiri dan keuntungan diri sendiri. Sebaliknya semak duri merupakan lambang
orang-orang yang kurang diperhatikan atau tersingkir dalam percaturan sosial di
masyarakat. Hal ini rasanya secara konkret juga terjadi dalam hal 'panggilan'.
Semak duri merupakan symbol kerendahan hati dan keterbukaan: kerendahan
hati merupakan keutamaan dasar atau yang paling utama, yang harus kita hayati
dan sebarluaskan pada masa kini.
Pertanyaan untuk
diskusi:
1. Kita semua orang2 yang telah menerima Anugerah yang sama dari Allah.
Namun acapkali Sikap Murah hati akan berhadapan dengan sikap Iri Hati. Kemurahan
hati tuan rumah ditanggapi oleh sikap iri hati para pekerja. Dalam Praktek
hidup keseharian bergereja, bagaimana hal itu terjadi?
2.Apa keuntungan yang didapatkan oleh para pekerja yang sudah sejak pagi
bekerja dan apa kerugian pekerja yang Cuma satu jam bekerja? Sikap apa yang
perlu kita kembangkan dalam hidup bergereja terkait dengan Yang Sudah
Berpengalaman dan Yang Baru Belajar Melayani?
Bahan pemahaman Alkitab
PWJ GKJ Ambarawa
"Bagi manusia hal ini tidak mungkin tetapi bagi Allah segala sesuatu
mungkin."
Bacaan: Hak 6:11-24a; Mat 19:23-30
"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi
Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada
seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika murid-murid mendengar
itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang
dapat diselamatkan?"
Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin,
tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus menjawab dan
berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan
mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata Yesus kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah
mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel.Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya,
saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak
atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh
hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Mat 19:23-30),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan hari ini ada catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
Manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika meninggal
dunia, dengan kata lain kita manusia adalah lemah dan rapuh serta serba
terbatas. Hidup kita sungguh berasal dari Allah dan tergangtung pada Allah
sepenuhnya, maka marilah kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Allah
alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Jika kita demikian
adanya, maka segala sesuatu yang kita dambakan atau harapkan akan mungkin alias
dapat terwujud.
Pengalaman Gereja GKJ Ambarawa ketika harus memulai pembangunan Gedung
Gereja di Panjang Kidul Cuma bermodalkan uang 7 juta rupiah persembahan salah
satu warga. Semula banyak yang ragu-ragu bagaimana mewujudkan kebutuhan dana
yang besar untuk membangun sebuah Gedung gereja. Pengalaman yang lain yakni
ketika GKJ Ambarawa harus berhadapan dengan masalah Hukum dari Gedung gereja
Palagan. Ada beberapa kali dibutuhkan dana yang cukup besar. Namun akhirnya
semua kebutuhan dapat diperoleh dan dipenuhi.
Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak segenap umat beriman:
hendaknya apa yang anda dambakan atau harapkan sesuai dengan kehendak Allah
serta diusahakan bersama dan bersatu dengan Allah, karena dengan demikian
dambaan atau harapan tersebut pasti terlaksana dengan sukses.
"Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan
roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan
kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat
yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging dan roti itu;
maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti itu.
Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari pandangannya." (Hak 6:20-21).
Kutipan ini berbicara perihal Gideon, yang dipilih oleh Allah untuk menjadi
hakim. Malaikat Allah mendampingi hidup kita sebagai 'malaikat pelindung'; hal
itu merupakan kasih dan kemurahan hati Allah bagi kita manusia yang lemah,
rapuh dan tak berdaya ini. Kami berharap kepada kita semua untuk membuka diri
terhadap bisikan malaikat pelindung kita masing-masing, serta kemudian melaksanakan
apa yang dibisikkan atau diperintahkan.
Ada kemungkinan
malaikat pelindung menjadi nyata atau konkret dalam diri saudara-saudari
kita yang berkehendak baik, maka marilah kita dengarkan kehendak baik
saudara-saudari kita, dengan kata lain kita komunikasikan atau bagikan kehendak
baik kita kepada saudara-saudari kita dan dengan demikian kita saling berbagi
kehendak baik. Percayalah bahwa kita saling berkehendak baik, maka dambaan atau
harapan kita bersama akan terwujud. Secara khusus kami berharap kepada para suami-isteri
untuk senantiasa saling membagikan dan mendengarkan kehendak baik, dan kemudian
berdua bersama-sama mewujudkan kehendak baik yang telah disinerjikan. Hendaknya
anda sebagai suam-isteri
saling menjaga dan mengingatkan agar tetap setia saling mengasihi sampai
mati.
"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan
bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari
langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi
hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak
kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm 85:11-14)
Pertanyaan untuk
diskusi:
1. Bagi Allah segala sesuatu mungkin.
Bagaimana Pengalaman hidup saudara terhadap bunyi firman di atas?
