Membuat perbedaan

terbiasa dengan kegelapan " Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." —Yohanes 3:19 Ulama Inggris William Farrar menulis, “Saya hanya satu, tetapi saya adalah satu; Saya tidak bisa melakukan segalanya, tapi saya bisa melakukan sesuatu. Apa yang bisa saya lakukan, harus saya lakukan. Dan apa yang harus saya lakukan, atas izin Tuhan, akan saya lakukan.” Apa yang bisa dilakukan satu orang? Banyak. Alkitab menceritakan kisah seorang wanita yang menyelamatkan suatu bangsa. Esther mungkin bukan wanita pertama yang dibayangkan orang untuk melakukan tugas ini. Setelah memenangkan kontes kecantikan, ia menjadi ratu di Kekaisaran Media-Persia. Dan dalam posisi berpengaruh tersebut, Ester, seorang Yahudi, menyadari bahwa bangsanya menghadapi ancaman serius. Seorang pria jahat bernama Haman telah menyusun rencana untuk memusnahkan setiap orang Yahudi di kekaisaran. Ester mempertimbangkan untuk mengajukan permohonan kepada Raja Xerxes atas nama rakyatnya. Tapi dengan melakukan itu, dia akan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Raja bisa mengeksekusinya karena mendekatinya tanpa undangannya. Namun sepupunya, Mordekai, mengiriminya pesan yang berbunyi, “ maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4:13–14). Dengan kata lain, “Ester, Tuhan tidak hanya bergantung padamu. Namun Dia dapat menggunakanmu dengan cara yang penuh kuasa. Maukah kamu maju?” Ester melakukannya, dan sebagai hasilnya, orang-orang Yahudi selamat. Satu orang membuat perbedaan. Kita juga bisa membuat perbedaan. Jadi, buatlah keputusan untuk menjadi wakil saleh seperti yang Yesus panggil. Dia berkata, “Kamu adalah terang dunia—seperti kota di puncak bukit yang tidak dapat disembunyikan” (Matius 5:14). Kita hidup di dunia yang gelap dimana orang-orang merasa nyaman dalam kegelapan. Mereka sudah terbiasa dengan kegelapan. Meski sedikit cahaya bisa membawa manfaat besar. Setelah Bastille di Paris direbut pada tahun 1789, muncul cerita tentang seorang tahanan yang dikurung di penjara bawah tanah yang gelap dan suram selama bertahun-tahun. Ketika dia dibebaskan dan dibawa keluar menuju sinar matahari, dia memohon untuk kembali ke penjara. Matanya tidak tahan terhadap terangnya sinar matahari. Satu-satunya keinginannya adalah mati dalam kegelapan tempat dia ditawan. Begitulah keadaan banyak orang saat ini. Mereka hidup dalam kegelapan, dan mereka merasa nyaman di sana. Namun Alkitab mengatakan bahwa ketika kita datang kepada Kristus, kita “beralih dari kegelapan ke terang dan dari kuasa Setan ke Allah” (Kisah Para Rasul 26:18). Kita perlu memancarkan terang Yesus Kristus ke dalam dunia kita yang gelap. Kita harus menganggapnya serius dan berupaya membuat perbedaan dalam budaya kita ke mana pun kita pergi, kapan pun kita bisa. Kita dapat membuat perbedaan. Kita memiliki peran strategis dan penting untuk dimainkan.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009