Buku Pemahaman Alkitab Gereja Kristen Jawa Ambarawa




Kata Pengantar


Pada pertengahan desember 2010 ketika dilaksanakan Kegiatan Pemahaman Alkitab terakhir yang sekaligus di dalamnya dilakukan Evaluasi kegiatan Pemahaman Alkitab di tahun 2010, muncullah ide dan sekaligus harapan agar Majelis dapat menyediakan bahan-bahan Pemahaman Alkitab sedini mungkin dan sudah dapat diterima dalam bentuk buku. Ide dan harapan tersebut kini sudah terwujud dengan hadirnya buku ini di tangan bapak dan ibu.

Buku ini dapat terwujud di tangan bapak dan ibu berkat jasa baik Bidang PWG Sinode GKJ yang sekarang telah menerbitkan bahan Kotbah Jangkep untuk satu semester. Dengan demikian kita ketahui bahwa bahan yang tersaji dalam buku ini seluruhnya diambil dari Buku Kotbah Jangkep GKJ khususnya pada bagian Tafsir bacaan-bacaan yang menjadi bacaan Lectionary tiap minggunya.

Semoga buku ini mendatangkan manfaat besar bagi kegiatan Pemahaman Alkitab yang selama ini sudah kita langsungkan dengan baik.


Minggu Epifani 2011

Majelis GKJ Ambarawa








Bahan PA 18 Januari 2011
DI UTUS MENJADI PEWARTA TERANG

Bacaan I: Yesaya 49 : 1-7;  Tanggapan: Mazmur 40 : 1-11;
Bacaan II: I Korintus 1 : 1-9; Bacaan III: Injil Yohanes 1 : 29-42

Dasar Pemikiran
Tuhan Yesus diimani oleh setiap orang percaya adalah terang yang harus diwartakan. Untuk mewartakan tentang Terang tersebut dibutuhkan orang-orang yang bersedia menjadi pewarta terang dan dalam hal ini Tuhan sendiri yang berkarya memanggil dan mengutus umat-Nya untuk menjadi pewarta terang.

Keterangan Tiap Bacaan

Yesaya 49 : 1-7 (Jadilah terang bagi bangsa-bangsa)
Bacaan Yesaya 49:1-7 merupakan bagian dari Deutero Yesaya yang diyakini berasal pada masa pembuangan orang-orang Yehuda ke Babel. Pada bagian ini inti pewartaan Yesaya adalah tentang pembebasan umat Israel. Dinubuatkan oleh Yesaya bahwa Israel akan dikumpulkan kembali menjadi hamba TUHAN dan bahkan tidak hanya sekedar menjadi hamba melainkan akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain sehingga bangsa-bangsa lain pun akan turut sujud menyembah dan memuliakan TUHAN

Mazmur 40:1-11 (Perbuatan Ajaib Tuhan)
Mazmur 40:1-11 merupakan syair pujian dari Daud atas pertolongan TUHAN yang telah melepaskannya dari kebinasaan. Pertolongan TUHAN tersebut diyakini Daud karena sikap percaya kepada TUHAN. Atas pertolongan TUHAN tersebut Daud berniat untuk mewartakan perbuatan TUHAN yang ajaib dan tak terhitung tersebut.

I Korintus 1 : 1-9 (Kristus menjadi sumber berkat bagi banyak orang)
Kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus menyadari bahwa panggilannya menjadi rasul atas kehendak Allah sendiri. Sebagai rasul-Nya Kristus Yesus, Paulus selalu bersyukur kepada Allah ketika melihat jemaat Korintus berlimpah karunia dari Tuhan bahkan ada satu keyakinan dari Paulus bahwa Tuhan akan meneguhkan jemaat Korintus supaya tidak bercacat sampai hari Tuhan Yesus Kristus datang kedunia untuk kedua kali digenapi.

Injil Yohanes 1 : 29-42 (Saat menemukan Mesias)
Yohanes menyadari bahwa ia ada untuk menjadi jalan bagi Yesus supaya dapat dinyatakan kepada Israel sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Penyataan yang Yohanes ungkap tentang Yesus menjadikan ada orang-orang yang tertarik untuk mengikut Yesus dan pada akhirnya beberapa orang tersebut menjadi murid Yesus

Renungan atas Bacaan
Dunia dilimputi kegelapan karena dosa yang diperbuat oleh manusia. Adapun kegelapan tersebut membawa manusia berjalan menuju kebinasaan. Dalam keadaan tersebut tentu manusia sangat membutuhkan pertolongan untuk bisa terbebas dari kebinasaan yang mengancam. Siapakah yang dapat menolong manusia? TUHAN yang menolong manusia. Pertolongan TUHAN kepada manusia supaya terbebas dari belenggu kebinasaan sungguh sangat ajaib dan tak dapat terhitung besarnya.

Puncak pertolongan TUHAN kepada manusia yang terancam kebinasaan karena dosa terjadi pada peristiwa manusiawi Yesus yang datang ke dunia sebagai Anak Domba Allah. Kedatangan Yesus tersebut untuk menghapus dosa manusia. Itu artinya ketika ada penghapusan dosa manusia dari Yesus maka manusia akan terangkat dari kegelapan dalam kebinasaan. Manusia akan melihat terang dengan penghapusan dosa tersebut. Oleh karena itulah kita dapat menghayati bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang datang membawa terang dan Dia sendiri adalah terang yang menerangi kegelapan.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang membawa terang? Karena ada yang mewartakan. Tanpa ada yang mewartakan tetap manusia akan buta dan berjalan dalam kegelapan. Orang yang berjalan dalam kegelapan perlu untuk dituntun supaya ia bisa mendapatkan terang. Tuhan yang menyediakan orang-orang pilihan-Nya untuk menuntun manusia yang masih berjalan dalam kegelapan supaya dapat menemukan terang.
Orang-orang yang mewartakan tentang terang tentulah orang-orang yang telah disiapkan, dipanggil dan diutus Tuhan Allah sendiri untuk menjadi pewarta terang. Panggilan dan perutusan dari Tuhan tersebut yang meneguhkan seseorang untuk mengakui dirinya adalah utusan Tuhan yang harus mewartakan terang. Setiap orang yang diutus mewartakan terang akan diperlengkapi dengan karunia baik perkataan maupun pengetahuan dan juga diteguhkan sampai pada akhirnya tanpa cacad sampai Yesus datang untuk kedua kalinya.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Yesaya, Yohanes dan Rasul Paulus adalah utusan Allah untuk mewartakan terang. Terang yang datang memberi pembebasan dari kebinasaan. Selanjutnya setiap orang yang dibebaskan oleh Tuhan juga terpanggil untuk mewartakan terang. Orang Israel diutus mewartakan terang kepada bangsa-bangsa lain, Andreas dan Simon Petrus di panggil menjadi murid Yesus yang akan menjadi saksi hidup karya Yesus sebagai Anak Domba Allah yang membawa terang.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Siapakah yang mampu menolong manusia mendapatkan terang ditengah kegelapan dosa?
2.Mengapa Tuhan perlu mengutus umat-Nya untuk menjadi pewarta terang?
3.Karunia apa saja yang akan diberikan Tuhan untuk memperlengkapi para pewarta terang yang diutus-Nya?


