bahan PA Ibu
Sebuah Alasan untuk
Tersenyum
Sukacita, itu membuat
orang-orang ingin tahu apa rahasia Anda. Namun, sukacita bukanlah merupakan
rahasia bagi orang Kristen yang percaya. Ketika kita memilih untuk bertumbuh
lebih dekat kepada Allah, tinggal dalam karakter dan ketetapan-Nya, sukacita
akan ditumpahkan ke dalam hidup kita sehingga orang lain tidak dapat berbuat
apa-apa selain memperhatikannya.
Apakah Anda ingin
menjadi seseorang yang penuh dengan sukacita? Pertanyaan yang konyol, bukan?
Kita ingin hidup di atas semua persoalan-persoalan kita. Atau, memiliki sikap
yang sangat baik. Atau, banyak tertawa. Namun, sukacita melampaui semua hal
itu. Mari kita belajar dari firman Tuhan mengenai aspek-aspek yang menarik dari
sukacita:
1.
Sukacita adalah
buah-buah dari Roh Kudus. Lebih dari sekadar perilaku yang hebat atau semangat
pantang menyerah, sukacita berasal dari Allah (Galatia 5:22). Sukacita kita bertambah seiring kedekatan
kita dengan Kristus. Dan ketika dosa menjauhkan kita dari hubungan tersebut,
dosa juga merampas sukacita kita (Mazmur
51:8,12).
2.
Sukacita tidak
bergantung pada keadaan. Paulus menulis surat yang sering kali disebut
orang-orang Filipi sebagai "buku sukacita", dari sel penjara. Ia
dikritik, dibuat lelah, dan tidak dimengerti. Namun, dibanding membiarkan
keadaannya yang mengerikan itu menghambat firman Tuhan dan Roh Kudus (seperti
yang sering disebutkan dalam Markus 4:19), Paulus memilih untuk berfokus
pada sukacita akan pengenalan Kristus (Filipi 2:17). Suatu saat jika Anda membaca Filipi,
gambarkan sel penjara Paulus ... dan wajahnya.
3.
Sukacita adalah sebuah
pilihan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila
kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan." (Yakobus 1:2) Beginilah kenyataannya, bacalah dengan
hati-hati. Pencobaan-pencobaan yang menyakitkan dalam hidup memang tidak
menggembirakan, namun ketika kita berjalan melaluinya, kita seharusnya dipenuhi
dengan sukacita. Mengapa? Karena Allah yang baik sedang bertumbuh di dalam kita
dan dalam situasi tersebut. Kita dapat mengalami sukacita yang sejati ketika
kita berada dalam badai yang paling menakutkan, ketika kita mengisi hati dan
pikiran kita dengan kebenaran tentang Allah.
Sukacita menjadi
transaksi antara Anda dan Allah sehingga orang lain tidak dapat berbuat apa-apa
selain melihatnya. Ini adalah kehidupan Allah yang meluap melebihi batas
kehidupan Anda dan mengalir kepada kehidupan orang lain. Ketika Anda memercayai
Kristus dengan segenap hidup Anda, Anda akan mengalami hidup-Nya dalam kelimpahan
besar, dan hal itu tidak dapat berbuat apa-apa selain memberi Anda alasan untuk
tersenyum.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa dampak sebuah
senyuman?
2.Bagaimana caranya
agar tetap tersenyum di tengah derita?
Mengubah Pikiran Kita,
Mengubah Kehidupan Kita
Kata pembuka khotbah
itu adalah: "Apa yang Anda percayai tentang hidup memengaruhi segala
sesuatu tentang bagaimana Anda menjalani hidup." Jemaat hening dan
kemudian mendengarnya lagi, "Apa yang Anda percayai tentang hidup
mempengaruhi segala sesuatu tentang bagaimana Anda menjalani hidup."
Terkadang, kita
percaya bahwa pada akhirnya kebahagiaan akan muncul, atau mungkin kita
beranggapan, "Jika saya melakukan 'ini', hasilnya adalah 'itu'."
Namun, jika apa yang kita percayai tidak didasari kebenaran Alkitab, berbagai
tantangan tentu akan berpengaruh pada cara kita menjalani hidup. Sebagai
contoh, ketika seorang yang kita kasihi didiagnosa mengalami kondisi kelemahan,
kekecewaan dapat mengikuti karena hal tersebut dapat langsung mengguncang keyakinan
dasar kita tentang kehidupan itu sendiri.
Dalam satu bagian buku
berjudul "The Lost Virtue of Happiness" (Manfaat Kebahagiaan yang
Hilang] - red.), penulis J.P. Moreland dan Klaus Issler menulis mengenai hal
ini.
"Ayat paling penting yang pernah Paulus tuliskan mengenai
perubahan rohani adalah Roma
12:2. "Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini," katanya, "tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu." Pikirkan apa yang sebenarnya dapat Paulus katakan,
tetapi tidak dikatakannya. Ia mungkin dapat mengatakan, berubahlah dengan
membangun rasa dekat dengan Allah, dengan melatih keinginanmu dalam mematuhi
perintah-perintah Kitab Suci, dengan mengintensifkan keinginanmu untuk hal-hal
yang benar, dengan persekutuan dan penyembahan, dan sebagainya. Jelas bahwa
hal-hal tersebut merupakan bagian-bagian penting dari kehidupan orang Kristen.
Akan tetapi, Paulus memilih untuk tidak memasukkan satu pun dari semua itu
dalam kesimpulan terpentingnya tetang kehidupan rohani. Mengapa? Jelaslah bahwa
baginya, bagaimana seseorang berpikir dan apa yang dengan jujur dipercayai
seseorang membentuk inti paling dalam dari karakter dan perubahan ....
Kepercayaan adalah jalur yang di atasnya hidup kita berjalan.
Terkadang, "cahaya di ujung terowongan" terlihat
ketika kita memilih untuk mempelajari apa yang firman Tuhan nyatakan tentang
hidup daripada seberapa cepat kita dapat membuang rasa sakit kita. Kitab
Yakobus merupakan kitab yang tepat untuk memulai. Secara terang dan jelas,
Yakobus menjelaskan prinsip-prinsip penting tentang hidup kita, mengingatkan
kita tentang apa arti hidup dalam kebenaran itu -- kebenaran yang berjanji
membebaskan kita (Yohanes
8:32). Saya sangat
mendorong Anda untuk membaca beberapa ayat dari kitab Yakobus setiap hari dan
menanyakan tiga pertanyaan sederhana berikut ini:
1.
Kebenaran-kebenaran
apa yang ditemukan dalam ayat-ayat ini?
2.
Apa yang saya percayai
tentang hidup yang bertentangan dengan kebenaran-kebenaran tersebut?
3.
Apakah saya bersedia
melepaskan kepercayaan saya yang keliru untuk memercayai apa yang benar?
Ingatlah, "Apa
yang Anda percayai tentang hidup, mempengaruhi segala sesuatu tentang bagaimana
Anda menjalani kehidupan Anda."
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa yang kita
percayai mempengaruhi apa yang akan kita jalani. Setujukah saudara dengan
pernyataan ini? Berikan contoh!
Ketika Allah Turut
Bekerja (Amsal 3:5-6)
Suatu ketika, seorang
pemburu ateis tersesat di tengah hutan. Ia kemudian bertemu sekelompok macan.
Spontan, ia menembakkan senapannya ke arah macan-macan itu. Sayang, tembakannya
meleset dan ia pun kehabisan peluru. Ia berlari sekencang mungkin. Beberapa
ratus meter kemudian, ia terpeleset ke jurang. Beruntung, ia sempat meraih
dahan pohon di tepi jurang itu.
Berkali-kali ia
berteriak minta tolong, namun tidak ada jawaban. Hampir putus asa, ia kembali
berteriak, "Tuhan ... apakah Engkau sungguh ada?" Sejenak keadaan
menjadi sunyi, lalu terdengar suara, "Ya, Aku ada." Pemburu ini
melanjutkan, "Tuhan, selama ini aku meragukan keberadaan-Mu. Sekarang aku
percaya Engkau ada. Maukah Engkau menolongku? Aku berjanji akan membaktikan
sisa hidupku untuk melayani-Mu." "Baiklah, Aku akan menolongmu.
