PA Pendewasaan


”KESATUAN ROH DALAM IKATAN DAMAI SEJAHTERA”

Bacaan :  Efesus 4 : 1-6

Dalam PPA-GKJ Minggu ke 9 pertanyaan 86,87  dinyatakan bahwa persekutuan bukan tugas panggilan Gereja ,  tetapi suatu kemestian yang tak terhindarkan. Sebagai kemestian berarti persekutuan   harus diwujudkan di dalam kehidupan Gereja  karena menjadi hakekat Gereja.  Tanpa persekutuan Gereja kehilangan hakekatnya. Dalam persidangan Sinode ke XXV ini  kita perlu berefleksi :   apakah kenyataannya Gereja- Gereja GKJ baik dalam aras Jemaat, Klasis  maupun Sinode sudah benar-benar  dapat  menampakkan persekutuan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Dalam bacaan kita Rasul Paulus mengingatkan kepada Jemaat Efesus   agar mereka mampu menampakkan persekutuan yang menjadi hakekatnya sebagai tubuh Kristus. Jemaat dipanggil untuk hidup berpadanan dengan panggilannya.  Berpadanan artinya hidupnya harus sesuai dengan hakekatnya sebagai tubuh Kristus dan itu  dijelaskan sebagai berikut :
1.       Hidup dalam kesatuan Roh (ayat 3) artinya harus menyadari bahwa hidupnya telah dipersatukan dalam satu ikatan oleh Roh. Roh-lah yang telah berkarya menyatukan dan  Roh-lah  yang  juga  memampukan orang beriman untuk menjaga/memelihara kesatuan tersebut (ayat 3). Peran Roh Kudus harus selalu disadari dan diberi tempat dalam kehidupan jemaat, sehingga jemaat mampu menampakkan diri sebagai tubuh Kristus.
2.       Kesatuan Roh diwarnai oleh ikatan damai sejahtera (ayat 3).
Ikatan satu Roh  harus  dipraktekkan dalam suasana  dan  semangat damai sejahtera.  Ikatan tersebut tidak dalam ikatan untuk saling memanfaatkan, saling menindas tetapi dalam suasana yang saling peduli, saling menghargai dan juga saling terbuka untuk saling membangun dengan membangun sikap rendah hati, lemah lembut, sabar dan kasih (ayat 2). Kesatuan Roh tersebut juga diwarnai adanya kesatuan pengharapan(ayat 4). Semua anggota hidupnya sama-sama dilandaskan pada pengharapan yang telah dianugerahkan oleh Allah.
       
Bahan diskusi :

1.     Sharingkan suasana persekutuan di GKJ yang anda ketahui saat ini !
2.     Hambatan apa saja yang dihadapi untuk mewujudkan persekutuan tersebut 
3.     Sampaikan saran bagaimana agar persekutuan di GKJ selalu diwarnai damai sejahtera !





































KERAGAMAN KITA

Bacaan :  Efesus 4:7-12

4:7      Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.
4:8      Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."
4:9      Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?
4:10    Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.
4:11    Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
4:12    untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus

Uraian

Ayat 7 “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”. Dari ini, kita dapat menghayati dua hal:

Pertama, bahwa Kristus-lah yang memberi karunia kepada setiap orang. Atau kalau kita membaca ayat 11, Kristus jugalah yang memberi kelengkapan kepada gereja sehingga gereja dapat melaksanakan pembangunan tubuh Kristus. Jadi, Kristuslah sumber segala sesuatu. Namun, dalam perjalanan hidup, menghayati sekaligus meyakini akan campurtangan Tuhan dalam setiap pekerjaan kita ternyata bukanlah perkara yang mudah. Sering kalau kita melakukan suatu pekerjaan, kita merasa ya itulah kekuatan kita, tanpa sadar bahwa sesungguhnya ada tangan Allah yang terulur menolong kita.