2.Syarat-syarat apa saja yang perlu ada supaya Segala seuatu menjadi
mungkin?
Bahan pemahaman Alkitab
PWJ GKJ Ambarawa
KELUARGA KRISTEN SEBAGAI TERANG DUNIA
Bacaan : Efesus 5 : 1 – 21
Setiap orang senang hidup dalam suasana terang. Dengan keadaan itu mereka bisa beraktifitas menyelesaikan pekerjaan maupun hobinya. Banyak orang tertolong dan dapat menikmati kehidupannya dengan hadirnya terang. Namun tidak semua orang mau untuk menjadi terang. Menjadi terang itu tidak mudah, butuh suatu pengorbanan untuk dapat menjadikan terang bagi sekelilingnya. Menjadi terang berarti mau memberikan sebagian atau bahkan seluruh hidupnya bagi pihak lain. Lilin harus membakar batang tubuhnya untuk dapat memberikan terang bagi sekelilingnya. Pelita harus mengalirkan dan membakar minyaknya untuk dapat tetap bertahan memberikan cahaya bagi sekelilingnya.
Efesus 5 : 1 – 21 adalah ajakan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus untuk mau menunjukkan diri sebagai jemaat yang menjadi terang bagi. Ajakan Rasul Paulus didasarkan pada sikap atau tindakkan yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus. Kristus Yesus telah menyerahkan diriNya sebagai persembahan yang harum bagi Allah untuk menyelamatlkan manusia dari dosa. Karena itu jemaat Efesus yang telah mendapatkan kasih karunia Allah tersebut diajak untuk menjadi penurut-penurut Allah dan hidup dalam kasih (ayat 1-2).
Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk memperhatikan cara hidup yang terjadi di sekeliling mereka. Masih banyak orang di sekeliling jemaat yang hidupnya dikuasai oleh kegelapan. Kegelapan telah menguasai hidup mereka dan hal itu dapat dikenali melalui perkataan maupun perbuatan mereka sehari-hari. Banyak orang tidak mampu menggunakan mulutnya untuk mengatakan hal-hal yang baik. Dan bertambah lagi mereka tidak bisa mengusai dan mengendalikan hasrat dan keinginan yang serakah (ayat 3,4). Orang-orang yang demikian digolongkan oleh Rasul Paulus sebagai penyembah berhala, yaitu mereka yang membiarkan hidupnya dikuasai oleh kegelapan. Kerajaan Allah diperuntukkan bagi orang yang menyerahkan hidupnya bagi kemuliaan Allah melalui cara hidup mereka, karena itu bagi penyembah berhala atau penyuka kegelapan tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah yang mulia. Jemaat Efesus diperingatkan untuk waspada di dalam pergaulan, agar mereka tidak tercemar oleh kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang mendatangkan murka Allah (ayat 5-7).
Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk mawas diri akan keberadaan mereka. Jemaat Efesus pada mulanya tidak berbeda dengan orang-orang yang hidup dalam kegelapan sebagaimana masih berlangsung di sekitar mereka. Namun keadaan telah berubah, sekarang jemaat tidak lagi hidup dalam kuasa kegelapan. Jemaat telah hidup sebagai terang di dalam Tuhan. Hal itu terjadi oleh karena karya Kristus Yesus yang telah memenangkan jemaat dari kuasa kegelapan. Konsekuensi dari karya Kristus, jemaat harus mau hidup sebagai anak-anak terang. Dimana di dalam terang tidak tersembunyi hal-hal yang biasa dilakukan orang dalam kegelapan, yaitu kejahatan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Jangan sampai jemaat yang sudah mendapat terang tersebut kembali lagi kepada perbuatan-perbuatan jahat dan penuh kegelapan (ayat 8-13).
Dengan status baru jemaat Efesus sebagai terang maka mereka harus menunjukkan suatu perubahan sikap. Mereka harus lebih berhati-hati dalam menunjukkan sikap hidup dan bertindak bijaksana dalam dalam hari-hari mereka. Hidup sebagai terang jemaat Efesus harus mau dan mampu menunjukkan kualitas hidup yang berbeda dengan orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Perkataan dan perbuatan mereka harus memancarkan kemuliaan Allah. Kata-kata yang keluar dari mulut mereka haruslah menunjukkan pujian bagi Allah dan penghargaan kepada sesama. Perbuatan mereka haruslah menunjukkan rasa syukur atas berkat Tuhan, sehingga terhindar dari sikap serakah.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Menyerahkan hidup
untuk Kemuliaan Allah. Apa arti kalimat tersebut bagi saudara?
2.Menurut saudara apa
hambatan dan tantangan untuk Memuliakan Allah?