Tetapi, Aku ingin mengetahui satu hal darimu. Maukah engkau memercayai-Ku
dengan segenap hati dan akal budimu?" tanya Tuhan. "Tentu saja aku
percaya seribu persen! Cepat tolong aku, Tuhan!" jawab si pemburu penuh
keringat dingin. "Baiklah, sekarang lepaskan tanganmu dari dahan
itu," kata Tuhan. Spontan si pemburu berujar, "Tuhan, apakah Engkau
sudah gila?" Ia pun kembali berteriak, "Halo... adakah orang yang
mendengar saya? Tolong ... tolong ...!" Jika kita peka dalam hidup ini,
sering kita berperilaku seperti pemburu tadi. Kita masih setengah hati dalam
mengakui kekuasaan-Nya, terutama jika hal tersebut di luar logika kita.
Dalam bukunya "In
the Heart of the World", Ibu Teresa menulis: Di Calcutta, kami memasak
untuk 9.000 orang setiap hari. Suatu hari, seorang suster datang dan berkata,
"Ibu, tidak ada sesuatu pun untuk diberikan kepada orang-orang itu."
Saya tidak memunyai jawaban. Kemudian pukul 09.00 pagi, sebuah truk penuh
dengan roti datang ke rumah kami. Setiap hari pemerintah memberikan sepotong
roti dan susu kepada anak-anak miskin di sekolah. Tetapi, hari itu -- tidak
seorang pun tahu alasannya -- semua sekolah tiba-tiba diliburkan. Semua roti
diantar ke rumah kami. Lihat, Allah meliburkan sekolah. Dia tidak membiarkan
orang-orang kita pergi tanpa makanan. Inilah pertama kalinya mereka mendapatkan
roti yang baik dalam jumlah yang amat banyak.
Dalam hidup ini tidak
ada yang kebetulan jika kita melihatnya dengan mata iman. Pengalaman iman
tersebut akan membuat kita semakin memahami penyertaan ilahi dalam kehidupan
orang yang percaya dan berserah kepada-Nya (2 Tawarikh 16:9; Roma 8:28)
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Allah turut bekerja
untuk kebaikan kita. Tidak ada suatu yang kebetulan. Percayakah saudara akan
hal ini? Berikan contoh pengalaman saudara.
Nilai yang kekal
" Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Matius 4:4
Matius 4:4
Seperti biasanya, setiap
pagi saya mengantar anak saya yang masih TK ke sekolahnya. Karena terburu-buru,
dia duduk di sebelah saya dengan masih memegang roti sarapannya yang belum
habis dimakan. Terlintas dalam pikiran saya untuk mengingatkannya akan salah
satu ucapan Tuhan Yesus dalam Matius 4:4.
Sementara dia
menikmati roti di tangannya, saya bercerita bahwa Tuhan Yesus pernah mengatakan
sesuatu yang penting buat anak-anakNya, yaitu bahwa hidup ini tidak hanya
membutuhkan roti. Yang lebih penting adalah mengerti dan melakukan firman Tuhan
sejak masih kecil. Selama beberapa waktu selanjutnya, kami terlibat dalam
pembicaraan tentang hal di atas sampai kami tiba di sekolahnya.
Peristiwa di atas
terjadi beberapa bulan yang lalu. Namun, akhir-akhir ini ayat di atas terlintas
kembali di dalam pikiran saya dan saya merasa terdorong untuk menceritakannya
kepada anak-anak. Di tengah-tengah berbagai krisis yang terjadi di negara ini,
khususnya krisis ekonomi, nilai-nilai apakah yang sebenarnya bisa diajarkan
kepada anak-anak kita? Bisa jadi banyak di antara kita menjadi gamang karena
ketidakpastian yang ada. Demi menghadapi semuanya itu, ada pula yang mulai
dengan bijaksana mengadakan reformasi bagi segala bentuk pola hidup dan rencana
untuk masa depan. Namun bila kita mulai memikirkan tentang anak-anak kita dan
menyisihkan waktu untuk mereka, bekal apakah yang akan kita berikan bagi mereka
untuk menghadapi dunia ini dan masa depan mereka? Dengan kepastian apakah
mereka akan bertumbuh, mempunyai keyakinan diri yang baik, memandang masa depan
dengan pengharapan dan menyandarkan hidup mereka?
Perkataan Tuhan Yesus
di atas menyadarkan kita bahwa ada suatu nilai yang lebih, yang stabil dan
bahkan yang kekal sifatnya yang dapat diberikan kepada anak-anak kita. Dari
sekian banyak nilai yang kita jadikan patokan di dalam kehidupan ini,
sepertinya inilah saat yang tepat bagi kita untuk benar-benar memilah-milah di
antara nilai-nilai yang ada, manakah nilai yang lebih, yang stabil dan kekal
yang dapat menjadi pijakan dan bekal yang pasti bagi anak-anak kita. Ada banyak
nilai yang ditawarkan: materialisme, prestise, heroik, kesuksesan. Apakah kita
akan memilih salah satu dari semuanya itu, ataukah kita akan memilih
nilai-nilai firman Tuhan yang membawa manusia berdosa kembali kepada Allah Bapa
di surga? Inilah saat yang tepat bagi kita untuk menentukan, melangkah dan
memberikan kepada anak-anak kita nilai yang memberi mereka hidup yang sejati.
Doa kita, biarlah seluruh malaikat di surga bersorak memuji Allah karena ada
anak-anak yang berada di dalam rumah orang-orang yang mengasihi Tuhan berseru,
"Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup, tinggallah selamanya dalam hatiku, dan
jadilah Tuhan dalam hidupku." Amin.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Bagaimana cara
saudara mengajari anak tentang nilai firman Allah bagi kehidupan mereka?
Harapan yang Memotivasi
Wahyu 22:16-21
Pengkhotbah terkenal,
F.B. Meyer, pernah bertanya kepada penginjil D.L. Moody, "Apa rahasia
keberhasilan Anda?" Moody menjawab, "Selama bertahun-tahun, saya
tidak pernah memberikan alamat tanpa kesadaran bahwa Tuhan datang sebelum saya
selesai."
Salah satu pengajaran
di dalam Alkitab yang paling menyemangati adalah bahwa Tuhan datang kembali ke
dunia. Karena Tuhan sudah hampir menggenapi wahyu itu, Dia terus mengingatkan,
mengatakannya dengan kata-kata Kristus sendiri, "Aku akan segera
datang."
Firman Allah itu
mengingatkan kita bahwa Dia akan kembali lagi untuk kita. Dengan jaminan yang
sungguh-sungguh yang menggenapi apa yang tertulis di Alkitab ini, kita bisa
terus berharap di dalam hati. Harapan untuk bisa bertemu dengan Juru Selamat
kita, menjadi serupa dengan-Nya, dan bersama Dia kekal selamanya seharusnya
mendorong kita untuk melayani Tuhan, seperti yang dilakukan Moody.
Di dunia yang penuh
dosa ini, kita mudah untuk kehilangan harapan. Tetapi harapan bahwa Kristus
akan kembali harus terus membara di dalam hati kita. Rasul Paulus menyampaikan
hal ini saat dia mengatakan, "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga,
dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai
Juruselamat." (Filipi 3:20)
Harapan dalam
kata-kata terakhir-Nya, "Aku akan segera datang," seharusnya
memotivasi kita semua untuk hidup dalam pelayanan yang suci.-- PRV
Harapan yang
diberkati, janji kebahagiaan
penuhilah hati kami dengan sukacita abadi
hari demi hari, sambutlah kedatangan-Nya
kemuliaan-Nya agung akan selalu bersinar (Camp)
penuhilah hati kami dengan sukacita abadi
hari demi hari, sambutlah kedatangan-Nya
kemuliaan-Nya agung akan selalu bersinar (Camp)
Harapan kemuliaan
membawa kita pada pentingnya kesucian.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa yang sering
membuat kita kehilangan pengharapan akan kemuliaan yang akan diberikan saat
Kristus dating kepada kita?
2. Bagimana caranya
agar kita tetap tidak kehilangan pengharapan?
Pelayanan
"... Demikian
pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya." (1 Korintus
7:22)
Sebagai seorang
misionaris baru, kami menerima banyak nasihat tentang melayani. Hingga akhirnya
Yun Ssi berada di rumah kami, di Korea, selama 6 tahun. Dari pembantu wanita
kecil yang tidak pernah bersekolah ini, saya belajar tentang pelayanan.
