Khotbah Minggu, 19 Nopember 2017

Khotbah Minggu, 19 Nopember 2017, Tahun A: Minggu Biasa 22, Warna: Hijau.


KJ 22:2X ; mari bersuka ria datang kepadanya
KJ 1:1-2 ; haleluya pujilah
KJ 23:1-2; ya allah bapa
KJ 340:1-2 ; hai bangkit bagi Yesus
KJ 433:1--- ; aku suka membagi
KJ 432:1 ; jika padaku ditanyakan
KJ 344:1,4 ; ingat akan nama Yesus

KPJ 347:1; KPJ 24:2X; KPJ 391:1-2; KPJ 96:1-2;
KPJ 180:1---; KPJ 343:1-2; KPJ 429:1.


MENGENTAL SEPERTI ANGGUR
Zefanya 1:7, 12-18; Mazmur 90:1-8 (9-11); 1 Tesalonika 5:1-11; Matius 25:14-30

Berita anugrah: Zefanya 1:7, 12-18
Keberadaan Rohani

Tuhan akan menghukum “…orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya” (ayat 12). Orang-orang ini ibarat anggur yang membusuk diatas endapannya. Artinya, orang yang puas dengan dirinya sendiri, dan tidak menyadari bahwa mereka ‘mengental’, atau kehidupan mereka cemar.
 “Seperti anggur di atas endapannya.” Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan keadaan orang yang sudah puas dengan dirinya sendiri atau puas dengan pencapaiannya sehingga mereka tidak menghendaki perubahan. Apa yang membuat orang berubah adalah proses yang terus mau digoncang, diendapkan, digoncang, diendapkan,  digoncang, diendapkan semakin kita biarkan prosesnya berlangsung seperti itu maka rasa dan bau harum-mu akan makin hari makin luar biasa. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari, ayat 12 itu dinyatakan sebagai berikut: Akan Kuhukum penduduknya yang acuh tak acuh itu serta yang puas dengan dirinya sendiri.
Sehingga frasa ‘seperti anggur di atas endapannya’ ingin menyatakan keadaan orang yang sudah puas diri terhadap apa yang terjadi, ia tidak mau berubah ke arah yang baik, atau bahkan ia tidak peduli terhadap lingkungannya. Meski saat itu seakan-akan Tuhan berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa terhadap dosa dan kejahatan mereka ini. Namun pada hari Tuhan nanti (ayat 12-18), Tuhan mengintai dan menggeledah Yerusalem, supaya semua dosa yang tersembunyi dapat menjadi nyata. Itulah sebabnya, tidak ada orang berdosa yang mampu meluputkan diri dari hukuman Tuhan. Dan, karena kesengsaraan yang begitu hebat, pahlawan-pahlawan terkuat pun berteriak meminta pertolongan (ayat 14).


Petunjuk Hidup Baru: 1 Tesalonika 5:1-11
Pertobatan Nyata
Paulus dengan rasa kasihnya mengingatkan agar jemaat Tesalonika menampakkan sifat sebagai anak-anak terang dan anak-anak siang, yaitu: tetap berjaga-jaga dan sadar (ayat 6). Tidak hanya cukup itu, kita pun diharapkan juga “…berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.” (ayat 8)
Semua ini harus dimiliki oleh jemaat Tesalonika. Memang jemaat Tesalonika telah lama memiliki iman, kasih dan pengharapan (1 Tesalonika 1:3). Namun jangan sampai ketiganya berkurang manakala mereka sedang menderita. Malah sebaliknya: iman, kasih dan pengharapan menjadi kekuatan atau senjata dalam penderitaan mereka. Sebab menurut rasul Paulus, setiap orang Kristen harus senantiasa antisipatif dan selalu mempersiapkan diri dalam segala kehidupan. Di sinilah dalam menghadapi beragam tantangan, termasuk tantangan jaman dan menantikan hari Tuhan, sangat dibutuhkan sikap hidup yang antisipatif, peka terhadap lingkungannya dan selalu memiliki pengharapan kepada Tuhan. Penuh pengharapan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita yang telah mengimani Tuhan. Itulah sebabnya, dalam menantikan hari Tuhan kita harus mau aktif mengembangkan segala berkat pemberian Tuhan. Hal ini nampak sekali dalam perumpamaan talenta, yang terkait erat dengan hari Tuhan.


Dasar Persembahan: Mazmur 90:1-8
Mazmur ini merupakan pengakuan iman bahwa Tuhanlah Penolong setia Israel, Dialah Allah kekal yang menciptakan langit dan bumi (ayat 1-2). Dengan pengakuan bahwa Tuhan akan menolong, pada ayat 3-6 pemazmur membicarakan persoalannya. Pemazmur tidak membicarakan penciptaan manusia, tapi kematiannya. Hal ini untuk menyatakan kepapaan manusia, yaitu bahwa awal dan akhir hidup manusia ditentukan oleh Tuhan. Perbedaan kepapaan manusia dan keagungan Tuhan itu menjadi lebih jelas dengan melihat perhitungan waktu (ayat 4). Manusia dibatasi oleh waktu (sekalipun ‘seribu tahun’), namun Tuhan berada diluar waktu, mengatasi waktu dan bahkan memberikan atau membatasi waktu kepada manusia. Tuhan menghanyutkan manusia dalam tidur untuk memberikan kesegaran dan kekuatan baru. Tetapi ‘tidur’ bagi manusia menjadi tanda keterbatasan manusia, yaitu ‘menjadi seperti rumput yang binasa’. Karena itu, manusia fana dan singkat umurnya. Tetapi, waktunya yang papa itu tetap ada dalam tangan Tuhan.
Berserah kepada Keagungan Tuhan dan kemurahan tangan Tuhan itu menjadi pola hidup Pemazmur.