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSuQ--I_VeFAskHccNuJNKhvpZfAFX77odn_RBNYBmx9oU8Op3nJQ
Bahan PA 25 Januari 2011
SEHATI SEPIKIR
UNTUK MEWARTAKAN TERANG

Bacaan I: Yesaya 9 : 1-4; Tanggapan: Mazmur 27 : 1, 4-9;
Bacaan II: I Korintus 1: 10-18; Bacaan III: Injil Matius 4 : 12-23

Dasar Pemikiran
Sehati sepikir merupakan landasan bagi setiap orang untuk mewartakan terang. Dengan adanya kesehatisepikiran tersebut maka tugas mewartakan terang akan semakin optimal. Karena ketika sehati sepikir itu tidak ada maka akan memungkinkan timbulnya perpecahan yang menyebabkan misi mewartakan terang akan tersendat.

Keterangan Tiap Bacaan

Yesaya 9:1-4: (Melihat Terang (pembebasan telah datang)
Bacaan Yesaya 9: 1-4 merupakan bagian dari Proto Yesaya yang diyakini berasal dari masa ketika Yehuda diancam oleh Bangsa Asyur. Yesaya menekankan bahwa ancaman bagi Yehuda berasal dari dosa mereka sendiri yang tidak taat dan kurang percaya kepada Allah. Keadaan ini yang akan mendatangkan kebinasaan, kehancuran dan ratap tangis. Tetapi disisi lain, Yesaya juga menubuatkan akan adanya pelepasan, kesukacitaan dan kedamaian setelah masa suram tersebut wujudnya dengan lahirnya Raja Damai

Mazmur 27:1, 4-9: (Tuhan adalah pembelaku)
Mazmur ini merupakan sebuah ungkapan pemazmur (Daud) akan adanya pertolongan serta kemurahan TUHAN dalam tekanan dan bahaya dari lawan yang ada disekelilingnya. Pemazmur melihat TUHAN sebagai terang, juru selamat dan benang hidup. Kehadiran TUHAN dalam kehidupan Sang Pemazmur menjadikan ia tidak takut menghadapi bahaya apapun.

I Korintus 1:10-18: (Sehat sepikir jangan ada perpecahan)
Surat pertama yang dikirim Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus secara khusus pasal 1:10-18 menunjukkan indikasi adanya perpecahan atau perselisihan dalam jemaat Korintus. Penyebabnya karena masing-masing jemaat mengagung-agungkan kelompoknya. Adanya perpecahan tersebut yang mendorong Rasul Paulus menulis surat ini dengan maksud memberikan nasehat supaya tetap seia sekata (sehati-sepikir). Semua tersebut dilakukan demi nama Tuhan Yesus Kristus.

Injil Matius 4:12-23:
a.Melintas batas suku, geografis dalam mewartakan injil,
b.Allah melibatkan manusia dalam menerangi bangsa2.
Bagian ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengawali pelayanan-Nya mewarta kan Kerajaan Sorga di daerah Galilea. Secara khusus dalam iman penulis Injil Matius meyakini bahwa nubuatan Yesaya tentang Terang yang telah bersinar dalam kegelapan (Yesaya 8:23-9:1) merupakan sebuah nubuatan tentang hadirnya Yesus didunia. Yesus adalah terang itu yang menerangi kegelapan dunia. Terang bagi bangsa Galilea dan bangsa-bangsa lain juga. Terang yang terpancar ke seluruh dunia. Selanjutnya Tuhan juga menegaskan bahwa Ia berkenan melibatkan manusia untuk mewartakan terang tersebut.

Renungan atas Bacaan
Bangga dengan golongan atau kelompoknya menjadi kecenderungan setiap manusia. Rasa bangga tersebut tentu tidak menjadi soal. Akan tetapi ketika kemudian bahwa menganggap bahwa kelompok atau golongannya sendiri adalah yang paling baik sedangkan yang lain kurang atau tidak baik hal inilah yang menjadi soal. Mengingat sikap yang demikian akan merusak relasi manusia yang pada akhirnya memungkinkan bisa menimbulkan perpecahan.
Adanya banyak golongan dan kelompok dengan ciri khas masing dalam kehidupan bersama religius merupakan hal wajar dan manusiawi. Akan tetapi sebagai kehidupan bersama religius secara khusus gereja terjadinya perbedaan dari golongan dari kelompok yang berbeda sudah semestinya tidak mengurangi sikap untuk bisa sehati sepikir. Mengingat bahwa misi Tuhan melalui gereja-Nya di dunia adalah satu yaitu mewartakan terang Kerajaan-Nya. Sehingga sehati sepikir antara pewarta terang diikat oleh misi yang sama.

Ketika gereja yang diutus mewartakan terang tidak bisa sehati sepikir dan bahkan ujung-ujungnya terlalu menikmati konflik yang menyebabkan perpeca han berkepanja ngan maka misi mewartakan terang kurang dapat berjalan optimal. Hal ini terjadi karena masing-masing sibuk dan terkuras tenaganya “memikirkan & menjalani” konflik.

Sikap sehati sepikir antar umat percaya selaku pewarta-peewarta terang mutlak dimiliki. Sikap sehati-sepikir itu sendiri merupakan bagian dari teladan hidup dalam terang sekaligus landasan untuk mewartakan terang. Tentu merupakan hal yang ironis sekali apabila umat percaya yang seharusnya mewartakan terang malah hidup dalam kungkungan kegelapan dalam konflik karena tidak bisa sehati-sepikir.

Terang yang kita wartakan adalah nama TUHAN Sang Raja Damai yang membawa terang. Tuhan yang menjadi sumber pertolongan umat-Nya yang tertindas karena dosa, tertekan karena bahaya. Tugas umat-Nya adalah tugas yang lintas batas geografis, sehingga hal ini tentu butuh mambangun kebersamaan yang tidak eksklusif sehingga misi mewartakan terang dapat tercapai.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Yesaya dan Juru Mazmur menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber pertolongan umat-Nya, yang oleh Yesaya disebut dengan Raja Damai sedangkan  Pemazmur menyebutnya sebagai terang, juru selamat dan benang hidup. Sosok Tuhan tersebut perlu diwartakan, Tuhan mengharpkan umat percaya untuk menggapai panggilan-Nya seperti yang disaksikan oleh Lukas. Dalam menanggapi panggilan menjadi pewarta tersebut Rasul Paulus menegaskan perlu dilandasi sikap sehati-sepikir walaupun berbeda golongan karena semuanya itu dilakukan demi nama Yesus.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Tunjukkanlah sikap sehati-sepikir yang bagaimana yang dapat dilakukan umat percaya sebagai pewarta terang?
2.Apakah tidak adanya sikap sehati-sepikir dapat menimbulkan perpecahan yang menghambat tercapainya misi mewartakan terang?
3.Bagaimana cara meminimalisir dan menghadapi adanya konflik antar umat percaya sebagai pewarta terang?



