Kebaktian tgl 9 Nopember 2008.
Kebaktian tgl 9 Nopember 2008.
Perjamuan Kudus, Baptis dan Peneguhan Nikah.
Bacaan:
PHB:Matius 25:1-13
BA:Mazmur 78:1-7
Persembahan :I Tes 4:13-18
Ngenget2 Pakaryan Kawilujengan lan nampeni Kakiyatan Enggal.
Yusak 24:1-3;14-25
Pengantar
40 tahun lelampahan ing pasamunan/padang pasir sampun lumampah. Israel sampun nampeni siti prasetyan. Yehuwah Allah sampun nindakaken kathah kaelokan matemah sedayanipun saged kalampahan. Saben taler ugi sampun nampeni bagianipun piyambak-piyambak. Allah ugi tansah nganthi lan ngemuli gesangipun bangsa Israel (Yusak 23:1). Yusak ugi sampun wiwit sepuh. Yusak sampun kasil nderekaken Israel. Yusak dados pemimpin ingkang utami. Limrahipun ingkang kedadosan dateng tiyang sepuh ingkang sampun sukses, yusak temtunipun kemutan saha enget ing bab punapa ingkang sampun nate kelampahan. Kadospundhi anggenipun miwiti dados pemimpin minangka sesulih saking nabi Musa, lajeng mimpin ing salebeting perang kaliyan bangsa-bangsa sanes lan pungkasanipun saged nguwaosi tlatah Kanaan. Nanging punapa ingkang kita waos saking bab 23 ayat 1-3, kita malah mirsani sesarengan bilih Yusak mboten kados tiyang sepuh limrahipun, yusak nggiring manahipun bangsa Israel supados tansah tumuju dating Yehuwah Allah, mboten dateng dirinipun piyambak. Dados Yusak negesi bilih kesuksesan ingkang sampun kajangka punika amargi Yehuwah ingkang ngasta lan nyarirani, sanes amargi Yusak sampun dados pemimpin ingkang berhasil, sanes ugi amargi Israel pinter anggenipun perang.
Ngetang agenging berkahipun Gusti.
Wonten ing Yusak 24:1-3 kacariyosaken menawi Yusak sepisan malih nglempakaken sedaya tuwa-tuwanipun Bangsa Israel. Saperlu madep sowan wonten ing ngarsanipun Gusti Allah, ngaturaken bekti panuwun sokur. Lajeng wonten ing ayat 2 wonten pangaken saking Yusak bab gesangipun bangsa Israel: “dhek biyen leluhurira pada manggon ana ing sabrange bengawan efrat yaiku Terah bapakne Abraham lan Nahor, sarta pada mangabekti marang allah liyane. Nanging leluhurira Abraham nuli sunpundhut saka ing sabrange bengawan efrat kono, sun dawuhi dlajahi satlatahe tanah kanaan kabeh, sarta turune sundadekake akeh tuwin sunparingi Ishak”. Saking kredo/pengaken menika Israel kaemutaken bilin ing jaman
rumiyin leluhuripun Bangsa Israel mboten sami manembah dateng Yehuwah, Anangi Allah kersa nimbali, kersa paring kawilujengan, sanajan Israel asring mbalela. Lajeng Israel kaajak sami ngetang berkahipun Allah ing salebeting lelampahan tumuju ing siti Prasetyan.
Ketika kita mengalami kegagalan dan penderitaan, kita sering marah dan kecewa kepada Tuhan. Mengapa itu dapat terjadi? Sebab semakin kita merasa bahwa kita telah berlaku setia dan “berjasa” besar dalam melayani Tuhan, maka kita akan makin marah kepada Tuhan atas berbagai peristiwa pahit dan menyedihkan. Tapi sebaliknya ketika kita mau menghitung berkat secara cermat, kesetiaan dan kasih saying Tuhan yang pernah kita alami, maka kita akan dimampukan untuk bersyukur. Di buku kidung jemaat no 439 terdapat judul: Bila topan kras melanda hidupmu yang ditulis Johnson oatman,Jr pada tahun 1897. Dalam syair lagu tersebut: Bila kita dilanda oleh berbagai percobaan sehingga kita menjadi putus asa dan letih lesu/tak berdaya, maka pada saat itu kita perlu menghitung berkat/ seluruh berkat Tuhan. Semakin kita teliti dan cermat menghitung kama semakin kita akan kagum penuh syukur atas seluruh karyanya dalam kehidupan kita. Itu berarti kemampuan kita menghitung pada hakikatnya merupakan suatu
proses refleksi iman yang lahir dari pengalaman factual. Sehingga makna tindakan “mengenang”bukan sekedar suatu imaginasi ke masa lampau, namun pengenangan itu akan meneguhkan bahwa karya allah di masa lampau (kita yakin) akan berlanjut pada masa kini dan nanti. Hal ini menjadikan kita mampu bersandar pada Tuhan dengan rasa aman.