Bacaan Injil: Matius 25:14-30
Dalam kisah Matius 25:14-30 yang meminta agar ‘manusia mengabdi secara aktif’, diceritakan bahwa sang Tuan atau Yesus ‘mempercayakan’ kepada para hambanya talenta. Karena itu mereka wajib memeliharanya dengan baik. Masing-masing hamba mendapat talenta 5, 2 dan 1 talenta. 1 talenta nilainya sama dengan 5000 dinar, atau 5000 hari upah kerja seorang pekerja kasar. (misal: pekerja kasar di Magelang, 1 hari = Rp. 40.000, maka 1 talenta= 5000x Rp. 40.000, atau Rp. 200 juta). Dengan demikian, 5, 2 dan 1 talenta suatu jumlah yang tidak sedikit. Kemudian hamba yang menerima 5 dan 2 talenta menjalankan uang. Menjalankan uang searti dengan berbisnis untuk mendapatkan laba dari modal yang dipercayakan oleh Tuan.
Namun dalam ayat 18, dengan kata ‘tetapi’ mau mengontraskan antara perbuatan hamba ketiga dengan dua temannya yang lain. Dalam tradisi Yahudi, guru-guru Yahudi biasa berkata bahwa ‘siapa saja yang langsung memendam uang yang dipercayakan kepadanya, tidak dapat diandalkan lagi, sebab ia mengambil langkah yang aman demi mempertahankan uangnya’. Itulah sebabnya, ketika sang Tuan datang, sikap hamba yang pertama dan kedua yang menerima 5 dan 2 talenta mempertanggungjawabkan uang. Keduanya menunjukkan ketaatan yang penuh atau ketaatan yang memberikan kebahagiaan bagi sang Tuan, “... masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”. Di sini sang Tuan tidak memberikan ganjaran hamba-hamba yang baik dan setia itu berupa hadiah, tetapi kepercayaan, yaitu kepercayaan untuk mengelola perkara yang lebih besar lagi.
Namun sebaliknya hamba ketiga yang menerima 1 talenta atau Rp. 200 juta justru menunjukkan sikap tidak taat dan hormat, dengan menyebut sang Tuan sebagai manusia yang kejam. Di sini ia menganggap 1 talenta tidak mempunyai nilai yang berarti untuk dikembangkan, selain di sembunyikan ke dalam tanah. Akibatnya sang Tuan memerintahkan untuk mengambil talenta tersebut dan memberikannya kepada hamba yang telah mengembangkan talenta tsb. Akhirnya, hamba ketiga harus menerima hukumannya.
Di sinilah yang dikehendaki Tuhan, bukan masalah ‘target atau hasil’, melainkan ‘kemauan untuk mengembangkan’, atau ‘aktif mengembangkan’ apa yang Tuhan berikan kepada kita. Dengan begitu, ketika kita menghadapi hari Tuhan yang semakin mendekat, Tuhan menghendaki agar kita ‘semakin aktif dalam iman’, atau spiritualitas kerohanian kita semakin bertambah dan mendekat dengan Tuhan.

Panggilan
Hari Tuhan semakin dekat, seiring dengan ‘semakin maraknya penderitaan atau kesulitan’ dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya dalam menantikan hari Tuhan, kita harus siap juang dalam menghadapi tantangan iman. Kita harus terus mau membangun atau meningkatkan talenta agar berbuah. Spiritualitas inilah yang juga ditunjukkan oleh Paulus, dalam penderitaan penyakit dan hidupnya yang teraniaya, Paulus kian menunjukkan iman dan keyakinanya kepada Yesus. Sehinga Paulus dipakai Tuhan untuk lebih hebat lagi dalam karya Tuhan di dunia ini.

Tetapi, sebaliknya jika kita ‘menyembunyikan talenta’, seperti hamba ketiga, atau kita ‘mematikan spiritualitas’ atau kerohanian kita, tentu hanya akan membuat sang Tuan marah dan menghukum kita. Itulah sebabnya, semakin hari kita harus semakin percaya. Atau semakin hari kita harus semakin berbuah. Atau ‘menggunakan semua potensi yang kita miliki’. Jangan pernah puas diri terhadap prestasi kita, atau jangan acuh terhadap lingkungan yang membutuhkan kehadiran kita. Jangan mengental seperti anggur di atas endapannya yang tidak ada gunanya. Sebab hanya dengan inilah, kita akan ‘dipercaya oleh Tuhan untuk melakukan karya yang lebih besar”. Amin 

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013