Kegagalan Yun Ssi
melahirkan anak membuat dia harus mengakhiri pernikahannya dengan pria yang dia
cintai. Secara hukum, dia dapat mengangkat anak-anak suaminya, tetapi dia
memilih untuk tidak menyakiti ibu mereka. Sebaliknya, dia mencurahkan naluri
keibuannya kepada keempat anak kami. Kesabarannya bisa membuat anak-anak kami
manja.
Ketika saya pulang
dari rumah sakit setelah melahirkan anak ketiga kami, dia berkata, "Saya
tadinya berharap Anda memunyai anak kembar, satu untuk Anda dan satu untuk saya,"
tanpa memikirkan popok tambahan yang akan diperlukannya.
Sesegera mungkin, dia
menggendong bayi kami di punggungnya, gaya "obo", sambil mencuci
piring dan mengepel lantai. Kata pertama yang diucapkan Bobby, bayi kami,
adalah "obo".
Suatu ketika saya dan
suami saya ke luar negeri selama sebulan. Teman-teman misionaris dengan
sukarela menjaga anak-anak dan bayi kami. Yun Ssi terlihat sangat terluka. Kami
meninggalkan Beth, anak kami yang berusia 2 tahun, bersamanya. Bahkan, untuk
masalah kecil seperti masalah iritasi karena popok, Yun Ssi memanggil seorang
sopir untuk mengantarkannya dan Beth ke seorang dokter misionaris.
Yun Ssi meminta maaf
karena tidak bisa berbahasa Inggris. "Itu lebih baik," kata kami
kepadanya. "Engkau membantu kami belajar bahasa Korea." Jadi, ketika
seorang anak kami minta minum, Yun Ssi mengulanginya dalam bahasa Korea yang
sama artinya namun dalam bentuk lagu, dia menolak memenuhi permintaan itu
hingga anak kami meminta lagi dalam bahasa Korea. Di luar rumah, dia membuat permainan
menghitung tonggak pagar. Dia berbicara ketika anak-anak membantu dia memasak.
Ketika kami tidak mengerti, dia mengulangi lagi sampai kami mengerti. Dia
menjelaskan budaya Korea dan menengahi kami ketika kami salah.
Bila ada piring yang
pecah, Yun Ssi akan jujur mengatakannya kepada saya. Dia tidak pernah mengambil
apa pun dari kami, meskipun rumah kami tampak kaya. Tugas-tugas rutin dan yang
tidak menyenangkan menjadi pelayanannya. Ketika listrik padam, dia mencuci
pakaian kami di sungai. Dia menggosok lantai vinil kami setiap hari untuk
menghilangkan jelaga. Setelah air kamar mandi mati berhari-hari dia
membersihkan kamar mandi dengan ceria.
Yun Ssi selalu ada
jika dibutuhkan dan pekerjaannya selalu selesai. Bila dia tidak yakin tentang
sesuatu, dia bertanya. Dia tidak mengambil perasa makanan untuk kue apel atau
menggunakan satu kaleng lilin impor untuk membersihkan lantai sekaligus,
seperti yang dilakukan oleh para pembantu lainnya.
Yun Ssi menyaksikan
kekurangan-kekurangan dalam keluarga yang biasanya menjadi gosip murahan, namun
dia menceritakan tentang kami secara lebih baik dari yang seharusnya kami
terima.
Imannya sederhana,
personal, dan nyata. Dia dengan rajin membuka Alkitabnya setiap hari, untuk
membaca "kata-kata Yesus untuk saya," meskipun dia hanya mendapat
sedikit pelajaran membaca saat masih kecil dari seorang guru yang patut
dihormati. Orang tuanya berkata, "Kamu harus belajar membaca, meskipun
kamu adalah seorang gadis."
Ketika keluarga kami
pulang pada Sabtu tengah malam setelah pelayanan sosial misi, coklat panas
telah menunggu kami. Ketika kami pergi berlibur selama musim hujan dengan bayi
kami yang terkena disentri, Yun Ssi menyetrika popok bayi kami supaya kering.
Lama ketika kami kembali lagi ke Korea, dia tidak bisa meninggalkan majikan
barunya, tetapi setiap beberapa minggu, setelah bekerja seharian, dia datang ke
rumah kami dengan naik bus -- dan mencuci piring dan membuat kue sambil
berbincang-bincang.
Tidak lama sebelum
kami meninggalkan Korea, Yun Ssi memandang kami dan menjelaskan, "Saya
tidak akan ikut ke bandara karena saya akan menangis." Bahkan ketika dia
berbicara, air mata mulai menetes -- dan dia mulai terisak. Ketika dia melepas
kaos kakinya untuk mengusap air matanya, saya mengulurkan saputangan kusut saya
kepadanya dan meyakinkan dia bahwa saya memahaminya. Tetapi di bandara dia
menyelipkan sapu tangan yang telah dicuci bersih ke tangan saya dan mengikuti
kami selama masih diperbolehkan. Air mata dan pelukan berbaur menjadi satu.
Tidak seorang pun dari kami akan pernah melupakan Yun Ssi. Perasaannya pada
kami adalah kasih yang sejati, pengabdian yang sejati, pelayanan yang sejati.
Yun Ssi adalah sahabat
yang baik. Perjanjian Baru sendiri memberikan contoh tokoh-tokoh yang melayani
Kristus, seperti Paulus, Timotius, Titus, Musa, Yakobus, Petrus, dan Yohanes.
Kristus yang menjadikan diri-Nya sendiri "sebagai seorang hamba".
Suatu hari saya berharap akan mendengar, dengan Yun Ssi, "Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia."
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Pelayanan seperti
apakah yang sudah dipertontonkan oleh Yun Ssi?
2. Bagimana caranya
agar kita bias memiliki pelayanan yang sejati seperti Yun Ssi?
Apakah Aku Seorang
Saksi?
"Jadilah teladan
bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12)
Minggu itu adalah
minggu terakhir saya bekerja. Saya pensiun! Oh, senangnya! Akhirnya! 35 tahun
sudahlah cukup! Meskipun demikian, saya menyukai pekerjaan saya sebagai kepala
perawat, ketentuan perawatan kesehatan semakin sulit, dan dana yang disediakan
selalu dipotong. Sekarang kami jarang dapat memenuhi persyaratan kepegawaian.
Saya berharap saya
dapat pergi diam-diam, tetapi saya tidak boleh melakukannya. Sepanjang minggu
di sana merupakan saat makan siang dan peristiwa-peristiwa lain yang istimewa,
hingga akhirnya acara perpisahan yang dihadiri oleh seluruh pekerja di rumah
sakit. Salah satu rekan kerja saya yang memandu acara tersebut menyambut saya
dengan hangat dan membawa korsase [kembang buatan untuk hiasan yang disematkan
di kebaya, dsb. -Red] yang indah. Korsase itu adalah yang terindah yang pernah
saya lihat -bunga mawar dan kacapiring. Aromanya harum. Ketika dia menyematkan
korsase itu di baju saya, dia berbisik, "Ini dari seseorang yang ingin
namanya dirahasiakan, tapi saya rasa, kamu, setidaknya, harus tahu. Aku akan
memberitahumu nanti."
Kemudian teman saya
menceritakan kisah korsase itu. Seorang pria, pekerja di bagian pemeliharaan
mendekati teman saya ini ketika dia sedang mengatur acara perpisahan saya. Pria
ini meminta izin membeli sebuah korsase untuk acara tersebut dan mengatakan
bahwa dia hanya ingin melakukan sesuatu, dan bunga tampaknya adalah cara yang
tepat. Saya sama sekali tidak mengenal pria ini. Kami terbiasa untuk saling
menyapa bila kami bertemu di ruang depan rumah sakit. Saya bertanya-tanya
mengapa saya dikenal oleh pria pendiam dan pemalu ini.
Saya mencari pria ini
dan mengungkapkan terima kasih saya atas bunga itu. Ketika kami bertemu, pria
ini mengingatkan saya tentang operasi jantung yang dia jalani tahun lalu. Saya
sudah lupa bahwa saya pernah mengirim sebuah kartu ucapan lekas sembuh dan
menuliskan "Saya turut berdoa untuk kesembuhan Anda". Kartu itu, ditambah
dengan pencariannya selama bertahun-tahun, membawa dia pada kesimpulan bahwa
saya pasti orang Kristen. "Saya benar-benar mengagumi hal itu ada dalam
diri seorang pemimpin," katanya.