Bagaimana supaya kita dapat menjadi pribadi yang terus meyakini bahwa ada campurtangan Tuhan dalam hidup kita? Adakah hubungannya antara ‘keyakinan akan campur tangan Tuhan’ dengan ‘pekerjaan pelayanan’ pembangunan tubuh Kristus?

 Kedua, kita juga mendapat keterangan bahwa Kristus telah menganugerahkan kasih karunia kepada setiap pribadi. Kasih karunia yang diberikan oleh Kristus itu tidaklah sama satu dengan yang lain. Kita ingat misalnya adanya berbagai karunia di dalam jemaat Korintus. Nah, kenyataan akan keragaman tentu kita temukan di gereja. Ada beberapa model orang di gereja (ada yang gemuk, kurus, ada yang pandai ada yang jenius, ada yang kaya ada juga yang pas-pasan, dll). Ada talenta yang berbeda. Yang jelas ada keragaman di dalam gereja.

Seperti yang kita ketahui bahwa keanekaragaman (entah itu usia, tingkat pendidikan, karunia, dll) bisa menjadi kekuatan tersendiri, tetapi sekaligus juga dapat menjadi hal yang mungkin menghancurkan. Menjadi kekuatan manakala keanekaragaman itu dikelola dengan baik, sebab dari sana akan memperkaya ide dan pemikiran. Tetapi bisa menghancurkan manakala keanekaragaman itu tidak dikelola dengan baik.

Bagaimana mengelola keragaman yang ada dalam sebuah kelompok (gereja) sehingga keragaman itu menjadi sesuatu yang membangun (mensinergi) untuk pembangunan tubuh Kristus?




