Bahan PA 1 Pebruari  2011
BERBAHAGIALAH ORANG
YANG HIDUP DALAM HIKMAT ALLAH

Bacaan I: Mikha 6 : 1-8; Tanggapan: Mazmur 15 : 1-5;
Bacaan II: I Korintus 1 : 18-31; Bacaan III:Injil Matius 5 : 1-12

Dasar Pemikiran
Bahagia adalah suatu kondisi yang selalu diharapkan manusia dapat terjadi dalam hidupnya. Walaupun tidak selamanya memang akan selalu bahagia sebagai manusia. Akan tetapi ketika manusia mau hidup dalam hikmat Tuhan dalam keadaan apapun maka akan mendapatkan kebahagiaan.

Keterangan Tiap Bacaan:

Mikha 6:1-8 (Pemberitahuan kepada manusia tentang hal yang baik)
Nabi Mikha hidup sezaman dengan Nabi Yesaya berasal dari sebuah desa di Yehuda. Mikha menyatakan bahwa Tuhan akan menghukum umat-Nya karena keberdosaan bangsa Yehuda. Secara khusus bagian bacaan dari Mikha 6:1-8 menujukkan apa yang telah Tuhan Allah lakukan atas bangsa Israel. Tuhan dalam sejarah Israel sangat nyata telah berbuat adil “…supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan TUHAN” setelah apa yang telah Tuhan kerjakan atas umat-Nya Tuhan menuntut agar umat-Nya juga dapat menjalankan hidup dengan berlaku adil, setia, rendah hati.

Mazmur 15 : 1-5 (Manusia yang baik)
Mazmur ini merupakan bagian dari penghayatan iman Daud tentang orang-orang yang berlaku adil, berjalan dalam kebenaran, tidak berbuat jahat, tidak merendahkan orang lain, bukan koruptor dan penyuap. Orang-orang yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan.

I Korintus 1 : 18-31 (Kristus hikmat Allah)
Korintus sebagai kota metropolis mempunyai permasalahan kompleks. Diantaranya adanya orang yang membanggakan hikmatnya sendiri (hikmat manusia). Dalam hikmat manusia pemberitaan tentang salib adalah suatu kebodohan tetapi bagi mereka yang hidup dalam hikmat Allah warta tentang Kristus adalah sumber kekuatan dan keselama tan. Disamping itu juga ada orang yang rendah diri dalam memberitakan Kristus. Menghadapai orang-orang demikian Rasul Paulus menguatkan bahwa Tuhan memakai manusia yang dipandang bodoh dan lemah. Bahkan orang yang memegahkan hikmat manusia akan malu karena tidak ada seorangpun yang bermegah selain dari Salib Kristus.

Injil Matius 5:1-12 (Hidup Yang Berbahagia)
Matius 5:1-12 merupakan bagian dari pengajaran Tuhan yesus di atas bukit. Pengajaran Yesus di atas bukit diawali dengan menyampaikan warta tentang kebahagian. Situasi yang terjadi pada waktu itu orang-orang Yahudi hidup dalam tekanan penjajahan Romawi sehingga tentunya keadaan tersebut menumbuhkan dukacita, penderitaan dan penganiayaan yang mengharapkan pembebasan. Dalam pengharapan tersebut Tuhan Yesus datang membawa kabar bahagia. Dalam khotbah Yesus tentang kabar bahagia ada 2 inti yaitu:
Siapakah yang layak bahagia?
Apa wujud dari kebahagiaan tersebut?
Dari pengajaran Yesus tersebut tampak bahwa kebahagiaan akan dimiliki orang-orang yang kekurangan (miskin,lapar); teraniaya dan suci hatinya serta murah hati. Orang-orang yang demikian layak menerima rasa bahagia tersebut.

Renungan atas Bacaan
Banyak orang yang mengatakan bahwa orang pandai adalah orang-orang yang akan menguasai dunia sedangkan orang bodoh akan menjadi pengikut dari orang pandai. Akan tetapi berbeda dengan perspektif iman Kristen. Menurut Rasul Paulus, apa yang dipan dang bodoh oleh dunia ialah yang akan dipakai Allah untuk memalukan orang-orang berhikmat. Hal itu terjadi karena orang pandai membanggakan hikmatnya sendiri. Seiiring dengan sikap memegahkan diri tersebut mereka menghina orang lain yang secara dunia dipandang bodoh. Inilah yang tidak dikehendaki Tuhan.

Dari sini kita bisa melihat Tuhan tidak berkenan ada manusia yang merendahkan orang lain. Disamping itu kita juga bisa melihat Tuhan berlaku adil bagi orang-orang yang direndahkan. Apabila demikian adanya maka setiap orang yang direndahkan karena pengetahuannya dan juga pengenalannya akan Kristus tidak perlu rendah diri karena Tuhan akan memberi kekuatan. Itu yang menjadikan orang-orang yang dicap bodoh dan hina layak untuk tersenyum bahagia.

Karena kasih Tuhan pada manusia sangat nyata sekali. Kepada umat Israel yang telah berdosa Tuhan memberi pengampunan dan keadilan. Kepada Israel yang hidup dalam tekanan, penganiayaan, penindasan Kerajaan Romawi juga diberikan pengharapan akan adanya kebahagiaan.

Tuhan sudah melakukan kebaikan kepada umat-Nya. Maka kita juga harus bisa melakukan kebaikan sebagai wujud nyata respon kita terhadap kebaikan Tuhan. Dengan bertindak adil, hidup setia kepada Allah, rendah hati dan tidak merendahkan orang lain, tidak korupsi. Semua sikap tersebut mencerminkan hidup yang dilakukan dalam hikmat Tuhan dan bukan hikmat manusia.  Akhirnya kita diperkenankan datang kepada Tuhan dan merasakan kebahagiaan.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Rasul Paulus menerangkan bahwa hikmat manusia dan hikmat Allah bertolak belakang. Orang yang mempunyai hikmat Allah sering direndahkan dunia tetapi dalam hikmat Allah ada keselmatan. Itulah yang membawa suka-cita. Walaupun menderita, dihina tapi bisa berbahagia karena mendapatkan keselamatan. Hal senada disaksikan Matius dalam khotbah Yesus tentang orang yang berbahagia. Adapun orang yang hidup dalam hikmat Allah adalah orang yang bisa hidup adil, setia dan rendah hati seperti yang digambarkan Nabi Mikha.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apakah setiap orang pandai pasti berhikmat? Jelaskan!
2.Apakah perbedaan hikmat Allah dan hikmat manusia?
3.Apakah ciri dalam tindakan orang yang hidup memiliki hikmat Allah?