Melihat kembali ke
tahun-tahun yang lalu, saya bertanya-tanya bagaimana saya bisa benar-benar
memengaruhi dia, atau orang lain. Apa lagi yang bisa saya lakukan atau katakan?
Tanggung jawab untuk bersaksi adalah sesuatu yang berat. Apakah kita dengan
sadar berencana dan melakukannya dengan bijak? Apakah kita menyadari betapa
sering kesempatan muncul dengan sendirinya, namun kita melewatkannya begitu
saja? Saya harus mengakui bahwa saya telah banyak melewatkannya. Saya setiap
hari berdoa agar Tuhan memberi saya kesempatan baru dan memimpin saya melakukan
dan mengatakan hal yang baik.
Sering kali selama hidup kita, kita bertemu
dengan orang-orang yang haus akan kata-kata yang menguatkan -kata-kata yang
menunjukkan perhatian, harapan, dan petunjuk rohani. Marilah kita terus
memberitakan Yesus kepada setiap orang yang kita temui -dengan kata, doa, dan
bersaksi.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Hidup kita dilihat
orang. Baik atau buruk akan menjadi teladan. Bagaimana saudara menanggapi hal
ini?
Kemenangan Kasih
Biasanya ketika
seseorang berbicara tentang kasih Kristus, segera pembicaraan itu akan
diarahkan kepada kayu salib, karena di kayu salib itulah kasih Allah dinyatakan
secara luar biasa dengan menyerahkan Anak Tunggal-Nya sebagai kurban untuk
pengampunan dosa manusia. Di kayu salib itu pun, Anak Allah karena kasih-Nya
rela tunduk dan taat kepada kehendak Bapa untuk menumpahkan darah, memecahkan
tubuh, dan menyerahkan nyawanya demi keselamatan manusia.
Kasih Kristus di kayu
salib dikatakan sebagai kasih terbesar sepanjang sejarah. Kurban termahal,
darah sang Anak Allah, dicurahkan bukan untuk sosok yang pantas menerimanya,
melainkan untuk mereka yang justru telah menyebabkan Tuhan harus disalibkan.
Seperti yang Paulus katakan, Dia telah mati bagi kita, ketika kita masih hidup
di dalam dosa, tidak peduli dengan Dia, bahkan masih seteru, melawan dan
memberontak terhadap-Nya. (Roma 5:6-10)
Paulus juga berkata,
untuk seorang yang baik, mungkin ada orang yang rela mati. Untuk orang yang
benar, ada saja yang rela berkorban. Tetapi untuk orang jahat, pembunuh,
pemerkosa, perampok, pembuat keonaran, dan berbagai penderitaan untuk manusia,
siapakah yang rela mati? Karena itu, Kristus rela mati untuk mereka yang bahkan
menyalibkan dan membunuh Dia.
Bagi banyak orang,
salib adalah bukti kasih yang sejati, terbesar, dan termulia. Namun, apakah
kasih di kayu salib efektif untuk menyelamatkan manusia? Bukankah banyak orang
yang mengatakan bahwa kayu salib adalah kebodohan? Apa gunanya mati seperti
itu? Bagaimana mungkin kematian seperti itu membawa faedah bagi orang yang
dikasihi-Nya? Bukankah kematian di kayu salib adalah kekalahan?
Paulus menjelaskan
dalam 1 Korintus 1:18-25 bahwa bagi manusia berdosa, kayu salib adalah
kebodohan. Bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi, kayu salib bukan hal yang
pantas diperhitungkan. Orang Yahudi mencari tanda. Mereka mencari Mesias yang
gagah perkasa, pahlawan yang akan berjuang untuk mengalahkan dan mengusir
penjajah Romawi dari tanah mereka. Mesias yang lemah lembut, bukanlah figur
yang tepat untuk menjadi Juru Selamat mereka. Mereka tidak butuh Mesias seperti
itu.
Bagi orang bukan
Yahudi, yang diwakili oleh kaum intelektual dari Yunani, salib adalah kebodohan
karena tidak masuk akal. Mereka mencari hikmat manusia yang berpusatkan pada
akal budi atau filsafat yang menjelaskan segala sesuatu. Mereka tidak bisa
menerima alasan yang sederhana yaitu karena kasih Allah mengutus Anak-Nya untuk
mati menebus dosa. Bagi mereka, keselamatan adalah masalah pengetahuan hikmat
yang hanya di dapat melalui pemikiran mendalam yang filosofis mengenal arti dan
hakikat kehidupan.
Bagi manusia masa kini
yang berpikiran praktis dan pragmatis, kasih kayu salib paling efektif hanya
menggugah perasaan seseorang, yang kepadanya kasih itu ditujukan. Yesus mati
untuk orang berdosa, lalu apakah kematian-Nya membuat orang tersebut menjadi
tidak berdosa? Ya, kalau orang tersebut merespons kasih di kayu salib itu
dengan keharuan yang sedemikian, sehingga ia bertekad untuk mengubah hidupnya
dan tidak lagi mau mengecewakan orang yang sangat mengasihinya itu. Kasih
seperti itu efektif hanya sebatas menggugah orang yang dikasihinya untuk
berubah, tetapi belum tentu efektif untuk perubahan yang sejati atau permanen.
Dongeng seperti ini
mungkin membuat pemahaman di atas menjadi lebih jelas. keluarga katak, yang
terdiri dari ibu dan anak tinggal di tepi sungai. Jika hujan deras, airnya
meluap menggenangi batas bantaran sungai tersebut. Ibu katak itu sangat
mengasihi anaknya. Ia selalu menasihati anaknya untuk kebaikannya. Namun, anak
katak itu sangat nakal dan selalu membantah perkataan sang ibu. Kalau si ibu
menyuruh anaknya untuk tidak bermain di pinggir sungai, anak itu sengaja
bermain di sana. Akhirnya, si ibu sakit keras dan menjelang mati ia memanggil
anaknya. Pesan terakhir ibu tersebut adalah agar saat ia mati, anaknya mengubur
jenazahnya di tepi sungai. Ibu itu sengaja berbuat demikian, karena ia tahu
anaknya akan melakukan hal yang berlawanan dengan pesannya. Namun, anak itu
sangat terharu dan menyesal karena selama ibunya hidup, ia tidak pernah
mematuhi nasihatnya. Maka ia bertekad kali ini, ia akan mendengarkan perintah
ibunya. Maka ia pun menguburkan ibunya di tepi sungai.
Kita patut bersyukur
kepada Tuhan sebab kasih Kristus di kayu salib efektif bukan semata-mata
menggugah kasih orang kepada-Nya, tetapi efektif dalam mengampuni dosa dan
memberikan hidup kekal untuk setiap orang yang percaya pada karya kayu
salib-Nya. Apa bukti keefektifan kasih kayu salib? Kebangkitan Kristus menjadi
buktinya.
Di kayu salib, Kristus
mati untuk menebus dosa. Kebangkitan-Nya membuktikan dosa sudah dikalahkan. Di
kayu salib, Kristus mati agar orang percaya beroleh hidup kekal.
Kebangkitan-Nya membuktikan kuasa maut sudah dikalahkan. Di kayu salib, kasih
Kristus dinyatakan untuk menyelamatkan manusia. Kebangkitan Kristus membuktikan
karya kayu salib Kristus tidak sia-sia. Pengurbanan-Nya membuahkan keselamatan
kekal untuk mereka yang menerima-Nya. Kasih-Nya tidak sia-sia!
Bagaimana membuktikan
bahwa kasih kayu salib tidak sia-sia untuk kita? Hiduplah sedemikian rupa
sehingga kuasa kebangkitan-Nya nyata di dalam hidup kita. Nyatakanlah hidup
yang sudah dimerdekakan dari dosa. Tunjukkanlah hidup yang memiliki pengharapan
bahwa kelak akan dibangkitkan pada akhir zaman untuk menerima hidup kekal. Praktikkan
kasih kepada sesama secara nyata dan konkret. Maka Tuhan tidak malu menyebut
kita anak-anak-Nya, dan kita tidak malu menyatakan Kristus kepada orang lain.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Salib. Apa yang
pertamakali ada di benak saudara ketika mendengar kata Salib? Apa makna salib
bagi saudara?