Meneguhkan tekad setia beribadah
Pengenangan yang kita lakukan bukan untuk bernostalgia belaka yang tidak terkait dengan soal iman kita. Tapi pengenangan yang dilandasi oleh sikap iman sehingga akan menghasilkan peneguhan untuk lebih berkomitmen semakin setia kepada Tuhan. Bukankah kita sering kehilangan komitmen iman saat kita menghadapi tantangan, tekanan dan kegagalan? Penyebabnya karena iman kita belum mampu melakukan pengenangan akan seluruh karya Allah. Pengenangan akan kasih allah sering bersifat terpotong-potong atau sepenggal-sepenggal dan kita tidak mampu melihat secara utuh karya kasih Allah. Ada banyak potongan karya kasih allah yang tersebar dan berserakan, terpisah satu sama lain, sehingga kita perlu belajar untuk memampatkan, menyatukan potongan-potongan, menyusun puzzle menjadi rangkaian yang baik. Seperti kredo Yosua.
Yosua sudah mampu memampatkan potonga-potongan karya Allah dan mengingatkan Israel akan karya allah secara menyeluruh. Namun di sisi lain yosua tidak pernah memaksakan halis refleksinya
kepada bangsa Israel. Yosua tidak pernah memaksa Israel untuk menyembah pada Yahweh. Ia mengajak umat untuk berani menntukan pilihan ketika di sikhem: Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah: allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai efrat , atau allah orang amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos 24:15). Yosua dapat berperan sebagai pemimpin yang arif, dewasa, sehingga ia tidak memaksa, namun ia menunjukkan pilihannya lebih dulu secara terbuka kepada Israel. Jadi yosua tidak memampatkan iman Israel secara paksa tapi mengedepankan contoh kongkrit atau teladan. Itu sebabnya Israel kemudian menjawab:jauhlah dari
pada kamimeninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada Allah lain. (yosua 24:16). Itu sebabnya Israel secara sadar dapat menyatakan diri untuk berpegang teguh kepada komitmen iman yang setia kepada Allah. Jadi tindakan pengenangan di sikhem mampu menghasilkan perubahan dan pembaharuan dan peneguhan tekad iman kepada Tuhan. Demikian pula dengan pengenangan kita akan kasih dan pengorbanan Yesus . walaupun Karya yesus telah sempurna, satu kali untuk selama-lamanya, tetapi bukankah kita tetap perlu terus mengenang dan mengulang janji iman kita kepada Tuhan? Itulah sebabnya kita perlu terus beribadah untuk terus dapat melakukan pengenangan dan pengulangan peneguhan iman. Tanpa ibadah untuk mengenag dan meneguhkan ulang maka spiritualitas kita sering terisi oleh virus yaitu dorongan nafsu dan egoisme yang membuat kita sering lupa seperti gadis bodoh, sehingga mereka tidak menyiapkan minyak pelita untuk menyambut kedatangan mempelai laki-laki.
Menyiapkan cadangan kasih.
Pengenangan kita akan kasih Tuhan hendaknya didasari oleh karena relasi kasih kita dengan allah. Sebab relasi kita dengan Allah adalah relasi yang baik seperti hubungan sepasang pengantin. Dan yesus sering menggambarkan hal ini, bahwa hubungan kita dengan Allah adalah hubungan kasih yang baik seperti mempelai pria kepada mempelai wanita. Karena itu kita sebagai mempelainya kita dipanggil untuk setia dan bertekun menantikan kedatangan mempelai laki-laki. Sayangnya kedatangan mempelai laki-laki selalu tidak dapat diperkirakan, dia dapat saja dating terlambat. Bagi mempelai wanita yang bijaksana maka mereka akan selalu menyiapkan cadangan minyak agar selalu siap untukmenerima kedatangan mempelai pria. Tapi bagi mereka yang bodoh mereka sama sekali tidak menyiapkan diri. Mereka yang bodoh tentu ingat akan mempelai pria yang akan dating, namun ingatan mereka waktu itu tampaknya hanya sekedar sebuah ingatan yang berupa kenangan yang tak berguna. Mereka tidak mampua membuat
langkah antisipatif. Sehingga tidak ada tindakan yang kongkrit, persiapan yang kongkrit akan terjadinya hal-hal yang tidak terduga. Padahal dalam hidup ini kita tahu bahwa tidak selalu yang kita harapkan dan kita rencanakan selalu dapat terwujud. Tetap harus siap dengan hal yang tidak terduga. Karena itu kita harus selalu punya cadangan untuk menjaga hal-hal yang tidak kita duga.