Bahan pemahaman Alkitab
PWJ GKJ Ambarawa
PELAYANAN KASIH, SALAH SATU BENTUK UCAPAN SYUKUR.
Bacaan : II Korintus 9: 6-14.
Saudara-saudara, yang dikasih Tuhan Yesus, pernahkah saudara mengalami kesulitan/kesusahan? Jika pernah apa yang kita harapkan saat mengalami kesulitan atau kesusahan? Ya, ketika dalam keadaan susah kita membutuhkan pertolongan, kita akan senang jika ada orang yang datang dan membantu kita. Apalagi kalau yang membantu kita itu melakukannya dengan senang hati.
Bacaan Alkitab kita juga berisi tentang orang-orang yang membutuhkan bantuan, siapa mereka? Mereka adalah umat/jemaat Tuhan yang berada di kota Yerusalem. Ketika itu anggota-anggota jemaat di Yerusalem tengah menghadapi kesulitan pangan. Untuk itu jemaat-jemaat dari berbagai tempat termasuk di Korintus diminta mengulurkan bantuan. Anggota jemaat Yerusalem adalah saudara-saudara seiman dari jemaat Korintus sehingga jemaat Korintus wajib “membantu” mereka.
Rasul Paulus menganggap bantuan jemaat yang
berupa pelayanan kasih ini adalah suatu ujian Tuhan. Lo pemberian kok dianggap
ujian sih, maksudnya apa ya? Maksudnya jemaat diuji untuk tidak hanya
memikirkan kebutuhan setempat/ sendiri tetapi juga ikut memikirkan saudara-saudara
seiman ditempat lain. Dengan perbuatan itu mereka diminta membuktikan
kedewasaan iman mereka. Sebab mereka adalah milik Allah, termasuk segala berkat
yang ada pada mereka. Kasih karunia Allah yang berlimpah itu hendaknya menjadi
“penggerak” untuk memberi dengan berlimpah-limpah. Kalau kita punya berkat kita
harus mau berbagi dengan saudara yang membutuhkan di manapun mereka berada.
Walaupun Rasul Paulus sadar bahwa tidak seluruh anggota jemaat Korintus menyukainya namun ia tidak malu-malu meminta bantuan demi jemaat di Yerusalem. Ia sadar betul bahwa sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus, ia dan anggota-anggota jemaat di Yerusalem adalah satu keluarga (bersaudara dalam Kristus). Oleh sebab itu ia rela membela mereka. Ia yakin bahwa itu merupakan suatu kewajiban bersama sebagai anggota tubuh Kristus.
Selain itu pelayanan kasih juga merupakan salah satu bentuk ucapan syukur. Sebab orang yang telah mengenal Kristus tentu akan berusaha melakukan semua yang telah diajarkanNya. Dalam salah satu tema pengajaranNya, Yesus mengajar murid-muridNya untuk melayani mereka yang lapar, haus, tak punya rumah, dst. Dengan melayani mereka (saudara-saudaraKu yang paling hina ini), murid-murid telah melayani Tuhan juga (Matius 25: 40)
Di akhir perikop tampak ucapan syukur Rasul Paulus kepada Allah yang telah menggerakkan hati anggota-anggota Jemaat Korintus untuk mendengar seruan Rasul dan bahkan memberikan bantuan (di kemudian hari). Rasul Paulus sadar betapa pun Ia berupaya meminta kepada anggota jemaat Korintus, akhirnya kuasa Roh Kuduslah yang berkarya dalam hati anggota-anggota jemaat di sana, hingga mereka mau menanggung beban bersama-sama. Ia juga sadar bahwa berapapun besarnya bantuan jemaat, itu berasal dari Allah juga dan karenaNya ia mengembalikan ungkapan syukur kepada Allah. Kebaikan Allah sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan iman jemaat Korintus. Kiranya Roh Kudus akan selalu berkarya dalam hidup kita sehingga kita dimampukan untuk selalu berbagi dengan sesama. Bila kita tergolong orang yang sederhana, kita dapat memberi dari yang kita miliki. Atau bila kita tergolong orang yang berpunya, kita tidak hidup untuk diri sendiri tetapi menjadi berkat bagi sesama kita.
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Menurut bacaan, apa yang terjadi pada jemaat di Yerusalem dan apa yang dilakukan oleh rasul Paulus sebagai bentuk kepedulian?
2. Apa hambatan yang sering dihadapi oleh keluarga untuk memulai memberikan perhatian bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan dan kekurangan?
3. Pelayanan kasih apakah yang tepat kita wujudkan untuk jemaat dan masyarakat di masa sekarang?
Bahan Pemahaman Alkitab
PWJ GKJ Ambarawa
MENSYUKURI
TELADAN KRISTUS MELALUI PELAYANAN
Bacaan : Yohanes 13: 4 – 17.