Bahan PA 15 Februari 2011
PATUH KEPADA TUHAN
JALAN MENUJU KEDAMAIAN DAN KEBAHAGIAAN

Bacaan I: Ulangan 30:15-20; Tanggapan: Mazmur 119:1-8
Bacaan II: 1 Korintus 3:1-9; Bacaan III: Injil Matius 5:21-37

Tujuan:
Jemaat menyadari dan memilih pilihan jalan hidup yang tepat yaitu dengan jalan patuh kepada Tuhan agar hidup dalam kebahagiaan bersama dengan sesama

Dasar Pemikiran
Ada banyak jalan hidup yang dapat dipilih manusia di dunia ini. Namun, hanya ada satu jalan hidup yang menuju kebahagiaan sejati yaitu dengan patuh kepada Tuhan. Patuh kepada Tuhan menjadi sarana membangun relasi yang baik dengan Dia dan juga menjadi sarana membangun relasi dengan sesama demi terwujudnya damai sejahtera yang sesungguhnya.

Keterangan Tiap Bacaan

Ulangan 30:15-20 (Pilihlah Kehidupan)
                Perikop ini merupakan pemberian Allah menjelang ajal Musa hamba-Nya. Israel diperhadapkan pada pilihan jalan hidup: kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan (ayat 15). Mengasihi Tuhan adalah pilihan jalan hidup yang tepat karena Dia akan memberikan kesejahteraan kepada umat-Nya (ayat 16). Tetapi ketika manusia mengingkari-Nya maka kerusakan yang akan dialaminya (ayat 17-18). Memilih jalan hidup taat kepada-Nya berbuahkan kesejahteraan yang dialami umat-Nya (ayat 19-20).          

Mazmur 119:1-8 (Berpegang kepada Ketetapan Tuhan)
Pemazmur menyatakan bahwa kebahagiaan muncul ketika manusia memegang peringatan-Nya, senantiasa mencari Dia, hidup benar, berjalan di jalan yang ditunjukkan Tuhan. Kebahagiaan adalah ketika hidup manusia tidak dipermalukan dan yang senantiasa berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya.
               
I Korintus 3:1-9 (Allah Sumber Kehidupan)
Allah adalah sumber kehidupan bagi manusia. Allah memberikan anugerah yang terbaik dan membawa damai sejahtera untuk umat-Nya. Paulus mengajarkan ketika jemaat hidup dalam perdamaian serta tidak membeda-bedakan golongan satu dengan yang lain, di situlah jemaat hidup dalam karunia Allah Sang Sumber Kehidupan.

Injil Matius 5:21-37 (Lebih dari sekedar Taat)
                Panggilan untuk membangun damai sejahtera di dunia ini adalah panggilan yang dinyatakan Tuhan Yesus seperti dalam bacaan Injil saat ini. Tuhan memanggil umat-Nya untuk: jangan membunuh, jangan menghukum, berdamailah dengan sesama, jangan berzinah, jangan menyesatkan tubuh, jangan bercerai, jangan mudah bersumpah dan jangan plin plan (ya katakan ya, tidak katakan tidak).

Harmonisasi Bacaan
Sejak jaman Israel Allah menghendaki umat-Nya memilih hidup yang menuju hidup sejati. Hidup yang sejati adalah hidup yang bahagia di mana kebahagiaan tersebut terletak pada kepatuhan umat kepada Tuhan. Sementara itu Allah sebagai sumber kehidupan menghendaki umat-Nya hidup dalam kebersamaan dan kedamaian, maka ditegaskanlah hal tersebut melalui pengajaran Tuhan Yesus yang memanggil pengikut-Nya untuk memperjuangkan kedamaian.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Sebagian Teks nyanyikan KPK 319
endahe saduluran, kluwung pindhanya endah ing warna, nyawiji mbangun urip kang adya” (indahnya persaudaraan, seperti pelangi indah warnanya, menyatu membangun hidup yang baik).
Dalam teks tersebut Hidup bersama digambarkan seperti pelangi. Di mana letak keindahan pelangi?
2.Apa saja yang dapat kita kerjakan supaya kehidupan bersama menjadi indah?
3.Apa penghalang indahnya hidup bersama?




Bahan PA  22 Februari 2011
GEREJA YANG KELIMPAHAN

Bacaan I: Imamat 19:1-2, 8-10; Tanggapan: Mazmur 119:33-40;
Bacaan II: I Korintus 3:10-11, 16-23; Bacaan III: Injil Matius 5 : 38-48

Tujuan:
Mendorong jemaat untuk senantiasa dekat dengan Tuhan karena dengan membangun hubungan yang baik dengan Dia, Dia akan senantiasa melimpahkan anugerah kepada seluruh umat-Nya

Dasar Pemikiran
Gereja-gereja Tuhan adalah cermin nyata dari keberadaan Allah sendiri. Oleh karena itu, gereja-gereja hidupnya harus berkelimpahan dengan berkat Tuhan.      

Keterangan Tiap Bacaan

Imamat 19 : 1-2, 8-10 (Berbagi Dalam Kehidupan)
Firman ini memberitakan bahwa sebagai pengikut Tuhan kekudusan hidup adalah sesuatu yang mutlak yang harus terus dijaga. Kekudusan hidup adalah cerminan dari Allah yang juga adalah kudus. Salah satu bentuk kekudusan yang di kehendaki Allah adalah mewujudkan kehidupan yang mau berbagi dengan sesama. Oleh karena itu wujudkanlah itu dalam kehidupan kita.

Mazmur 119 : 33-40 (Janji Tuhan Menghidupkan)
Berpegang teguh kepada janji Tuhan adalah sebuah perbuatan yang sangat menguntungkan. Janji Tuhan adalah baik dan nyata, sehingga menghidupkan bagi siapapun yang berpaut kepadanya. Berpegang teguh kepada janji Tuhan akan menambah sukacita hidup, dan menjauhkan hidup dari segala kehampaan dan kecelakaan. Maka, berpeganglah terus kepada janji Tuhan sehingga keselamatan kita menjadi sempurna.

I Korintus 3 : 10-11, 16-23 (Kristus Dasar Bangunan Rohani. Semua yang kita punya  milik Kristus)
Setiap orang percaya adalah bait Allah yang kudus. Sebagai bait Allah yang kudus, maka setiap orang percaya senantiasa dituntut untuk hidup sesuai firman Allah. Kristus adalah dasar bangunan rohani orang percaya. Maka dalam setiap pekerjaan orang percaya jangan pernah sekali-kali meninggalkan Allah. Semua yang kita miliki merupakan milik Kristus, dan Kristus pun adalah milik kita.

Matius 5 : 38-48 (Siap Memberi Lebih)
Firman ini memberitakan, bahwa kesempurnaan hidup seperti Bapa di sorga adalah suatu tujuan yang harus dicapai oleh setiap orang percaya. Melakukan perbuatan baik adalah salah satu cara mencapai kesempurnaan hidup tersebut.  Maka, lakukanlah itu dengan lebih sungguh,  sebab orang yang tidak mengenal Allah pun juga melakukannya.
  