Dengan demikian akan akan memiliki spiritualitas yang selalu mampu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. Jadi pengenangan akan kasih tuhan akan bermakna bila kita mampu memaknai kehidupan masa kini dengan pola hidup yang terus produktif dalam kasih. Semakin banyak cadangan iman dan kasih kita maka kita akan tidak terlalu kuatir dengan berbagai kemungkinan terburuk yang dapat terjadi. Sebab kita telah belajar banyak dari pengalaman masa lalu yang pahit atau penuh kegagalan sehingga kita kini selalu berusaha untuk mempersiapkan berbagai cadangan spiritualitas yang dibutuhkan dalam kehidupan ini.
Kekuatan baru.
Kita hidup dalam dimensi waktu, sehingga semua peristiwa yang terjadi pada hakikatnya merupakan rangkaian kehidupan yang utuh. Rangkaian peristiwa itu akan menjadi proses yang membentuk kepribadian kita, karakter kita, spiritualitas kita. Apabila kita mampu memaknai setiap peristiwa dalam bingkai kasih kristus, maka kita akan senantiasa memperoleh kekuatan baru. Dan kekuatan baru ini sangat kita perlukan saat kita menghadapi banyak tantangan. Sehingga berbagai tantangan yang terjadi tidak akan membuat kita menjadi meninggalkan Allah. Sebaliknya semakin kita dihantam, semakin kita diperteguh, kesetiaan kita pada Yesus menjadi semakin kokoh. Rahasianya adalah karena kita dimampukan oleh Tuhan untuk memaknai realitas berdasar cara pandang uhan/ berdasar perspektif Tuhan. Semoga kita dimampukan untuk dapat terus menghitung berkat Tuhan, mampu mengenang, mampu mencondongkan hati kita kepada Tuhan, mampu melihat peristiwa dari sisi Tuhan dan akhirnya kita Kuat. Amin.
KJ 2:1
KJ 439:1.2.4
KJ 38:1-3
KJ 47:1-3
KJ 362:1-
KJ 439:1
KJ 450:1
KPKE 14:1
79:1-3
147:1-2
146:1-2
186:1-
79:2
343:1
Perjamuan Kudus, Baptis dan Peneguhan Nikah.
Bacaan:
PHB:Matius 25:1-13
BA:Mazmur 78:1-7
Persembahan :I Tes 4:13-18
Ngenget2 Pakaryan Kawilujengan lan nampeni Kakiyatan Enggal.
Yusak 24:1-3;14-25
Pengantar
40 tahun lelampahan ing pasamunan/padang pasir sampun lumampah. Israel sampun nampeni siti prasetyan. Yehuwah Allah sampun nindakaken kathah kaelokan matemah sedayanipun saged kalampahan. Saben taler ugi sampun nampeni bagianipun piyambak-piyambak. Allah ugi tansah nganthi lan ngemuli gesangipun bangsa Israel (Yusak 23:1). Yusak ugi sampun wiwit sepuh. Yusak sampun kasil nderekaken Israel. Yusak dados pemimpin ingkang utami. Limrahipun ingkang kedadosan dateng tiyang sepuh ingkang sampun sukses, yusak temtunipun kemutan saha enget ing bab punapa ingkang sampun nate kelampahan. Kadospundhi anggenipun miwiti dados pemimpin minangka sesulih saking nabi Musa, lajeng mimpin ing salebeting perang kaliyan bangsa-bangsa sanes lan pungkasanipun saged nguwaosi tlatah Kanaan. Nanging punapa ingkang kita waos saking bab 23 ayat 1-3, kita malah mirsani sesarengan bilih Yusak mboten kados tiyang sepuh limrahipun, yusak nggiring manahipun bangsa Israel supados tansah tumuju dating Yehuwah Allah, mboten dateng dirinipun piyambak. Dados Yusak negesi bilih kesuksesan ingkang sampun kajangka punika amargi Yehuwah ingkang ngasta lan nyarirani, sanes amargi Yusak sampun dados pemimpin ingkang berhasil, sanes ugi amargi Israel pinter anggenipun perang.
Ngetang agenging berkahipun Gusti.