Cintailah Aku
Sebagaimana Adanya Engkau
Yesus Berbicara kepada Satu Jiwa
Aku mengenal
kerapuhanmu, pergumulanmu, dan penderitaan jiwamu; kekurangan, kelemahan dan
penyakit tubuhmu. Aku mengenal takutmu, dosa-dosamu, walau begitu Aku tetap
berkata kepadamu: "Berikanlah hatimu kepada-Ku, cintailah Aku sebagaimana
adanya engkau..."
Jika engkau menantikan
lebih dahulu menjadi malaikat, barulah kemudian engkau menyerahkan dirimu
kepada cinta, maka engkau tidak akan pernah mencintai. Walaupun engkau masih
juga takut dalam menjalankan kewajiban dan keutamaan, walaupun masih jatuh dan
jatuh kembali di dalam kelemahan yang sebenarnya tidak ingin kau lakukan lagi,
Aku tidak menginginkan engkau untuk tidak mencintai Aku.
Cintailah Aku seperti
apa adanya engkau. Di setiap saat dalam situasi dan kondisi apa pun, dalam
semangat atau kekeringan, dalam kesetiaan atau ketidaksetiaan, cintailah Aku...
seperti apa adanya engkau.
Aku menghendaki kasih
dari hatimu yang miskin itu, jika engkau menunggu menjadi sempurna dahulu,
engkau tidak akan pernah mencintai Aku.
Tidak dapatkah Aku
mengubah setiap butir pasir dan menjadikannya seorang serafin yang bercahaya
kemurnian, kemuliaan, dan cinta? Bukankah Aku Yang Maha Kuasa? Jika Aku senang
membiarkan berada dalam ketiadaan makhluk-makhluk yang sangat indah ini dan
menyukai cinta yang sederhana dari hatimu, bukankah Aku ini tuan atas cinta-Ku?
Putra-putri-Ku,
biarkanlah Aku mencintaimu, Aku merindukan hatimu. Memang Aku rindu mengubah
engkau dalam peredaran waktu, tapi untuk sekarang ini Aku mencintaimu seperti
apa adanya engkau... dan Aku ingin agar engkau berbuat begitu juga. Aku ingin
melihat dari kerapuhan cinta yang paling mendasar, lahirlah cinta.
Aku mencintai di dalam
dirimu kelemahanmu juga, Aku ingin agar dari jiwa-jiwa yang tidak bersih
keluarlah terus menerus seruan, "YESUS AKU MENCINTAIMU."
Aku menghendaki hanya
melodi hatimu, Aku tidak membutuhkan baik ilmu maupun bakatmu. Hanya satu hal
saja yang Aku rindukan, melihat engkau bekerja dengan cinta.
Bukan
keutamaan-keutamaanmulah yang Aku rindukan, sebab seandainya Aku
mengaruniakannya kepadamu, pasti engkau yang begitu lemah akan mempergunakan
untuk memupuk cinta diri yang egois, jangan cemas karena itu. Sebenarnya, Aku
dapat menentukan kamu untuk hal-hal yang mulia, tidak, engkau akan menjadi
hamba yang tidak berguna, malahan sedikit yang ada padamu akan Aku ambil karena
Aku telah menciptakan kamu hanya untuk cinta.
Hari ini Aku berada
diambang pintu hatimu seperti seorang pengemis, Aku Raja dari segala raja! Aku
mengetuk dan menanti, bergegaslah, bukalah hatimu bagi-Ku. Jangan membawa
kerapuhan sebagai dalih, seandainya engkau sungguh mengenal kekuranganmu, pasti
engkau mati karena kesedihanmu. Yang akan dapat melukai hati-Ku adalah sikapmu
yang ragu-ragu terhadap-Ku dan kurang percaya pada-Ku.
Aku ingin agar engkau
membawa diri-Ku dalam hatimu pada setiap jam di siang maupun malam hari. Aku
ingin agar engkau melakukan perbuatan yang paling kecil sekalipun hanya demi
cinta. Aku meletakkan keyakinan-Ku atas dirimu untuk menemukan kegembiraan.
Janganlah engkau cemas
karena engkau tidak memiliki keutamaan, Aku akan berikan kepadamu segala yang
Aku miliki. Apabila engkau menderita, Aku akan memberikan kekuatan-Ku.
Engkau telah memberi
cinta, Aku mengaruniakan kemampuan mencintai lebih daripada yang dapat engkau
harapkan... maka ingatlah... cintailah Aku seperti apa adanya engkau... Aku
telah memberi diri-Ku, buatlah agar semua tindakanmu melalui Hati Yang Tidak
Bernoda.
Apa saja yang terjadi,
janganlah menunggu untuk menjadi suci, barulah mempersembahkan dirimu kepada
cinta, seandainya demikian engkau tidak akan pernah berhasil mencintai-Ku.
Pergilah!"
Aku hanya memintamu
untuk mencintai-Ku seperti apa adanya engkau.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa balasan untuk
cinta Kritus yang telah anda terima?
Tertunduk Karena Depresi
Acuan: Yosua 7:1-11
Lalu berfirmanlah
Tuhan kepada Yosua: "Bangunlah! Mengapa engkau sujud demikian?"
(Yosua 7:10)
Orang-orang kudus yang
terkenal sekalipun dapat juga dihinggapi perasaan tak berdaya dan putus asa.
F.E. Marsh menulis sesuatu tentang hal ini: "Alkitab mencatat beberapa
pengalaman hamba-hamba Allah yang mengalami depresi. Catatan berikut dapat
menolong kita menghindari akibat negatif tersebut.
Daud berkata, `Pada
suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul` (1 Samuel 27:1). Ayub dalam
penderitaannya bertanya, `Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir?` (Ayub 3:11).
Yeremia berteriak, `Ya, Tuhan, lihatlah betapa besar ketakutanku` (Ratapan
1:20). Elia berseru, `Ya Tuhan, ambillah nyawaku` (1 Raja-raja 19:4)."
Yosua berputus asa
karena bangsa Israel kalah melawan tentara Ai. Namun kemudian, ia menyadari
bahwa krisis itu bukan disebabkan oleh ketidaksetiaan Allah, tetapi akibat dosa
di antara umat. Seseorang sudah melanggar perintah Allah untuk tidak mengambil
jarahan apa pun dari kota Yerikho yang dikalahkan (Yosua 6:18). Tuhan tidak
dapat memberkati bangsa Israel atau pun memberikan kemenangan tambahan kepada
mereka dalam menduduki tanah Kanaan bila orang yang bersalah belum ditemukan
dan disiplin belum ditegakkan.
Banyak orang bersikap
seperti Yosua saat mengalami kesukaran. Mereka bersujud dengan muka sampai ke
tanah sambil menaburkan debu di atas kepalanya. Mereka menjadi putus asa,
seolah tak ada harapan lagi. Sebagai orang Kristen kita harus bangkit, persis
seperti perintah Tuhan kepada Yosua. Kita harus menemukan masalah yang
sebenarnya dan kemudian memecahkannya dengan pertolongan dan anugerah-Nya.
Setan sangat senang
bila melihat anak Allah tertunduk karena depresi. Biarlah keyakinan akan
kesetiaan Tuhan yang tak pernah goyah menguatkan hati Anda. Berbarislah dengan
tegap sebagai laskar yang memiliki kuasa Allah. -HGB
Selesaikanlah masalah
Anda dan keputusasaan Anda akan tersingkir.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Pernahkah saudara
mengalami depresi? Bagaimana rasa orang yang mengalami depresi?
2.Bagaimana saudara
mengatasi rasa depresi tersebut?
Kunci
"Dan oleh Dialah
Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib
Kristus." (Kolose 1:20)
Korsase, kamera,
dompet, dan jaket! Ya, kami berangkat untuk menghadiri pesta penghargaan yang
istimewa -- malam yang mengesankan. Mengesankan karena kami melupakan satu
benda kecil -- kunci! Tidak ada yang lebih mengesankan dari memanjat jendela
tinggi dengan mengenakan pakaian pesta.
