17 sept 2023

17 sept 2023 TEMA PERAYAAN IMAN Ibadah Sebagai Tanda Keselamatan Allah TUJUAN: Jemaat memahami perlunya sikap menerima dan mengampuni sesama manusia seperti Allah terlebih dahulu menerima dan mengampuni dirinya. Jemaat memiliki tekad untuk merayakan relasi dengan Tuhan dan sesama yang penuh penerimaan itu di dalam hidup keseharian sebagai salah satu wujud ibadah. Keluaran 14:19-31, Mazmur 114, Roma 14:1-12, Matius 18:21-35 Bacaan hari ini mengeksplorasi tema wujud keselamatan. Soal pengampunan dan pembebasan. Terus terang bacaan minggu ini menantang. Pertama karena adanya hubungan antara pembebasan dan tindakan kekerasan dalam kisah Keluaran dan, kedua, karena adanya kontras antara tuntutan Yesus akan pengampunan sementara kita hidup di tengah lingkungan yang terpolarisasi dan tidak kenal ampun saat ini. Bacaan Keluaran adalah tentang pembebasan bangsa Israel dari pembuangan oleh Tuhan. Tuhan membelah laut untuk memberikan jalan ke depan bagi bangsa Israel. Dan kemudian laut yang terbelah menutup kembali, membunuh orang-orang Mesir yang mengejar bangsa israel. Tidak ada keraguan bahwa kisah ini “benar” dan menjadi sejarah bagi bangsa Israel dan keturunan mereka. Kisah itu harus kita pandang secara kritis. Kisah itu bisa menimbulkan Keyakinan sebagai bangsa pilihan Tuhan. Dan bila itu terlalu diutamakan, kita tak ubahnya seperti kelompok teroris yang menganggap dirinya layak membunuh orang. Dan kita perlu waspada, saat ini orang-orang yang beriman kalangan fundamentalis agama baik Kristen maupun Muslim kian merajalela. Kita sudah mendapat pembukaannya dimana salah satu capres dianggap sebagai imam Mahdi dan yang tidak memilih digolongkan sebagai kelompok dajal. Dan hal-hal seperti ini akan kian meningkat. Dilihat secara eksistensial atau pribadi, bagian ini memberikan kesaksian tentang pengalaman kita akan pembebasan ilahi. Tentu saja kejadian seperti itu bisa terjadi seperti respon kita terhadap penyakit serius atau adanya jalan buntu. Lalu Sebuah jalan muncul, jalan keluar dibukakan entah dari mana, dimana sebelumnya tidak ada jalan. Kita perlu merenungkan saat-saat di mana Tuhan sungguh nyata dalam setiap jalan buntu yang kita hadapi. Dalam berbagai cara Allah mampu mengubah hidup kita. Ada selalu kasih karunia yang akan melepaskan kita dari keputusasaan dan kehancuran. Paulus berbicara tentang keselamatan dan pluralitas gaya hidup. Ada banyak kemungkinan perilaku yang “benar” dalam komunitas Kristen. Beragam praktik dapat berkembang berdampingan asalkan segala sesuatu yang kita lakukan didedikasikan kepada Tuhan. Kita harus mengakui validitas pandangan dan keyakinan orang lain tanpa menghakimi atau mempolarisasi. Beberapa hal dalam kehidupan bergereja hanyalah pilihan atau masalah yang sebenarnya tidak perlu kepedulian. Keyakinan dan praktik agama kita bisa menjadi penyembahan berhala jika hal tersebut dilakukan demi kepentingan diri sendiri dan bukan sebagai cara untuk menghormati Tuhan. Ketika Tuhan ditempatkan sebagai pusat kehidupan kita, kita dapat menghargai relativitas posisi kita serta kebijaksanaan dalam posisi yang tidak kita praktikkan. Ada banyak cara untuk menghayati keselamatan, untuk setia. Dan berani memandang bahwa pluralitas merupakan suatu berkat dan bukan kutukan dalam komunitas Kristen. Tanggapan Yesus kepada Petrus dan perumpamaan selanjutnya mengingatkan kita bahwa kita selalu membutuhkan kasih karunia. Saat kita menilai orang lain, sebaiknya kita melihat dulu perilaku kita sendiri. Menyadari ketidaksempurnaan diri kita sendiri tidak berarti mengarah pada relativitas etis, namun pada empati dan relativitas, berusaha memiliki pemahaman tentang sudut pandang orang lain dalam kaitannya dengan pengalaman hidup mereka. Pengampunan membutuhkan suatu jenis relativisme spiritual, atau kerendahan hati, pelepasan “kebenaran” seseorang dan pengakuan atas ketidaksempurnaan seseorang. Berapa kali kita harus mengampuni, Yesus ditanya? Jawabannya tidak terhingga, bahkan lebih dari tujuh puluh tujuh, dan kemudian Yesus menceritakan kisah tentang seorang hamba yang tidak mau mengampuni, yang diberi rahmat yang besar namun menolak untuk memberikannya kepada rekan kerjanya. Kasih karunia dan pengampunan bersifat global, universal, dan penting dalam kehidupan. Kita semua membutuhkan kasih karunia dan pengampunan, karena kita semua telah gagal mencapai nilai-nilai tertinggi kita dan, baik secara implisit maupun eksplisit, telah merugikan orang lain. Ketika kita menyadari ketidaksempurnaan kita, kita tidak bisa lagi memisahkan diri dari orang lain berdasarkan anggapan bahwa kita benar dan kelemahan dan amoralitas ada pada mereka pihak lain. Kita semua adalah bagian dari ekologi dinamis yang penuh ketidaksempurnaan dan sekaligus layak menerima anugerah. Tidak ada seorang pun yang mampu berdiri sendiri. Sifat tidak mau mengampuni yang menjadi ciri banyak kelompok fundamentalis dapat membahayakan pertumbuhan rohani atau kemampuan mereka untuk mendengarkan suara Tuhan. Pengampunan didasarkan pada saling ketergantungan dan relativitas kesucian. Hal ini tidak berarti mengabaikan keadilan atau mengakhiri sistem hukum. Kejahatan perlu diatasi dan penjahat serius harus disingkirkan dari jalanan. Namun, bahkan penjahat yang serius pun mempunyai hak dan hubungan yang sama: budaya yang mendukung kita secara ekonomi dan dalam hal hak istimewa mungkin juga telah mempengaruhi pengambilan keputusan yang buruk. Tidak ada seorang pun yang benar-benar tidak bersalah atau bersalah. Hakim selalu harus melihat motif atau mainsrea dalam tindakan terdakwa. Yesus juga dalam pengajarannya soal pengampunan mengenal dan memahami konteks Romawi yang berlaku. Dalam semangat Roma 14, kasih karunia dan pengampunan mengundang kita untuk hidup di hadapan Allah, menyerahkan seluruh hidup kita pada kemurahan Allah. Kita wajib mengetahui bahwa tanpa “kasih karunia yang luar biasa,” kita semua terhilang. Kasih karunia adalah segalanya dalam perjalanan hidup Kristen. Pengampunan karena keselamatan, itulah ibadah sejati. Amin

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009