JEMAAT YANG DEWASA

Bacaan: Efesus 4:13-14
Tujuan      :   Peserta memahami dan dapat menjelaskan tentang pertumbuhan Jemaat Kristus yang telah meninggalkan keberadaannya sebagai anak-anak dan menjalani hidup sebagai Jemaat dewasa.
Pengantar
Salah satu tahap yang harus dilewati dalam hidup seseorang adalah anak-anak (kanak-kanak), yang telah meninggalkan keadaan sebagai bayi yang sangat tergantung pada pengasuh atau orang tuanya, namun juga belum bisa dilepas sepenuhnya oleh pengasuh atau orang tuanya itu. Dalam beberapa hal telah menunjukkan jati diri dan kemandirian, namun masih rentan terhadap pengaruh lingkungannya. Keadaan anak-anak ini sebagai gambaran keadaan yang harus ditinggalkan oleh Jemaat dan hidup dalam kedewasaan penuh.
Ada ungkapan “Menjadi tua itu masalah waktu, menjadi dewasa itu pilihan”. Orang hidup dari nol tahun berkembang seiring perjalanan dalam pertambahan usianya menjadi bertambah tua, siapapun dia dan apapun keputusan serta aktifitasnya karena pertumbuhan alamiah. Tidak demikian halnya dengan menjadi dewasa. Bertambahnya usia memang dapat berjalan sejajar dengan kedewasaannya. Namun demikian, seseorang di usia mudanya sangat mungkin telah menjadi dewasa dan sebaliknya di usia tuanya belum dewasa. Dewasa di sini dalam arti telah matang dalam pemikiran dan pandangan hidupnya berkenaan dengan prinsip-prinnsip hidup yang diyakininya.
Penjelasan
Pokok pembicaraan Surat Efesus secara umum dapat disebutkan bahwa kepada dunia yang porak-poranda ini Tuhan Yesus telah membawa jalan menuju persekutuan. Jalan itu adalah melalui iman di dalam Dia. Tugas Jemaat adalah memberitakan jalan itu ke seluruh dunia, dengan ciri-ciri yang harus dimiliki setiap orang Kristen agar Jemaat dapat memenuhi tugasnya sebagai alat Kristus untuk mengadakan pendamaian antara manusia dengan sesasamanya dan antara manusia dengan Allah di dunia ini.
Efesus 4:13-14 secara khusus membicarakan maksud Kristus supaya JemaatNya mencapai “kedewasaan penuh”, di mana perkembangan Jemaat ditandai oleh pertumbuhan dari tingkat anak-anak menjadi dewasa. Ini merupakan bagian dalam pembicaraan tentang panggilan Jemaat di dunia sebagai tema dari Efesus 4:1-16. Penyebutan kedewasaan penuh dalam ayat 13 diberi penjelasan sebagai penegasan pada ayat 14, yang menyebut ’bukan lagi anak-anak’. Kata Yunani nepios (kekanak-kanakan) berlawanan atau kebalikan dari teleios (kedewasaan). Ciri-ciri kekanak-kanakan adalah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
Kedewasaan penuh (Yun: aner teleios) dapat juga dipahami sebagai ”laki-laki tulen” (”pria sejati”). Tentu hal ini bukan sebagai istilah yang menunjuk pada gender atau mengarah pada diskriminasi gender, tetapi dalam konteks seorang laki-laki dewasa yang memang pada saat itu harus bisa memikul tanggung jawab khusus sesuai tuntutan zamannya. Tanggung jawab yang memang belum dipunyai oleh anak-anak ketika masih dalam tanggungan orang tuanya, namun setelah dewasa harus menunjukkan kematangannya, yaitu mandiri dalam prinsip-prinsip kebenaran yang tidak mudah goyah oleh pengaruh ajaran yang menyesatkan.
Kedewasaan penuh yang dimiliki oleh Jemaat berkenaan dengan tahapan mereka mencapai kesatuan iman (terjemahan BIS: menjadi satu oleh iman yang sama), sebagai satu tubuh Kristus yang disebutkan dalam pemicaraan bagian selumnya (Ef 4:12),  yang mermpunyai pemahaman yang sama tentang Anak Allah. Penyebutan “kita semua” dalam ayat 13 menegaskan kembali bahwa pada hakekatnya Jemaat adalah satu kesatuan sebagaimana telah disebutkan dengan lebih rinci pada bagian sebelumnya (bdk. Ayat 3-6), yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat golongan tertentu dalam kehidupan mereka. Sekat-sekat yang disebutkan dalam Surat Efesus adalah orang Yahudi dan bukan Yahudi (Yunani?) (Bdk. 2:11-13). Kebersamaan ini mencirikan Jemaat dalam melangkah maju sampai tujuannya nanti telah tercapai.
Dalam kehidupan Jemaat tentu ada sementara Warga Jemaat yang harus dijaga atau mendapatkan ”pengawalan khusus” dari orang-orang yang melakukan permainan palsu (Yun: kubeia = terampil mempermainkan dadu) dengan caranya yang dapat memikat dan memperdaya mereka agar goyah imannya. Di sinilah seseorang diuji dan sekaligus dapat ditunjukkan dalam kehidupannya sebagai seseorang yang secara individu dan bersama sebagai jemaat yang telah matang atau dewasa.
Kedewasaan penuh juga berkenaan dengan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Pembicaraan ini adalah dalam konteks pertumbuhan Jemaat, yang makin lama makin bertambah sempurna seperti Kristus, di mana Warga Jemaat dapat mencerminkan Kristus di dalam dirinya. Kepenuhan Kristus menjadi ukuran dalam menilai perkembangan Jemaat, dan Jemaat saat ini bertumbuh menuju ke arah mencapai kepenuhan Kristus itu.
Panduan Diskusi
1.       Kedewasaan yang harus ada dan ditunjukkan oleh Jemaat Efesus dengan meninggalkan hidup kekanak-kanakan berlaku juga untuk semua Jemaat, termasuk GKJ. Dalam konteks pertumbuhan hidup GKJ hidup keknak-kanakan yang harus ditinggalkan dan kedewasaan yang harus ada dan ditunjukkan?
2.       Faktor-faktor apa saja dalam kehidupan Gereja-gereja Kristen Jawa yang merupakan:
a.       Potensi untuk dapat meninggalkan hidup kekanak-kanakan dan mengembangkan hidup Jemaat yang dewasa?
b.      Kesempatan apa yang dapat kita gunakan untuk ”membawa” Jemaat kepada hidup dewasa dan menunjukkan kedewasaannya?
c.       Hambatan apa yang sangat dirasakan oleh Jemaat dalam meninggalkan hidup kekanak-kanakan dan mengembangkan hidup Jemaat yang dewasa?
d.      Tantangan apa yang kita hadapi untuk ”membawa” Jemaat kepada hidup dewasa dan menunjukkan kedewasaannya?
3.       Pengaruh lingkungan ataupun pihak-pihak tertentu dapat menggoyahkan Jemaat. Dari banyak pengaruh tersebut, pengaruh apa yang bisa kita lihat sangat dekat dengan pertumbuhan GKJ, dan apa yang harus kita lakukan sebagai pelayan gereja untuk menanggapi atau menghadapinya?