Nats : Yohanes 13 : 14 – 15 & Kolose 3 :23
Bacaan : Yohanes 13: 4 – 17.
Nats : Yohanes 13 : 14 – 15 & Kolose 3 :23
Jemaat yang hidup dapat dilihat dari pelayanan
yang dilakukan dalam kehidupan bersama. Pelayanan merupakan satu-satunya fungsi
jemaat untuk mengembangkan atau menumbuhkan kedewasaan iman seseorang. Segala
sesuatu yang dilakukan dalam tindakannya atau ibadahnya dan lain-lain adalah
bentuk dari pelayanan. Dengan demikian pelayanan jemaat yang hidup tergantung
dari seberapa jauh ia lakukan.
Menjadi orang kristen (notabene: orang kudus) berarti kita melayani di dalam ataupun di luar bersama-sama dengan anggota jemaat yang lain, meskipun kita dikaruniai talenta hidup yang berbeda, kita semua dipanggil untuk melayani. Di dalam melakukan pelayanan kita diajar dan diajak untuk tidak membedakan siapa dan apa status yang kita miliki.
Didalam Injil Yohanes 13 : 4 – 17, dengan jelas sekali merupakan teladan Kristus yang ditujukan kepada para murid kala itu, yang kemudian ditujukan kepada kita semua sebagai manusia tebusan (pilihan Allah) pada saat ini. Hal ini dikandung maksud atau diajarkan kepada kita agar didalam melakukan pelayanan kepada Allah melalui sesama dengan tidak memandang sebagai pekerjaan atau tindakan yang hina dalam melakukannya. Sebaliknya kita diharapkan dapat menjadi pelaku-pelaku pelayanan yang sempurna atau berkwalitas.
Jika kita mengacu pada kitab Yohanes 13 : 5, kita dapat melihat betapa hinanya tindakan yang dilakukan Tuhan Yesus, padahal kita tahu Dia yang adalah Guru dan Tuhan. Sadar atau tidak sadar kita sering merasa disepelekan atau dilecehkan oleh orang lain dan bahkan kita merasa sakit hati, ketika kita dimintai pertolongan untuk melakukan hal yang sifatnya tidak mendukung dengan posisi kita pada saat emergenci/mendesak. Melalui teladan dan tindakan Tuhan Yesus kita diajak dan diajar untuk dapat melepaskan segala atribut yang kita sandang atau kita miliki ketika kita melakukan pelayanan terhadap sesama.
Dipandang melalui kacamata iman/rohani, siapa keberadaan kita, apapun status kita, entah itu kaya (konglomerat) atau miskin (melarat) pegawai/karyawan atau pengangguran, pejabat atau penjaga/pesuruh, ibu rumah tangga dan sebagainya, dihadapan Allah kita semua sama. Sebaliknya jika dipandang melalui kacamata jasmani/dunia, jelas banyak sekali terlihat perbedaan-perbedaan yang akan menghambat pelayanan kita secara utuh, karena di sini lebih mengetengahkan egosentris kita. Dalam keluarga kristen pun dalam bergereja kita sering terjebak oleh hal-hal yang sifatnya duniawi, sehingga kita kehilangan kepedulian kita terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan kita.
Dalam ayat nats Alkitab kali ini :
Yang pertama Injil Yohanes 13 : 14 – 15 “…jadi jikalau Aku membasuh kakimu ...dst, ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita dapat melakukan pelayanan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya, yaitu melakukan pekerjaan yang dipandang hina oleh siapapun.
Yang kedua Kitab Kolose 3: 23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”, disini menegaskan kepada kita bahwa setiap tindakan pelayanan didasari dengan rasa kasih sehingga apapun tindakan kita mendatangkan suka cita dan ucapan syukur, bukan sebaliknya menjadikan sebagai beban dalam hidup kita.
Dari uraian di atas nyata apa arti kasih Kristus kepada kita, yaitu agar kita dapat bertumbuh dan berkembang kearah kedewasaan dalam iman, supaya kita dapat mengucap syukur kepada Allah dalam segala tindakan pelayanan kita. Dengan demikian kita dapat menjalin hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lain di dalam Kristus, yang pada akhirnya kita dapat melakukan pelayanan tidak hanya kedalam (intern) saja tetapi dapat keluar (ekstern).
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Memperhatikan Pengantar di atas, bagaimanakah gambaran saudara tentang pelayanan yang hidup?
2. Hal – hal apa saja yang ada dalam hidup kita
yang sering menghambat pelayanan kita? Jelaskan!
3. Dengan mengacu pada teladan Yesus (Yohanes
13:5) bagaimanakah seharusnya kita bertindak sebagai orang yang mengenal
Tuhan/beriman? Jelaskan!
4. Bagaimanakah cara kita dapat mengungkapkan
rasa syukur kita atas teladan dan pelayanan Tuhan Yesus?