Wonten ing Yusak 24:1-3 kacariyosaken menawi Yusak sepisan malih nglempakaken sedaya tuwa-tuwanipun Bangsa Israel. Saperlu madep sowan wonten ing ngarsanipun Gusti Allah, ngaturaken bekti panuwun sokur. Lajeng wonten ing ayat 2 wonten pangaken saking Yusak bab gesangipun bangsa Israel: “dhek biyen leluhurira pada manggon ana ing sabrange bengawan efrat yaiku Terah bapakne Abraham lan Nahor, sarta pada mangabekti marang allah liyane. Nanging leluhurira Abraham nuli sunpundhut saka ing sabrange bengawan efrat kono, sun dawuhi dlajahi satlatahe tanah kanaan kabeh, sarta turune sundadekake akeh tuwin sunparingi Ishak”. Saking kredo/pengaken menika Israel kaemutaken bilin ing jaman
rumiyin leluhuripun Bangsa Israel mboten sami manembah dateng Yehuwah, Anangi Allah kersa nimbali, kersa paring kawilujengan, sanajan Israel asring mbalela. Lajeng Israel kaajak sami ngetang berkahipun Allah ing salebeting lelampahan tumuju ing siti Prasetyan.
Ketika kita mengalami kegagalan dan penderitaan, kita sering marah dan kecewa kepada Tuhan. Mengapa itu dapat terjadi? Sebab semakin kita merasa bahwa kita telah berlaku setia dan “berjasa” besar dalam melayani Tuhan, maka kita akan makin marah kepada Tuhan atas berbagai peristiwa pahit dan menyedihkan. Tapi sebaliknya ketika kita mau menghitung berkat secara cermat, kesetiaan dan kasih saying Tuhan yang pernah kita alami, maka kita akan dimampukan untuk bersyukur. Di buku kidung jemaat no 439 terdapat judul: Bila topan kras melanda hidupmu yang ditulis Johnson oatman,Jr pada tahun 1897. Dalam syair lagu tersebut: Bila kita dilanda oleh berbagai percobaan sehingga kita menjadi putus asa dan letih lesu/tak berdaya, maka pada saat itu kita perlu menghitung berkat/ seluruh berkat Tuhan. Semakin kita teliti dan cermat menghitung kama semakin kita akan kagum penuh syukur atas seluruh karyanya dalam kehidupan kita. Itu berarti kemampuan kita menghitung pada hakikatnya merupakan suatu
proses refleksi iman yang lahir dari pengalaman factual. Sehingga makna tindakan “mengenang”bukan sekedar suatu imaginasi ke masa lampau, namun pengenangan itu akan meneguhkan bahwa karya allah di masa lampau (kita yakin) akan berlanjut pada masa kini dan nanti. Hal ini menjadikan kita mampu bersandar pada Tuhan dengan rasa aman.
Meneguhkan tekad setia beribadah
Pengenangan yang kita lakukan bukan untuk bernostalgia belaka yang tidak terkait dengan soal iman kita. Tapi pengenangan yang dilandasi oleh sikap iman sehingga akan menghasilkan peneguhan untuk lebih berkomitmen semakin setia kepada Tuhan. Bukankah kita sering kehilangan komitmen iman saat kita menghadapi tantangan, tekanan dan kegagalan? Penyebabnya karena iman kita belum mampu melakukan pengenangan akan seluruh karya Allah. Pengenangan akan kasih allah sering bersifat terpotong-potong atau sepenggal-sepenggal dan kita tidak mampu melihat secara utuh karya kasih Allah. Ada banyak potongan karya kasih allah yang tersebar dan berserakan, terpisah satu sama lain, sehingga kita perlu belajar untuk memampatkan, menyatukan potongan-potongan, menyusun puzzle menjadi rangkaian yang baik. Seperti kredo Yosua.
Yosua sudah mampu memampatkan potonga-potongan karya Allah dan mengingatkan Israel akan karya allah secara menyeluruh. Namun di sisi lain yosua tidak pernah memaksakan halis refleksinya
kepada bangsa Israel. Yosua tidak pernah memaksa Israel untuk menyembah pada Yahweh. Ia mengajak umat untuk berani menntukan pilihan ketika di sikhem: Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah: allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai efrat , atau allah orang amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos 24:15). Yosua dapat berperan sebagai pemimpin yang arif, dewasa, sehingga ia tidak memaksa, namun ia menunjukkan pilihannya lebih dulu secara terbuka kepada Israel. Jadi yosua tidak memampatkan iman Israel secara paksa tapi mengedepankan contoh kongkrit atau teladan. Itu sebabnya Israel kemudian menjawab:jauhlah dari
pada kamimeninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada Allah lain. (yosua 24:16). Itu sebabnya Israel secara sadar dapat menyatakan diri untuk berpegang teguh kepada komitmen iman yang setia kepada Allah. Jadi tindakan pengenangan di sikhem mampu menghasilkan perubahan dan pembaharuan dan peneguhan tekad iman kepada Tuhan. Demikian pula dengan pengenangan kita akan kasih dan pengorbanan Yesus . walaupun Karya yesus telah sempurna, satu kali untuk selama-lamanya, tetapi bukankah kita tetap perlu terus mengenang dan mengulang janji iman kita kepada Tuhan? Itulah sebabnya kita perlu terus beribadah untuk terus dapat melakukan pengenangan dan pengulangan peneguhan iman. Tanpa ibadah untuk mengenag dan meneguhkan ulang maka spiritualitas kita sering terisi oleh virus yaitu dorongan nafsu dan egoisme yang membuat kita sering lupa seperti gadis bodoh, sehingga mereka tidak menyiapkan minyak pelita untuk menyambut kedatangan mempelai laki-laki.