Kehilangan kunci
membuat kita sangat frustrasi. Peristiwa yang menyedihkan seperti ini bisa
membuat Anda merasa kalut, labil, dan putus asa. Dalam masyarakat kita yang
menerapkan "keamanan ketat, kunci berlapis ganda", kunci melambangkan
perlindungan dan kekuatan.
Selama bertahun-tahun,
saya merasa frustrasi dan labil ketika mencari sebuah kunci penting dalam
kehidupan saya -- kunci keselamatan. Saya memunyai jawaban teologis yang
berdasarkan Kitab Suci, tetapi pengetahuan dan pengalaman saya kurang memadai
untuk dijadikan kunci pas, pembuka pemahaman yang mendalam. Saya dibesarkan di
lingkungan Kristen dan bersekolah di sekolah Kristen yang baik, tetapi saya
masih belum memunyai kunci pembuka hubungan dengan Kristus yang bermakna penuh.
Tetapi, saya sekarang
berdiri di kaki salib-Nya dan mendapatkan kunci untuk menjawab segala
pertanyaan saya. Salib itu adalah fokus utama pemahaman saya tentang Alkitab.
1.
Salib menunjukkan
siapa diri saya.
Kenyataan hidup menjadi fokus utama ketika
seseorang menyaksikan orang yang dicintai dikubur, atau menyaksikan orang lain
menderita sakit atau cacat. Namun, fokus kita akan lebih tajam apabila kita
menyaksikan Kristus yang disalib, kemudian kita merenungkan alasan-alasan Ia
mati dengan cara yang seperti itu. Salib menyingkapkan diri saya sebagai
pendosa dengan sikap, pikiran, dan perbuatan, yang justru membunuh Tuhan dan
Juru Selamat saya.
2.
Salib adalah sumber
harga diri saya.
Hidup yang nyaman dan penuh dengan
"hal-hal penting" tidak selalu membawa seseorang ke kaki salib. Saya
merasa kosong tidak berpengharapan setelah saya meninggalkan karier yang bagus,
meninggalkan pelayanan untuk sementara waktu, kehilangan satu-satunya mobil
bagus kami, dan melakukan sebuah kesalahan yang justru menguras tabungan kami.
Di manakah kepercayaan diri saya? Kristus yang disalibkan adalah sumber harga
diri saya. Ia memercayai saya. Kasih-Nya bisa menjadi satu-satunya sumber harga
diri yang sejati di dalam dunia yang justru sering memutarbalikkan prioritas
kita.
3.
Salib adalah kunci
keselamatkan saya dari dosa.
Godaan yang dihadapi sebagian besar orang
Kristen berbentuk pikiran dan pendirian. Merenungkan salib-Nya, menguji
kasih-Nya, dan menunjukkan pengampunan dapat menjadi latihan "pertobatan
pikiran" yang nyata sehingga kita tidak lagi memberi tempat bagi kepahitan.
Karena dosa saya, yang menghancurkan hidup Penyelamat saya, mengapa saya
membanggakan diri atau menghakimi orang lain? Kristus sudah mati untuk kita
semua, mengapa saya curiga, tidak sabar, atau memikirkan diri sendiri? Ketika
merenungkan ini, tidak tersedia ruang untuk dosa tinggal.
Saya sekarang memahami
bahwa salib dengan keindahannya adalah kabar sukacita yang dapat mengubah
kehidupan seseorang; pada salib [Kristus] saya menemukan pengampunan,
pengenalan terhadap diri saya sendiri, harkat diri yang kokoh, dan kekuatan
yang dapat mengubah cara pandang. Salib membukakan lumbung berkat dan
pengetahuan rohani. Bersama Isaac Watts saya bisa bernyanyi, "Di
salib-Nya, salib-Nya, awal aku melihat cahaya."
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa kunci rahasia
kehidupan saudara untuk bisa bertahan dalam mengasihi Tuhan dan sesama?
Kemarahan
"Gadis Kristen
yang baik tidak pernah marah" adalah sebuah kalimat yang pernah saya
dengar ketika masih kecil. Orang-orang Kristen tidak pernah marah. Jadi jika
saya merasa kesal, saya akan memendamnya. Saya ingat saat sedang bekerja,
fotografer berita saya tidak mendapatkan jumlah gambar yang cukup untuk berita
yang akan saya bawakan pukul 6. Saya sangat marah. Apakah saya mengatakan
padanya, "Saya sangat kecewa. Lain kali, saya akan sangat menghargai jika
kamu bisa mendapatkan jumlah gambar yang cukup tanpa saya minta. Saya akan
mencoba mengingatkanmu, tapi saya kecewa karena berita saya jadi tidak sebagus
yang seharusnya."
Tidak. Sebaliknya,
saya mengambil dompet, mengeluarkan uang receh, dan dengan segera pergi ke
sebuah mesin penjual permen dan mengisap lima permen.
Saya sedang mencoba
mengatasi kemarahan dengan makan sesuatu sebanyak-banyaknya dan melarikan diri,
namun hal ini hanya meningkatkan kemarahan saya terhadap diri saya sendiri.
Saya merasa sangat bersalah karena telah lepas kendali. Saya telah belajar
bahwa kemarahan adalah salah satu emosi pemberian Tuhan. Jika saya marah, saya
harus mengekspresikan dan melepaskannya.
Alkitab tidak berkata,
"Jangan marah." Alkitab berkata, "Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa." Dengan kata lain, jangan memendam kemarahan.
Hadapilah dan kemudian tidurlah.
Wanita yang baik bisa
marah.
Bagaimana Anda
menghadapi kemarahan dari hari ke hari? Jika Anda merasakan emosi tersebut keluar,
bicarakan hal itu. Hadapilah kemarahan Anda.
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa:
janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." (Efesus 4:26)
janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." (Efesus 4:26)
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Berapa kali sehari
saudara marah? Mengapa saudara marah? Apa manfaat dari kemarahan?
Mengasihani Diri atau
Bersukacita?
Bacaan: Filipi 4:1-8
Temperamen kita
tampaknya sudah melekat semenjak lahir. Sebagian dari kita ada yang tampak
selalu bergembira, sementara yang lain kelihatan murung. Namun, bagaimana kita
menanggapi ujian hidup juga memengaruhi watak kita secara keseluruhan.
Misalnya, Fanny Crosby
kehilangan penglihatannya ketika baru berusia 6 minggu. Ia mencapai usia 90-an,
dan ia telah menggubah ribuan pujian yang digemari banyak orang. Pada ulang
tahunnya yang ke-92, dengan gembira ia berkata, "Jika ada orang di dunia
ini yang lebih bahagia daripada saya, bawalah orang itu kemari supaya saya bisa
menyalaminya."
Apa yang memampukan
Fanny Crosby mengalami sukacita yang demikian besar dalam situasi yang bagi
kebanyakan orang merupakan "tragedi"? Sejak usia dini, ia memilih
untuk "bersukacita senantiasa dalam Tuhan" (Filipi 4:4). Sebenarnya,
Fanny hanya melaksanakan sebuah keputusan yang dibuatnya ketika baru berusia 8
tahun: "Betapa banyak rahmat yang saya nikmati tetapi tidak dapat
dinikmati orang lain. Menangis dan mengeluh karena buta? Saya tidak akan dan
tidak bisa berbuat demikian."
Ingatlah bahwa
"sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu" (Nehemia 8:11). Juga
bersukacitalah dalam pengajaran Yesus yang mengatakan dalam Yohanes 15:11,
"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan
sukacitamu menjadi penuh." Ketika dihadapkan pada pilihan antara
mengasihani diri atau bersukacita, marilah kita memilih untuk bersukacita.
DARIPADA MENGELUHKAN DURI-DURI PADA TANGKAI BUNGA MAWAR,
BERSYUKURLAH UNTUK MAWAR DI ANTARA DURI-DURI ITU
BERSYUKURLAH UNTUK MAWAR DI ANTARA DURI-DURI ITU
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Bersukacita. itu
kata kunci Fanny Crosby kehilangan penglihatannya. Mengapa ia bisa melakukan
hal tersebut?
