Tanda kedatangan-Nya

tanda-tanda kedatangan Kristus kembali " dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku." —Lukas 21:17 Kita tahu dari sejarah gereja bahwa gereja telah mengalami penganiayaan tanpa henti. Oleh karena itu gereja sudah "ahli" dalam menangani olok-olok dan ejekan. Semua rasul, kecuali satu, meninggal sebagai martir. Yohanes dibuang ke Pulau Patmos, tempat dia menulis Kitab Wahyu. Tradisi Gereja menyatakan bahwa para penganiaya Yohanes mencoba merebusnya dalam minyak, namun mereka tidak berhasil. Jadi mereka hanya membuangnya di pulau terpencil. Pulau Patmos. Dalam sejarahnya Gereja memang mengalami masa penganiayaan yang mengerikan. Dari abad pertama hingga tahun 314, yang merupakan masa martir dalam sejarah gereja, ribuan orang Kristen yang berani menyerahkan nyawa mereka demi Injil. Ada kurang lebih sepuluh gelombang besar penganiayaan terjadi di bawah pemerintahan berbagai Kaisar, yang berupaya menghapuskan iman Kristen dari muka bumi. Namun alih-alih menghancurkan agama Kristen, mereka justru memperkuatnya dalam banyak hal. Injil hidup dan sehat, dan Yesus Kristus masih bekerja dengan penuh kuasa. Ada istilah yang terkenal untuk masa itu: Dibabat malah merambat. Tuhan mengizinkan penganiayaan ini, dan Dia akan mengizinkan penganiayaan. Faktanya, salah satu tanda akhir zaman adalah meningkatnya penganiayaan. Dan hal ini akan semakin intensif selama masa kesengsaraan. Saat ini ada orang-orang pemberani di seluruh dunia yang membela keyakinan mereka. Di seluruh belahan bumi orang percaya mencoba tidak mengeluh jika seseorang mengolok-olok orang Kristen karena membaca Alkitab. Bahkan di sebagian wilayah Indonesia masih kita dengar pelarangan ibadah yang dilakukan oleh orang Kristen. Namun secara Nasional mari kita bersyukur kepada Tuhan atas adanya Pancasila dan UUD 1945. Sebab ada jaminan akan kebebasan untuk beribadah dan berdasar agama yang kita anut. Dan marilah kita juga bersyukur kepada-Nya atas kebebasan yang kita miliki untuk memberitakan Injil. Sebagai orang Kristen, kita akan menghadapi penganiayaan. Jika kita orang saleh, maka kita akan berhadapan dengan aniaya dan olok-olok Alkitab berkata, “ Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Mungkin Tuhan mengijinkan penganiayaan dalam hidup kita. Mungkin seseorang di tempat kerja yang selalu mempunyai pertanyaan sulit untuk kita atau tetangga yang menyulitkan kita karena iman kita kepada Yesus. Atau mungkin ada anggota keluarga yang tidak percaya. Meskipun kita telah melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Tuhan akan mengizinkan penganiayaan dalam kehidupan orang percaya. Penganiayaan tidak hanya menegaskan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan, tetapi juga membuat kita semakin bergantung pada Yesus dan mengingat bahwa dunia ini bukanlah rumah kita. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yohanes 15:18–19). Ketika tanda-tanda kedatangan Yesus kembali semakin terlihat, hal ini seharusnya membuat kita tetap waspada secara rohani. Yesus berkata, “ Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Lukas 21:28). Kita adalah pengelola kehidupan kita, waktu kita, dan sumber daya kita. Dan suatu hari nanti kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Jangan buang waktu kita. Jangan melanjutkan bisnis seperti biasa. Sebaliknya, marilah kita membiarkan pengajaran tentang kedatangan Tuhan kembali ini memotivasi kita untuk menjalani kehidupan yang saleh.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009