Menyiapkan cadangan kasih.
Pengenangan kita akan kasih Tuhan hendaknya didasari oleh karena relasi kasih kita dengan allah. Sebab relasi kita dengan Allah adalah relasi yang baik seperti hubungan sepasang pengantin. Dan yesus sering menggambarkan hal ini, bahwa hubungan kita dengan Allah adalah hubungan kasih yang baik seperti mempelai pria kepada mempelai wanita. Karena itu kita sebagai mempelainya kita dipanggil untuk setia dan bertekun menantikan kedatangan mempelai laki-laki. Sayangnya kedatangan mempelai laki-laki selalu tidak dapat diperkirakan, dia dapat saja dating terlambat. Bagi mempelai wanita yang bijaksana maka mereka akan selalu menyiapkan cadangan minyak agar selalu siap untukmenerima kedatangan mempelai pria. Tapi bagi mereka yang bodoh mereka sama sekali tidak menyiapkan diri. Mereka yang bodoh tentu ingat akan mempelai pria yang akan dating, namun ingatan mereka waktu itu tampaknya hanya sekedar sebuah ingatan yang berupa kenangan yang tak berguna. Mereka tidak mampua membuat
langkah antisipatif. Sehingga tidak ada tindakan yang kongkrit, persiapan yang kongkrit akan terjadinya hal-hal yang tidak terduga. Padahal dalam hidup ini kita tahu bahwa tidak selalu yang kita harapkan dan kita rencanakan selalu dapat terwujud. Tetap harus siap dengan hal yang tidak terduga. Karena itu kita harus selalu punya cadangan untuk menjaga hal-hal yang tidak kita duga.
Dengan demikian akan akan memiliki spiritualitas yang selalu mampu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. Jadi pengenangan akan kasih tuhan akan bermakna bila kita mampu memaknai kehidupan masa kini dengan pola hidup yang terus produktif dalam kasih. Semakin banyak cadangan iman dan kasih kita maka kita akan tidak terlalu kuatir dengan berbagai kemungkinan terburuk yang dapat terjadi. Sebab kita telah belajar banyak dari pengalaman masa lalu yang pahit atau penuh kegagalan sehingga kita kini selalu berusaha untuk mempersiapkan berbagai cadangan spiritualitas yang dibutuhkan dalam kehidupan ini.
Kekuatan baru.
Kita hidup dalam dimensi waktu, sehingga semua peristiwa yang terjadi pada hakikatnya merupakan rangkaian kehidupan yang utuh. Rangkaian peristiwa itu akan menjadi proses yang membentuk kepribadian kita, karakter kita, spiritualitas kita. Apabila kita mampu memaknai setiap peristiwa dalam bingkai kasih kristus, maka kita akan senantiasa memperoleh kekuatan baru. Dan kekuatan baru ini sangat kita perlukan saat kita menghadapi banyak tantangan. Sehingga berbagai tantangan yang terjadi tidak akan membuat kita menjadi meninggalkan Allah. Sebaliknya semakin kita dihantam, semakin kita diperteguh, kesetiaan kita pada Yesus menjadi semakin kokoh. Rahasianya adalah karena kita dimampukan oleh Tuhan untuk memaknai realitas berdasar cara pandang uhan/ berdasar perspektif Tuhan. Semoga kita dimampukan untuk dapat terus menghitung berkat Tuhan, mampu mengenang, mampu mencondongkan hati kita kepada Tuhan, mampu melihat peristiwa dari sisi Tuhan dan akhirnya kita Kuat. Amin.
KJ 2:1
KJ 439:1.2.4
KJ 38:1-3
KJ 47:1-3
KJ 362:1-
KJ 439:1
KJ 450:1
KPKE 14:1
79:1-3
147:1-2
146:1-2
186:1-
79:2
343:1
Komentar