Renungan atas Bacaan
Hidup yang berkelimpahan dengan berkat Tuhan memang adalah kerinduan dari setiap kita. Untuk dapat mewujudkannya, kita memang terlebih dahulu harus berusaha menunjukkan hidup yang sesuai dengan firman-Nya. Berkat Allah bagi kita pasti akan diberikan, hanya saja Allah selalu menunggu kesiapan kita untuk bisa menerimanya. Dalam segala perkara Allah tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. Oleh karenanya, ketika kita telah menerima berkat dari Allah, kitapun juga harus mampu berbagi berkat dengan sesama. Sehingga melalui semuanya itu, Allah tidak akan segan-segan lagi memberikan berkat-Nya kepada kita.   

Harmonisasi Bacaan
Untuk dapat memperoleh berkat Tuhan yang melimpah, syaratnya memang ada. Yang pertama adalah menjaga kekudusan hidup. Yang kedua adalah, berpegang teguh kepada janji Tuhan. Yang ketiga adalah senantiasa mengikutsertakan Kristus dalam segala perkara. Yang keempat adalah, mewujudkan kesempurnan hidup. Keempat syarat ini adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi sehingga setiap orang percaya akan beroleh berkat Tuhan yang melimpah.
  
Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa kaitan antara tindakan suka memberi dan kekudusan sebagaimana disebutkan dalam  Imamat 19 : 1-2, 8-10?
2.Mengapa kita sulit menghayati hidup yang berkelimpahan (“bersyukur”)?
3.Apa syarat supaya hidup kita dapat berkelimpahan?
Bahan PA 1 Maret 2011
ALLAH YANG MENCIPTA, MEMELIHARA DAN MELINDUNGI

Bacaan I : Yesaya 49:8-16a; Tanggapan: Mazmur 131;
Bacaan II : I Korintus 4:1-5; Bacaan III : Matius 6:24-34

Tujuan:
Anggota jemaat mampu menghayati setiap aspek kehidupannya dalam genggaman tangan Tuhan, dan diteguhkan bahwa seluruh pergumulan mereka selalu dipelihara dan dilindungi sehingga mereka tidak hidup dalam kekuatiran tetapi menjadi berkat bagi banyak orang.

Dasar pemikiran:
Penciptaan manusia menurut kesaksian Alkitab pada hakikatnya menyatakan bahwa manusia dibentuk dari debu tanah dan kemudian Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, sehingga manusia dapat menjadi mahluk yang hidup (Kej. 2:7). Dalam pemikiran kitab Kej. 2:7 tersebut terdapat dua tindakan Allah, yaitu: Allah membentuk manusia dari debu tanah yang berarti menunjuk kepada tindakan Allah yang menggunakan tangan-Nya. Setelah itu Allah menghembuskan nafas hidup yang paralel dengan tindakan Allah menghembuskan firman-Nya. Jadi apabila manusia dapat memiliki suatu kehidupan serba unik dan khusus adalah karena pekerjaan tangan dan firman Allah. Itu sebabnya di Kej. 1:26-27 manusia dinyatakan sebagai “gambar dan rupa Allah”. Karena manusia telah diciptakan dengan tangan dan firman Allah, maka manusia diberi kedudukan khusus untuk mencerminkan sifat-sifat dan karakter Allah. Tujuannya adalah agar dengan “tangan dan pikirannya”, manusia diberi karunia untuk menjadi berkat bagi setiap sesamanya. Setiap tangan manusia dapat terulur menyatakan berkat sebagai kepanjangan tangan Tuhan; dan pikirannya dapat termanifestasikan untuk menangkap atau memahami pikiran dan kehendak Allah. Dengan tangan dan pikirannya, manusia  dapat memiliki orientasi hidup yang  mempermuliakan nama Tuhan.  Namun ternyata dalam perjalanan sejarahnya umat manusia tidak senantiasa mau menggunakan tangan dan pikirannya untuk mempermuliakan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesamanya. Tangan dan pikirannya justru sering disalahgunakan sebagai alat yang efektif dalam berbagai perbuatan dosa, seperti tindakan mencuri, merampas, merusak, menghancurkan dan membunuh. Akibatnya Allah menghukum manusia khususnya umat yang telah menyimpang dari perjanjian kasih karunia-Nya. Allah kemudian memakai tentara asing seperti raja Sanherib dan tentara dari kerajaan Asyur (705-681 sM),  dan juga raja Nebukadnezar dan tentara Babel (604-562 sM) sebagai alat di tangan-Nya untuk menghukum umat Israel.  Bahkan serangan raja Nebukadnezar pada waktu itu begitu fatal sebab umat Israel dapat dikalahkan secara telak. Bait Allah berhasil diruntuhkan dan akhirnya mereka hidup dalam pembuangan di Babel.

Keterangan Tiap Bacaan:

Yesaya 49: 8-16a (Allah takkan melupakanmu)
Tangan Tuhan tidak senantiasa dipakai untuk menghukum umat-Nya, kenyataannya Allah kemudian menggerakan raja Koresy dari kerajaan Medi-Persia sebagai alat di tangan-Nya untuk menaklukkan Babel pada tahun 539 sM. Raja Koresy dipakai oleh Tuhan untuk membebaskan umat Israel dari pembuangan di Babel dan membawa mereka kembali ke tanah Kanaan.  Itu sebabnya di Yes. 44:28, Allah menyebut raja Koresy dengan ungkapan: “Akulah yang berkata tentang Koresy: “Dia gembala-Ku, segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! Dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!”.   Allah telah memakai raja Koresy sebagai alat di tangan-Nya untuk membebaskan dan menyelamatkan umat-Nya. Sehingga kini umat Israel telah dipulihkan oleh Tuhan dan memiliki masa depan yang cerah. Apabila umat Israel pernah meratap: “Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku” (Yes. 49:14). Maka Tuhan memberikan jawaban: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes. 49:15).  Ini berarti peristiwa pembebasan mereka dari cengkeraman dan pembuangan di Babel oleh raja Koresy tidak dihayati oleh umat Israel sekedar suatu peristiwa politis dan pergantian kekuasaan; tetapi dihayati sebagai peristiwa teologis yang mana pada hakikatnya Allah tidak pernah melupakan mereka. Seperti seorang ibu yang tidak pernah melupakan anaknya, demikian pula Allah juga tidak akan pernah melupakan umat-Nya. Bahkan sekalipun ada seorang wanita yang melupakan dan mengabaikan anaknya, maka Allah sekali-kali tidak akan pernah melupakan mereka. Allah selalu mengingat umat-Nya walau mereka senantiasa menyakiti, melukai dan melawan kehendak Allah.  Bahkan sangat menarik tindakan Allah yang selalu mau mengingat dan tidak melupakan umat-Nya digambarkan oleh Yes. 49:16a, dengan ungkapan: “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tanganKu”. 