13   sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
14   sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

BIS:
13   Dengan demikian kita semua menjadi satu oleh iman yang sama dan pengertian yang sama mengenai Anak Allah. Dan kita menjadi orang-orang yang dewasa yang makin lama makin bertambah sempurna seperti Kristus.
14   Maka kita tidak menjadi anak-anak lagi yang terombang-ambing dan terbawa-bawa ke sana ke mari oleh arus bermacam-macam pengajaran dari orang-orang yang licik. Mereka menyesatkan orang dengan tipu muslihat mereka.






HIDUP BERSAMA DALAM KASIH

Bacaan      :   Efesus 4:15-16
Tema         :   Menata diri menuju kesempurnaan panggilan pelayanan
Tujuan      :   1. Peserta mampu mengungkapkan kebenarannya dengan penuh kasih.
                        2. Peserta mampu mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang efektif.

Pengantar

Menurut buku agenda GKJ tercatat data sebagai berikut: pada tahun 2006 tercatat jumlah warga jemaat ...., klasis…., pendeta…. Sementara ditahun 2009 tercatat jumlah warga 226,735, klasis sebanyak 31 dengan jumlah pendeta 285. Perkembangan ini disatu pihak kita sambut dengan gembira sebab menunjukkan adanya pertumbuhan kuantitas dalam hal: jumlah warga, klasis maupun pelayannya. Meskipun secara kualitas perlu telaah yang lebih dalam, apakah peningkatan kuantitas dibarengi dengan peningkatan kualitas.

Konsekuensi logis dari sebuah komunitas yang besar, tentu juga membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh. Agar semua pihak dapat mngekspresikan imannya dengan baik, sehingga terjadi peningkatan kualitas pelayanan. 

Penjelasan perikop

1.       Menyatakan kebenaran dalam kasih (ayat 15)

Ayat ini memuat nasehat Paulus kepada jemaat di Efesus yang sedemkian kaya dengan karunia dari Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus telah memanggil orang percaya untuk menjadi pelayan-pelayannya sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil maupun gembala-gembala.

