Mengurangi konflik

Mengurangi konflik Konflik dapat merusak semua orang. Dan terkadang menghancurkan misi seluruh organisasi. Para pemimpin komunitas seharusnya menangani konflik dengan baik, namun secara umum tidak banyak yang melakukannya. Dan karena itu, kita hidup dengan konflik yang sebenarnya tidak perlu setiap harinya. Meskipun menghilangkan konflik tidak mungkin dilakukan di belahan bumi ini, namun pemimpin harus tahu bahwa ada banyak strategi untuk mengurangi dan menangani konflik dengan cara yang jauh lebih sehat. Biasanya, pemimpin membuat satu dari dua kesalahan berikut: 1.Atas nama kebenaran, kita mengkompromikan kasih karunia. 2.Atas nama kasih karunia, kita mengkompromikan kebenaran. Dalam kedua kesalahan itu pemimpin harus berani memegang kebenaran dan kasih karunia. Memegang hukum (kebenaran) namun juga bisa memegang kasih karunia (pengampunan). Yang lebih berbahaya lagi, pemimpin tidak memegang salah satunya, entah kebenaran maupun kasih karunia. Sebab satu hal yang selalu menantang kita bahwa Yesus selalu hidup dan memimpin dengan penuh kasih karunia dan kebenaran. Dia tidak pernah menyampaikan kebenaran dengan cara yang kurang kasih karunia. Dia tidak pernah menunjukkan kasih karunia tanpa sepenuhnya jujur dan memegang kebenaran. Tentunya kita semua berharap sebagian besar dari kita berperilaku seperti Yesus. Namun kesalahan yang sering terjadi kita jatuh mengorbankan salah satunya. Kita tampaknya tidak demikian fokus pada kebenaran dan kasih karunia. Sebagai akibat: "Orang yang terlalu jujur" sering kali tidak punya kasih karunia. "Orang-orang yang diampuni" sering kali tidak berdaya memegang kebenaran. Padahal baik kebenaran maupun kasih karunia tidak perlu menjadi korban ketika menghadapi konflik. Jadi, bagaimana kita harus menghadapi konflik dengan cara yang merangkul kebenaran dan kasih karunia? Meskipun ini bukan panduan yang kekal namun kita perlu melakukannya agar dapat memimpin dengan kasih karunia dan kebenaran. Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan yang akan mengurangi konflik yang tidak perlu di komunitas kita dan yang akan membantu kita memimpin dengan kebenaran dan kasih karunia. 1. Sejajarkan dan selaraskan tim kita dengan misi, visi, dan strategi yang jelas. Yang ini sepertinya tidak selalu menjadi perhatian dan termasuk dalam daftar prioritas pemimpin. Tapi upaya mensejajarkan dan penyelarasan dapat memperjelas banyak hal. Komunitas atau organisasi yang selaras dengan misi, visi, dan strategi yang jelas akan proaktif mengurangi konflik. Kejelasan itu sendiri mengurangi konflik. Ketika kita tidak jelas, orang-orang mengembangkan visi dan strategi yang bersaing dengan apa yang seharusnya atau dilakukan organisasi. Tugas kita sebagai pemimpin adalah menjelaskannya. Meskipun kejelasan mungkin menimbulkan beberapa ketidaksepakatan pada awalnya, hal ini akan menciptakan kesepakatan dan keselarasan jangka panjang. Hal ini dapat mencegah sejumlah besar konflik. 2. Berurusan secara langsung. Ketika konflik meletus, langsunglah ke sumbernya. Yesus mengajarkan hal ini, namun hanya sedikit yang mengikutinya. Biasanya tim kita menolak untuk menerima keluhan atau kritikan tentang atau terhadap orang lain. Mintalah pemberi saran/kritikan untuk langsung menemui orang yang menyampaikan keluhannya. Sebab seringkali mereka tidak mau melakukannya, sehingga konflik yang tidak perlu terjadi. Dengan cara menangani secara langsung maka hal itu juga dapat menghilangkan gosip. Sehingga hal ini membuat konflik terjadi pada tempat yang seharusnya terjadi—di antara orang-orang yang terlibat. 3. Membalas secara relasional. Hampir tidak ada konflik yang dapat diselesaikan melalui medsos atau WA atau email. Padahal justru masalah biasa muncul karena sarana medsos,WA atau email. Tapi konflik dan penanganan masalah tidak bisa diselesaikan lewat medsos/WA atau email. Jika seseorang menulis keluhan, balas melalui telepon. Jika seseorang menelepon kita, buatlah janji temu dan temuilah secara langsung. Jika kita meningkatkan komponen relasional terhadap konflik, kita akan mengurangi konflik tersebut. 4. Asumsikan yang terbaik. Semakin lama kita berada dalam kepemimpinan, semakin mudah kita berasumsi yang terburuk. Sadarilah hal itu. Kita harus melakukan hal yang sebaliknya—berasumsi yang terbaik. Kita akan menghadapi konflik dengan jauh lebih baik bila kita awali dengan asumsi terbaik. Jangan berasumsi bahwa ada orang yang ingin mengambil keuntungan pribadi. Atau mereka sedang merugikan komunitas atau organisasi. Asumsikan mungkin terjadi kesalahpahaman. Asumsikan mereka membutuhkan informasi yang lebih baik dan lebih banyak. Asumsikan mereka hanya memerlukan informasi lebih lanjut. Bahkan jika semua hal di atas tidak benar, kita akan tetap memberi mereka manfaat dari keraguan mereka. Sehingga konflik dapat diselesaikan lebih awal dan cepat. Jika hal yang lebih buruk terjadi dari yang dapat kita bayangkan, setidaknya kita sudah mengusahakan semua opsi terbaik terlebih dahulu. 5. Bersedia mengecewakan seseorang demi semua orang. Hal ini membuat banyak pemimpin tersandung. Mengikuti saran dan pendekatan di atas tidak selalu menjamin hasil yang bagus. Jika terpaksa pemimpin biasanya: atas nama dan demi menyenangkan seseorang, pemimpin membengkokkan peraturan, membuat keputusan yang buruk. Sehingga misi komunitas tidak dapat dijaga. Karena takut orang kecewa dan pergi karena harapan mereka tidak tercapai. Bila kita menghadapi hal tersebut: Pikirkan ulang hal itu. Biarkan mereka pergi jika mereka benar-benar tidak menginginkan penyelesaian terbaik. Jangan biarkan seluruh anggota komunitas atau organisasi menuruti keinginan mereka. Mereka mungkin akan lebih bahagia di tempat lain. Ketika kita telah melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikan konflik dengan cara paling sehat yang kuta tahu, terkadang tidak masalah jika kita mengorbankan satu konflik demi semua orang. Sebab alternatifnya adalah organisasi yang tidak berfungsi di mana setiap orang menderita karena kita mengikuti keinginan tidak masuk akal dari seseorang. Atau satu atau dua orang pergi dan komunitas atau organisasi setia pada tujuannya. Itulah beberapa praktik yang dapat kita coba untuk membantu kita (dan tim kita) berfungsi memegang kebenaran dan rahmat.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009