Ungkapan Yes. 49:16a tersebut sepertinya mau menyatakan bagaimana sikap kepedulian dan perhatian Allah yang sedemikian dalam, intensif dan personal; sehingga wajah-wajah setiap umat-Nya selalu tergambar dengan jelas di telapak tangan-Nya. Setiap kali Allah melihat telapak tangan-Nya, maka Dia juga melihat setiap kehidupan dan pergumulan umat-Nya. Yang mana melalui tangan-Nya, Allah telah sejak semula pernah mencipta dan membentuk manusia dari debu tanah dan kemudian Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia. Jadi tangan Allah dimaknai oleh umat Israel sebagai wujud dari kuasa Allah yang kreatif dalam menciptakan umat manusia. Tetapi juga tangan Allah dipakai sebagai suatu simbolisasi dari sikap dan tindakan Allah yang selalu mau mengingat setiap kehidupan umat-Nya. Bukankah salah satu dari organ tubuh yang paling mudah kita lihat setiap saat adalah tangan dan telapak tangan kita?  Sehingga melalui tangan dan telapak tangan yang kita miliki, kita dapat melakukan berbagai kegiatan yang cepat, efektif dan kreatif. Tetapi lebih dari pada itu tangan dan telapak tangan juga dapat kita pakai untuk mengungkapkan perhatian, kasih dan pertolongan kepada orang-orang di sekitar kita. Kepada anak-anak, kita dapat menggunakan tangan untuk mengungkapkan kasih-sayang dengan cara membelai-membelai kepala mereka. Dan kepada orang-orang yang menderita, kita dapat memakai tangan untuk menolong dan memberdayakan mereka. Itu sebabnya pula di Yes. 49:10b menyatakan tindakan Allah, dengan ungkapan: “Sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air”.  Secara implisit makna dari tindakan Allah yang menuntun umat-Nya di Yes. 49:10b jelas menunjuk kepada aktivitas “tangan Allah” yang terulur dari hati-Nya yang selalu penyayang. Dalam hal ini Allah selalu peduli dengan permasalahan dan penderitaan kita sehari-hari seperti seseorang yang selalu dapat melihat tangan dan telapak tangan-Nya. Itu sebabnya Allah selalu berbela-rasa dan bersedia untuk mengulurkan tangan-Nya sehingga kita dipelihara dan diselamatkan. Di Yes. 49:2a, terdapat ungkapan dari tokoh hamba Tuhan yang berkata: “Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya”.  Sang hamba Tuhan tersebut menjadikan tangan Tuhan sebagai tempat di mana dia berlindung. Demikian pula sikap Allah terhadap seluruh umat-Nya. Dengan tangan-Nya Allah telah mencipta, membentuk, menghukum dan mendisiplinkan manusia; tetapi juga dengan tangan-Nya Allah berkenan untuk memulihkan, menyayangi, melindungi dan selalu mau mengingat setiap pergumulan yang dialami oleh umat-Nya. 

Mazmur 131 (Berharaplah kepada Tuhan)
Bentuk mazmur ini memiliki kesamaan dengan mazmur (16 dan 23) sebelumnya, dalam arti sifatnya yang sangat pribadi kecuali dalam ayat terakhir dimana disebut Israel. Ini adalah nyanyian percaya, dimana pemazmur berbaring dengan puas supaya dapat terbuka sepenuhnya terhadap Allah yang menyelamatkan. Mazmur ini adalah nyanyian orang miskin, anawim, yang menjauhkan diri  dari kekuasaan supaya dapat sepenuhnya menyerahkan diri kepada perlindungan Allah. Pemazmur mengungkapkan  bagaikan seorang bayi di sapih, ia menyadari akan ibu sebagai sumber pegangan dan ia gusar untuk dada bundanya. Setelah disapih, ia merasa cukup puas hanya (bersama ibu, atau kehadiran bundanya menjadi cukup). Gambaran mengenai seorang anak kecil, tenang bersama ibunya, penuh kepercayaan, mengungkapkan perasaan hatinya yang terdalam. Demikian yang dirindukan pemazmur yaitu hubungan antara manusia dengan Allah.

I Korintus 4 : 1-5 (Tuhan satu-satunya Hakim)
Karena Kristus adalah Tuhan atas gereja, dan orang-orang percaya di dalam Dia adalah tuan atas segala sesuatu. Paulus tidak membela kehormatannya demi alasan-alasan pribadi, justru sebelumnya Paulus melukiskan dirinya dan rekan-rekannya sebagai pelayan-pelayan Kristus. Mereka bukanlah agen-agen bebas dan mandiri yang bekerja berdasarkan kewibawaan pribadi mereka, sebaliknya mereka adalah orang-orang yang kepadanya dipercayakan, penatalayanan atas hal-hal yang telah diberikan kepadanya. Yang dituntut dari pelayan-pelayan ialah mereka teryata dipercayai, setia dalam melaksanakan tugas mereka. dalam hal penghakiman Paulus ingin menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun atau pengadilan manusia manapun yang kini  dapat memberikan keputusan final terhadap pe;ayanan hamba-bamba Allah. Paulus pun tidak menghakimi dirinya sendiri, karena tahu dirinya masih orang berdosa, namun memiliki nuranu yang murni sehubungan dengan pelaksanaan pelayanannya. Paulus tidak membanggakan diri, membanggakan keberhasilan-keberhasilannya, maka itu hanyalah untuk memuji kasih karunia.

Manusia tidak boleh menghakimi pelayan-pelayan Allah; Dia, yang menghakimi…ialah Tuhan. Semua penghakiman adalah hak-Nya, karena setiap pelayan bertanggungjawab kepada-Nya, dan bukan kepada manusia. Oleh karena itu tak seorangpun berani menyatakan penghakiman sebelum waktunya, artinya sebelum Tuhan datang. Melakukan hal itu berarti menempatkan diri di pengadilan Allah untuk memberikan penghakiman dan mengambil apa yang menjadi milik Allah semata. Hanya Tuhanlah yang benar-benar dapat menilai kelayakan setiap orang. Pada kedatangan-Nya Kristus akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan sebab tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan, Ia akan memperhatikan apa yang direncanakan di dalam hati, motif dan niat sejati yang tidak selamanya jelas. Hal yang terpenting tiap-tiap orang yang telah terbukti setia akan menerima pujian dari Allah.