Nampaknya selain mereka, ada pula orang-orang yang mengaku sebagai pelayan-pelayan Tuhan, namun menurut Paulus ajaran yang disampaikan adalah pengajaran yang menyesatkan. Sebab pengajaran itu berasal dari hikmat manusia, dengan maksud tersembunyi yang penuh dengan kelicikan. Realitas ini menurut Paulus harus di hadapi dengan dewasa. Wujud dari kedewasaan adalah jemaat teguh terhadap pengajaran dan kebenaran yang selama ini telah mereka terima dari pelayan-pelayan Kristus. Mereka tidak diperbolehkan diam atau bahkan seperti anak kecil yang mudah terkena ”iming-iming”. Sebagai jemaat dewasa mereka harus mampu menyatakan kebenaran tentang keyakinan imannya. Yang menarik adalah bagaimana kebenaran yang disampaikan haruslah dalam kasih. Artinya tetap menjunjung sikap hormat menghormati dan saling menghargai. Penggunaan istilah anak kecil dan orang dewasa menujukkan sebuah harapan agar jemaat bersikap kritis terhadap berbagai hal sehingga jemaat akan mampu bertumbuh dengan lebih baik dalam hal pemahaman menuju peningkatan kualitas iman. Demikian juga dalam hal penyampaian pendapat seharusnya disampaikan dengan penuh kasih.

Hal ini menjadi amat penting mengingat pasca reformasi orang dengan gampang menyampaikan kebenaran yang diyakininya dengan kekerasan, teriakan-teriakan, tinju bahkan dengan senjata bukan dengan hikmat. Orang bisa berubah menjadi arogan demi mempertahankan kebenarannya dan tidak menghargai perasaan orang lain. Sikap demikian tidak akan menjadikan manusia dapat membangun diri demi kesempurnaan namun justru menimbulkan kebencian, trauma, fanatik yang berlebihan dan luka hati. Jika demikian keinginan untuk membangun diri menjadi lebih baik tidak akan pernah dapat tercapai.

Keteguhan memegang kebenaran harus tetap dalam roh/jiwa cinta kasih yang membangun. Sehingga hasilnya bukan luka, permusuhan, omong kosong, atau asal debat/apalagi asal beda pendapat, namun masing-masing menjadi tumbuh dalam segala hal, baik dalam hal pengetahuan, kesabaran dan kedewasaan , yang mengarah kepada Tuhan Yesus yang menjadi Kepala.

2.       Tersusun rapi dan saling terhubung. (Ayat 16)

Ayat ini menggambarkan adanya sebuah sistem kerja bagi karya pelayanan. Gambaran tubuh dengan banyak organ tubuh menggambarkan banyaknya organ yang terkait/terhubung satu dengan lainnya. Tuhan Yesus menjadi Kepala, jemaat menjadi anggota tubuh. Kepala memang satu, namun anggota yang lain begitu banyak dan kompleks. Bagian yang satu terhubung dengan bagian yang lain dengan sangat erat, bahkan yang satu bisa berpengaruh terhadap bagian yang lain, tangan berpengaruh pada otak, pada jantung dll.

Demikian juga dengan jemaat Efesus yang kaya dalam hal jumlah maupun karunia-karunia, tidak berjalan sendiri-sendiri atau menjegal satu dengan lainnya, sebaliknya Tuhan Allah melalui suratnya Paulus mengharapkan jemaat hidup dalam kebersamaan yang sejati. Salah satu wujud kebersamaan itu adalah kesediaan untuk menata diri melakukan komunikasi dan koordinasi yang baik, agar semuanya menjadi susunan/sistem yang rapi. Koordinasi yang rapi akan menjadikan jemaat mampu mengembangkan talenta yang dimiliki, sebab akan mendapatkan kekuatan yang senantiasa diperbaharui. Kekuatan itu memampukan jemaat dapat mengembangkan pelayanannya. Jika tiap-tiap bagian bekerja secara maksimal sesuai dengan tugas panggilannya maka seluruh bagian yang terkait akan juga mampu tumbuh secara maksimal sesuai dengan kehendak Tuhan.

Diskusi

1.       Seringkali pemaksaan kehendak atas kebenaran yang diyakininya kita temukan di kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berkeluarga bahkan bergerja. Bagikanlah pengalaman saudara, dan apa yang kita bisa lakukan untuk meminimalkan sikap-sikap seperti itu.

2.       Diskusikan bentuk-bentuk koordinasi pelayanan yang efektif yang dapat lebih dikembangkan di zaman ini.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013