Kesehatan
1 Korintus 13
Boleh jadi saya
seorang ilmuwan terkenal atau dokter ahli dan ruangan kantor saya penuh dengan
ijazah-ijazah dan diploma, mungkin saya dikenal sebagai guru yang andal dan
pembicara yang menakjubkan, tetapi apabila saya tidak memunyai kasih, maka
semuanya itu hanya bagaikan gong atau bel yang nyaring bunyinya.
Mungkin saya diberi kemampuan
sebagai dokter ahli riset, membuat diagnosa yang sulit dan mengerti semua
misteri tubuh manusia, dan saya bisa berkomunikasi dengan para pasien,
memberitahukan agar mereka memilih cara hidup yang lebih baik, tetapi apabila
saya tidak memunyai kasih, saya adalah seorang yang tidak berarti.
Saya bisa
menginventasikan semua uang saya untuk membangun fasilitas-fasilitas yang
terbaik dan membeli peralatan canggih, saya bisa menyediakan staf yang terbaik
untuk melayani pasien, saya bisa mengorbankan semua waktu saya untuk mereka
bahkan mengabaikan diri dan keluarga, tetapi bila saya tidak memunyai kasih,
itu tidak berguna sama sekali. Kasih adalah obat alami. Kasih itu alami dan
tidak menurunkan sistem kekebalan tubuh, tetapi menaikkannya.
Kasih bisa dicampur
dengan obat-obat lain; kasih adalah katalisator terkenal. Kasih menyembuhkan
rasa sakit dan memberikan hidup yang terbaik. Kasih bisa diterima oleh siapa
saja, ia tidak menimbulkan reaksi alergi. Obat-obat baru bermunculan dan
lenyap. Apa yang kemarin dianggap baik, mungkin hari ini tidak ada gunanya. Apa
yang hari ini manjur, mungkin besok tidak ada manfaatnya. Tetapi kasih telah
melewati tes waktu; kasih selalu bermanfaat.
Kita sekarang mengerti
sesuatu hanya sebagian-sebagian saja, dan terapi sering hanya merupakan bahan
percobaan, karena bakat pengetahuan dan penemuan-penemuan hanya
sebagian-sebagian. Apabila segala sesuatu bisa dimengerti, maka kita akan
menyadari nilai kasih yang sebenarnya. Kasih adalah sumber yang terbaik yang
bisa membentuk hubungan antarpasien, kerabat, dan sahabat-sahabat. Kasih akan
menolong kita berperilaku tidak seperti anak-anak, tetapi sebagai orang dewasa
yang matang.
Sekarang ini banyak
kebenaran yang tampak samar-samar bagi para profesional kesehatan. Kita masih
belum mengerti bagaimana Roh Kudus bekerja dalam kehidupan kita. Tetapi pada
suatu hari nanti, kita akan melihat segala sesuatunya dengan jelas.
Tetapi di dalamnya
tetap ada tiga pengobatan dasar, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang
paling besar di antaranya adalah kasih.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa arti kata Kasih
menurut I Kor 13? Bagaimana melaksanakannya?
Sudahkah Anda Minum
Vitamin Hari Ini?
Mazmur 119:103,
"Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi
mulutku."
Baru-baru ini, saya
dan istri saya merasakan perlunya minum vitamin demi kesehatan kami. Ketika
saya merenungkan tentang vitamin, perenungan ini membuat saya berpikir bahwa
minum vitamin itu seperti pendekatan yang dewasa untuk membaca firman Tuhan.
Pertama kali saya menjadi orang Kristen, saya ingat membaca setiap pasal dan
mendapatkan pencerahan setiap kali saya membacanya! Seiring dengan pertumbuhan
saya di dalam Tuhan, saat membaca firman-Nya, terkadang saya masih merasa
mendapatkan pencerahan, tetapi sekarang lebih seperti minum vitamin. Apa
maksudnya?
Mengapa kita harus
minum vitamin? Kita meminumnya untuk mendapatkan manfaat jangka panjang bagi
tubuh kita. Minum vitamin tidak akan langsung menghasilkan adrenalin atau
energi yang meluap-luap, tetapi seiring berjalannya waktu, dengan meminumnya
secara teratur, vitamin akan menguatkan sistem daya tahan tubuh kita dan
meningkatkan kesehatan kita secara umum. Kita pun dapat menjadi sehat!
Konsumsilah firman
Tuhan setiap hari dan Anda akan tahu bahwa efek jangka panjang dari membaca
Alkitab secara rutin akan meningkatkan kesehatan rohani Anda dan membuat Anda
menjadi sehat. Meskipun Anda mungkin tidak mendapatkan pencerahan setiap kali
Anda membaca firman Tuhan, yakinlah bahwa hal itu akan meningkatkan daya tahan
Anda terhadap serangan keraguan, ketidakpercayaan, dan tipu muslihat! Seperti
yang Alkitab katakan, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh
firman Kristus." Karena itu, minumlah "vitamin" Anda hari ini.
Tidakkah Anda sadar, ada banyak tugas yang harus dikerjakan!
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Menurut saudara,
seberapa penting Firman Allah bagi kehidupan saudara?
Apakah Anda Memiliki
Hati Seorang Hamba?
Jangan bohong! Kita
semua bergumul dengan masalah ini dan itu karena kita adalah manusia. Kita
egois dengan waktu kita dan menginginkan semua hal selalu berjalan dengan baik.
Hadapilah kenyataan!
Hidup tidak akan selalu dalam keadaan baik. Kita akan bergumul dengan
permasalahan-permasalahan yang baik dan yang buruk selama kita masih bernapas.
Hanya ketika kita tiba di surga saja pergumulan kita akan menjadi sejarah!
Secara harfiah ....
Kembali ke pokok
masalah! Apakah Anda memiliki hati seorang hamba terhadap orang lain? Apakah
Anda menginginkannya? Dan jika Anda memilikinya, apakah hal itu akan membantu
Anda menghadapi pergumulan sehari-hari?
Jika Anda telah
memiliki hati yang melayani, bagus! Jika Anda perhatikan, perilaku ini akan
menguntungkan Anda lebih dari apa yang Anda ketahui dan akan menolong Anda
menjalani kehidupan lebih dari yang bisa Anda bayangkan.
Mari kita lihat Lukas
18:14, "Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang
yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan
diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan."
Mari kita juga melihat
wanita dalam Lukas 7:44-50, "Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia
berkata kepada Simon: 'Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun
engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi
kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium
Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau
tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan
minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah
diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit
diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.' Lalu Ia berkata kepada perempuan itu:
'Dosamu telah diampuni.' Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir
dalam hati mereka: 'Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?' Tetapi
Yesus berkata kepada perempuan itu: 'Imanmu telah menyelamatkan engkau,
pergilah dengan selamat!'"
Wanita ini merendahkan
dirinya untuk melayani Yesus dan dibebaskan dari dosa yang ada dalam hidupnya.
Lalu kesimpulannya, Matius 7:12, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah
isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Anda suka dilayani,
bukan? Jadi, mengapa tidak melayani orang lain terlebih dahulu. Rendahkan diri
Anda terhadap orang lain. Lihatlah orang lain dan di dalam hati tanyakan
pertanyaan ini pada diri Anda sendiri: "Apa yang bisa kulakukan
untukmu?" Dan kemudian lakukanlah.
Cobalah ini selama
seminggu dan Anda akan melihat hal-hal luar biasa terjadi di sekitar Anda.
Pergumulan Anda tidak akan menjadi sangat penting lagi ketika Anda tidak lagi
memikirkan diri sendiri dan mulai memerhatikan orang lain! Tetapkan hati Anda
untuk menjadi hamba Kristus bagi orang lain.
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Matius 7:12, "Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Bagaimana
hal ini diterapkan?
Istri yang Menjadi
Idaman Suami
"Istri yang cakap
siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata." (Amsal
31:10)
I.
Istri yang Dapat Dipercaya (Amsal 31:11)
Seorang suami
membutuhkan seorang istri yang bersedia mendengarkannya ketika ia sedang
mencurahkan isi hatinya. Istri yang diharapkan oleh suami ialah seorang yang
dapat menjadi teman hidup yang kepadanya ia bisa membagi kesenangan atau
kepahitan hati, keberhasilan atau kegagalan, dan pengharapan atau
keputusasaannya. Ia ingin agar istrinya bisa mendengarkan dan mengerti sambil
mencari jalan kelepasan dari persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Pernikahan dengan
penyerahan diri terus-menerus menciptakan iklim keterbukaan bagi suami dan
istri sehingga mereka bisa mengeluarkan isi hati mereka secara menyeluruh, baik
tubuh dan jiwanya. Jika suami yakin dan tahu bahwa istri itu miliknya dan akan
mendampinginya seumur hidup, barulah secara pribadi ia bisa memercayai istrinya
sepenuhnya.