Injil Matius 6:24-34 (Dahulukan Tuhan)
Tuhan Yesus tahu bahwa manusia sering kuatir; kalau-kalau nanti tidak ada makanan, minuman dan pakaian dll. Kekuatiran dapat menjadi berlebihan, dapat menjadi semacam penyakit. Para ahli ilmu jiwa tahu bahwa kekuatiran dapat menekankan jiwa berjuta-juta orang, akibatnya orang tidak bisa tidur, sehingga kekuatiran kadang-kadang disebut "penyakit utama" dan "musuh utama manusia". Orang-orang yang tidak memiliki kekayaan bisa menjadi korban kekuatiran dan kehilangan iman. Demikian juga orang-orang kaya juga bisa kuatir kekayaannya akan berkurang. Tuhan Yesus memberikan jawaban ilahi atas soal kekuatiran. Ia mengatakan kepada pengikut-pengikut-Nya: "Janganlah kuatir; bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?". Arti perkataan-perkataan itu ialah bahwa Allah yang telah berbuat hal besar ("penting") pastilah mau berbuat hal kecil. Kalau Tuhan sudah melakukan perbuatan besar dalam hal memberi kehidupan kepada kita, pastilah Ia rela melakukan apa yang lebih kecil, yakni memelihara kehidupan itu dengan makanan. Dan kalau Allah sudah melakukan perbuatan besar dalam hal memberi suatu tubuh kepada kita, pastilah Ia rela melakukan yang lebih kecil, yakni memberi pakaian untuk tubuh itu. Sebab kehidupan dan tubuh adalah hal yang lebih besar ("penting") daripada makanan dan pakaian. Karena hidup itu sendiri diperlengkapi oleh Allah, dan kita harus percaya bahwa Allah akan memperlengkapi hal-hal yang kita butuhkan.  Dalam ayat 26 Tuhan Yesus menguatkan lagi kepercayaan akan Bapa di Sorga dengan jalan menunjuk kepada burung-burung. Walaupun burung itu tidak menjalankan pekerjaan petani (menabur, lalu menuai, lalu mengumpulkan dalam lumbung), namun binatang itu menerima makanan dari Tuhan. Kalau Tuhan memelihara binatang itu, apalagi anak-anak-Nya, Ia pasti memelihara mereka. Orang-orang itu telah menjadi anak-anak Allah, sebab kepercayaannya/keimanannya mempunyai tempat yang lebih penting daripada burung-burung. Tuhan Yesus di sini tidak menganjurkan supaya kita tidak bekerja. Sebab burung-burung juga "bekerja" dalam mencari makanan. Tuhan Yesus hanya mau menghilangkan kekuatiran dan kegelisahan kita dan menggantikan itu dengan kepercayaan.

Kekuatiran, tidak berguna. Makanan itu penting bagi pertumbuhan. Tetapi dalam hal ini Allah yang mengendalikan. Waktu seorang anak bertumbuh menjadi dewasa. Allah menambahkan jauh lebih daripada sehasta (46 cm) tetapi kekuatiran hanya menghambat (tidak menolong). Para ahli Alkitab memaknakan istilah tersebut dengan "umur" (bukan tinggi badan) dan kata "satu hasta" sebagai ukuran waktu (bukan ukuran tinggi badan). Naskah asli Yunani di sini meski dapat diterjemahkan Juga: "dengan kekuatiran, kamu tidak dapat menambahkan satu hasta pada ketinggian badanmu". Tetapi karena jarang ada orang yang ingin supaya tingginya bertambah dengan satu hasta, maka kebanyakan Ahli kitab menganggap "hasta" sebagai waktu tambahan kepada umur. Maka, dengan kekuatiran dan kegelisahan, kehidupan manusia tidak dapat diperpanjang (sebaliknya, menurut ilmu kedokteran modern, kekuatiran justru "memakan kesehatan" dan memperpendek kehidupan).

Ayat 28-32. Tuhan Yesus mengambil suatu contoh dari alam pula. Ia mengatakan "perhatikanlah bunga bakung di ladang". Kata Yunani "αγρος - agros" bisa berarti "ladang/sawah", juga dapat berarti semua tempat di luar kota dan di luar kampung ( country, farm, piece of ground, land. ). Kata "αγρος - agros", lebih baik di sini dalam makna ke dua, yaitu tempat-tempat lereng-lereng gunung di Palestina, yang pada bulan Februari dan Maret diliputi bunga-bunga yang tumbuh sendiri. Karena ladang/ sawah di daerah Palestina ditanami gandum.

"Bunga bakung/bunga Lily" mungkin juga terjemahan yang kurang tepat, sebab bunga itu "jarang" terdapat di Palestina. Banyak penafsir berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan ialah bunga anemone, yang banyak sekali di lereng gunung pada bulan Februari dan Maret, dengan warnanya yang ungu, sama dengan pakaian kebesaran seorang raja. Pada bulan April di Palestina hawa menjadi panas dan hujan berhenti, sehingga bunga dan daun dari anemon Itu layu. Kemudian dipakai untuk memanaskan dapur. Kalau dapur harus panas agak lama, dengan sendirinya kayu yang perlu, tetapi daun-daun yang kering dapat dipakai supaya api menyala sebentar dengan keras. Dalam ayat 30 kata "rumput" berarti bunga-bunga anemone itu.

Apa yang dimaksud dalam ayat 29 merujuk kepada Raja Israel Salomo yang terkenal akan kekayaannya, bunga anemone yang begitu singkat umurnya, dan yang tidak lama kemudian ikut terpotong bersama rumput yang dipakai sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan manusia (lihat Yakobus 1:11). Bunga itu, kata Yesus, mempunyai "pakaian" lebih bagus daripada Salomo, raja yang kaya itu. Dan semuanya itu oleh sebab pemeliharaan Tuhan; karena bunga itu tidak bekerja dan tidak memintal untuk memperoleh "pakaian" tsb. Jikalau Tuhan sedemikian rupa memelihara bunga yang dianggap sebagai tidak berharga, maka pastilah Bapa di Sorga akan memberi pakaian kepada anak-anak-Nya yang percaya akan Dia dan yang mau taat kepada-Nya.

Ayat 33: Adalah ucapan yang monumental, kalau Tuhan Yesus mengatakan: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran Allah", maka Ia mengikuti urutan dari "Doa Bapa Kami", yang di dalamnya Ia mengajar kita untuk berdoa dahulu, supaya Kerajaan Allah datang dan kehendak Allah dilakukan dan baru setelah itu, supaya makanan (pemenuhan kebutuhan) diberi kepada kita.Tafsiran yang paling sederhana dalam Matius 6:33 untuk kata-kata "mencari Kerajaan Allah dan kebenaran Allah" ialah: mencari untuk menjadi taat kepada Allah. Akan tetapi ada juga penafsir mengartikan 'kebenaran Allah" di sini berarti kesetiaan Allah, kesetiaan yang menolong dan membela orang, yang mencari Allah. Tetapi bagaimanapun juga, maksud Tuhan Yesus adalah jelas: kalau kita terutama mencari Kerajaan Allah, maka Allah akan memberi juga apa yang perlu untuk kehidupan jasmani kita.
Tuhan Yesus Kristus menyebutkan dua hal yang harus dicari oleh orang-orang percaya:

1. Frasa "την βασιλειαν του θεου ; tên basileian tou theou", "Kerajaan Allah", menempatkan sungguh-sungguh kepemimpinan dan kuasa / otoritas Allah dinyatakan melalui kehidupan kita. Kita dapat berdoa agar Kerajaan Allah datang dengan kuasa yang luar biasa untuk menyelamatkan orang berdosa, menghancurkan kuasa iblis, menyembuhkan orang sakit, menyediakan apa yang kita perlukan dan meninggikan nama Yesus. Berada dalam kerajaan Allah itu berarti melakukan dan memberlakukan kehendak dan otoritas Allah. Kasih yang besar dapat mengalahkan segala hal yang lain. Kasih yang besar dapat menjadi sumber inspirasi dalam bekerja, mendorong pelajaran, membersihkan hidup dari segala yang kotor, dan juga menguasai seluruh keberadaan seseorang, dan kasih yang besar itu hanya ada dalam kerajaan Allah.