II.
Istri yang Berbuat Baik terhadap Suaminya (Amsal 31:12)
Tentu saja banyak dari
segi kehidupan suami yang membuat istri bisa berbuat baik. Dan yang ingin kita
bahas ialah peranan istri sebagai pencipta dan pengawas atas suasana saling
pengertian di dalam rumah tangga.
Pertama, istri yang
membantu terwujudnya rencana-rencana atau cita-cita suami. Jika seorang suami
merencanakan sesuatu dan istri menentangnya terus-menerus, kemungkinan besar
pernikahan mereka akan mengalami jalan buntu. Seorang suami tidak akan
meninggalkan istri yang bisa membina hubungan dan dapat dipercaya.
Yang kedua ialah
perbuatan baik untuk menciptakan suasana gembira di dalam rumah tangga.
Kasihilah suami Anda yang lelah sepulang dari tempat kerja. Jika sambutan Anda
tidak menyenangkan, ia justru akan semakin lelah.
Ketiga, menciptakan alam
pikiran yang menguntungkan melalui kesabaran, dalam arti menunda sampai besok
apa yang mungkin menjadi keributan jika dilaksanakan pada hari ini. Menunda dan
menunda sampai Anda lupa. Kesabaran ini juga berarti mengasihi atau menerima
orang lain sebagaimana mereka adanya yang jauh dari sempurna.
Sekarang, hidupkanlah
alam pikiran yang menguntungkan, yang memberikan semangat kepada suami untuk
menjadi seorang yang sukses. Jadilah penggemar dan penyokongnya yang terbesar.
Banggalah akan dia, dan perlihatkanlah rasa bangga Anda.
Berhati-hati dengan
sikap Anda terhadap buah pikiran dan rencana-rencana dari suami Anda. Janganlah
berkata, "Tidak bisa. Tidak ada waktu. Tidak sanggup. Bagaimana dengan
anak-anak? Saya terlalu lelah. Tidak mungkin." Sebaiknya Anda berkata,
"Kedengarannya baik sekali. Mari kita coba kerjakan dan berusaha
melaksanakannya. Mari kita pikir dan rencanakan sampai kita mendapat jalan
keluarnya."
Kemampuan Anda dapat memenuhi dua persyaratan
bagi seorang istri yang menjadi idaman seorang suami, yaitu mengizinkan Tuhan
Yesus Kristus masuk dan diam di dalam hidup Anda dan berilah kepada Tuhan
kebebasan untuk mengatur kehidupan keluarga Anda.
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Menurut saudara, bagaimana ciri istri yang
baik menurut suami?
2. Sudahkah saudara berusaha menjadi istri yang
baik sebagaimana disebutkan oleh Kitab Amsal?
KUNCI PERTAMA BERKAT
Manusia berusaha
mendapatkan. Allah berusaha memberi. Memberi adalah cara-Nya Tuhan. Hidup dalam
jalan-Nya Tuhan berarti menjadi seorang pemberi. Cara dunia untuk mengumpulkan
dan meningkatkan uang, pakaian, harta miliki, rumah, tanah dan bisnis adalah
dengan MENDAPATKAN.
Matius 6:31-33,
"Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan?
Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu,
bahwa kamu memerlukan semuanya itu. TETAPI CARILAH dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN KEPADAMU."
Dalam kerajaan Allah,
Yesus Kristus kelihatannya tidak punya masalah kalau kita memunyai segala hal
yang di sebut di atas.
Akan tetapi Dia
memberikan pernyataan bagaimana caranya untuk memperoleh semua itu, bukan
dengan MENDAPATKAN tetapi dengan MEMBERI.
Memberi adalah memberi.
Memberi adalah memberi.
Memberi itu bukan
membayar seseorang untuk apa yang sudah dikerjakannya.
Memberi itu bukan
menaruh sesuatu di tangan seseorang dengan ketentuan dia harus melakuan
sesuatu.
Memberi itu bukan
meminjamkan.
Memberi itu adalah
melepaskan sama sekali kendali tentang sesuatu hal kepada orang lain, sehingga
mereka bisa melakukan apa pun yang mereka suka kepada barang yang diberikan.
Kekayaan sejati tidak
diukur dari apa yang yang dipunyai seseorang, tetapi bagaimana mereka memberi
dibanding apa yang mereka miliki.
Semua orang bisa
memberi sesuatu. Kita termasuk orang kaya kalau kita bisa memberi sesuatu.
Bahkan benda yang paling sederhana pun bisa menjadi suatu pemberian bagi orang
lain. Kalau kita bertemu dengan orang yang tidak bisa tersenyum, kita bisa
memberikan senyum kita kepadanya.
Hidup kita akan
menjadi petualangan dalam memberi, bukannya pergumulan untuk mendapat.
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Carilah dahulu kerajaan sorga. Apa maksud
kalimat ini bagi saudara?
Hidup yang Sederhana
Tuhan, dengan
pertolongan-Mu aku akan mencoba hidup sederhana. Kierkegaard berkata bahwa
hidup yang suci adalah hidup yang lurus dengan satu keinginan. Gangguan yang
mengalihkan perhatianku adalah musuhku, dan dunia memang berfungsi untuk
menggangguku. Yesus mengajarku untuk memiliki "mata tunggal", yaitu
mata yang hanya tertuju pada satu tujuan atau sasaran. Kesucian tidak
mengizinkan adanya perhatian yang terbagi. Ada pemahaman ceroboh mengenai hidup
yang sederhana. Hidup yang sederhana memungkinkan munculnya ketabahan dan
konsentrasi.
Semakin lama aku
hidup, semakin aku sadar bahwa Kerajaan Allah harus "didapatkan dengan
perjuangan". Memasuki Kerajaan Allah adalah hal yang paling mudah, tetapi
membiarkan Kerajaan Allah masuk ke dalam diriku amat sulit. Mengapa Yesus
menyebut Yohanes Pembaptis sebagai salah seorang yang terbesar? Kupikir karena
Yohanes hanya memunyai satu tujuan. Ia tidak menyimpang dari tujuannya. Ia
seperti anak panah yang melesat lurus.
Ada beberapa hal yang
dapat kukerjakan dengan mudah dalam kehidupan Kristen, misalnya berkhotbah,
mengenalkan seseorang kepada Kristus, dan menulis artikel Kristen. Sementara
hal yang sebenarnya jauh lebih penting amatlah sukar hingga menyita seluruh
kemampuan dan waktuku, misalnya belajar tentang Allah, mengenal Dia dengan
baik, mencontoh, dan menaati-Nya. Semua itu adalah hal-hal yang abadi, sama
seperti iman, pengharapan, dan kasih.
Ya, Allah, Engkau tak
pernah mengatakan kepadaku betapa sukarnya jalan hidup Kristen itu. Engkau
biarkan aku sendiri menemukannya. Jika aku tahu, aku tak pernah mau mengikuti
Engkau. Namun, sekali mulai, aku tak dapat mundur lagi. Mundur berarti berjalan
ke arah ketiadaan. Berjalan maju memang sulit, tetapi usaha ini menjanjikan
suatu ganjaran. "Bahwa aku dapat mengenal Dia" seperti yang dikatakan
Rasul Paulus (Filipi 3:10). Maka jalan itu adalah milikku. Ganjaran hidup yang
terbesar adalah mengenal Engkau! Aku mengalami sukacita karena hatiku telah
tersita oleh Kristus! Tiada kegembiraan sebesar sukacita seseorang yang mengetahui
bahwa dia dipilih Kristus, menjadi pengikut-Nya, dan memunyai tujuan tertentu.
Sukacita seperti yang terdapat dalam Lukas 15 bukan hanya tentang sukacita anak
hilang yang telah ditemukan kembali, tetapi juga karena yang sudah selamat
dipulihkan kembali.
Tetapi Yesus berkata:
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak
layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:62)
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Hidup sederhana. Apa arti kalimat tersebut
bagi saudara?