2. Selanjutnya kata "την δικαιοσυνην αυτου; tên dikaiosunên autou", "Kebenaran-Nya" – yaitu kita berusaha untuk menaati perintah Allah, memiliki kebenaran Kristus (Yohanes 14:6), tetap terpisah dari "dunia" (tidak mengikut 'kebenaran dunia' tetapi kebenaran Kristus) dan menunjukkan kasih terhadap semua orang.  Para ahli tidak sependapat, apakah perkataan Yunani "προστιθημι - prostithêmi" sebaiknya diterjemahkan dengan "ditambahkan" ataukah dengan "diberi". Namun keduanya dapat kita pergunakan secara bersama-sama, bahwa kita orang-orang percaya harus memusatkan perhatian pada nilai-nilai rohani dan bersandar penuh kepada Allah, karena Allah mengetahui berbagai kebutuhan umat-Nya dan akan menyediakan/ memberi/ menambahkan apa-apa yang diperlukan oleh umat-Nya baik jasmani maupun rohani.

Ayat 34 : Menurut beberapa penafsir, ayat 34 harus diterjemahkan sedikit lain daripada terjemahan Indonesia LAI-TB, yakni: "Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok akan mengurus persoalan-persoalannya sendiri". "Hari besok" di sini dipersonifikasikan, artinya digambarkan sebagai oknum. Terjemahan yang lebih teliti lagi ialah: "Biarkanlah besok mengurus persoalan-persoalannya sendiri". Dalam bahasa Yunani, kata "μεριμνησει – merimnêsei" akan mengkuatirkan (verb dalam bentuk future active indicative (future tense)) kadang-kadang dipakai dengan arti "biarkanlah" (imperatif). Kata ini adalah merupakan "personifikasi" yang mencolok. "Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari", kesusahan yang dimaksud jelas jasmaniah maupun batiniah, mengacu kepada persoalan-persoalan yang mungkin timbul. Kita tidak perlu menambahkan masalah esok kepada masalah hari ini.


Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Berikan bukti pengalaman saudara bahwa Allah tidak hanya mencipta namun juga memelihara dan melindungi!
2.Mengapa Yesus mengajarkan dalam doa Bapa Kami untuk lebih mengedepankan datangnya Kerajaan Allah dibanding pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari?
3.Apa yang membuat kita masih memiliki rasa kuatir dan cemas yang berlebihan tentang pemenuhan kebutuhan hidup kita?
Bahan PA 15 Maret 2011
HIDUP DALAM KETAATAN SEBAGAIMANA KRISTUS

Bacaan I: Kejadian 2:15-17; 3:1-7; Tanggapan: Mazmur 32;
Bacaan II: Roma 5:12-19; Bacaan III: Injil Matius 4:1-11

Dasar Pemikiran
Sesungguhnya, hidup beriman (salah satunya) adalah soal ketaatan, dan bukan soal kebebasan untuk melakukan apa saja menurut keinginan atau kemauan sendiri (“semau gue”). Ada kalanya, orang Kristen yang telah merasa diri beroleh KASIH KARUNIA, tidak lagi mengarahkan hidupnya di dalam ketaatan sebagai wujud syukur, tetapi hidup dalam kebebasan yang tidak bertanggung-jawab yang justru seringkali membawa kejatuhan dan penderitaan. Jadi, jika ingin tetap di dalam kasih karunia dan mengalami kemenangan, hiduplah dalam ketaatan.

Keterangan Tiap bacaan

Kejadian 2:15-17; 3:1-7 (Upah dosa adalah maut)
Manusia diciptakan dalam keadaan sungguh amat baik. Keberadaan manusia sebagai “Gambar dan Rupa Allah”, diberi kuasa untuk mengatur, menata, mengusahakan, memelihara dunia (Taman Eden). ”KUASA” yang dimiliki oleh manusia bukan karena manusia memiliki kekuasaan pada dirinya sendiri, tetapi adalah anugerah dan sekaligus tanggung-jawab manusia sebagai “Gambar dan Rupa Allah”. Dan dalam ”KUASA” yang diberikan Allah pada manusia, ada unsur yang menyertai, yaitu tanggung-jawab ”KETAATAN” manusia kepada Allah.

Tetapi, manusia lebih memilih menggunakan kuasa yang dimiliki dengan sekehendak hati tanpa disertai ketaatan. Yang lebih parah lagi, dengan kuasa yang dimiliki sebagai anugerah itu, justru dipergunakan untuk memberontak kepada Allah. Tak pelak lagi, manusia jatuh dalam ketelanjangan yang memalukan.

Mazmur 32 (Berdoalah selagi Tuhan mau ditemui)
Taat kepada aturan/norma bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan untuk tokoh besar seperti Raja Daud. Ia sadar akan keterbatasannya, sehingga ia seringkali jatuh bangun dalam menjalankan ketaaatannya kepada Allah (ayat 1-4).

Ketidaktaatan adalah hal yang dapat (sering) terjadi di dalam hidup manusia sebagai “Gambar dan Rupa Allah”. Yang menjadi persoalannya adalah, apakah manusia mau menyadari ketidaktaatanya dan segera memohon pengampunan kepada Allah. Menyadari kesalahan, mengakui ketidaktaatanya dan memohon pengampunan adalah jalan hidup orang beriman: ‘Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. ( ayat 5 ).

Cara hidup seperti itu pulalah yang diajarkan dan dianjurkan oleh sang Pemazmur (Daud) kepada orang-orang saleh untuk dilakukanya (ayat 6-11). Bukankah ajaran dan anjuran ini juga berlaku juga bagi kita?

Roma 5:12-19 (Kasih Allah dilimpahkan melalui Kristus)
Paulus memberikan gambaran yang nyata dan berlawanan antara ADAM dan YESUS.  Melalui ADAM, Paulus menjelaskan bahwa manusia dalam sikap ketidaktaatannya telah mengakibatkan jatuh ke dalam dosa, dan menyebabkan semua manusia berada dalam penghukuman. Sebaliknya, melalui YESUS, Paulus menegaskan bahwa oleh perbuatan kebenaran atau ketaatan Yesus, kasih karunia Allah dilimpahkan atas semua orang, sehingga semua orang beroleh pembenaran dan pembebasan dari hukuman. Seperti yang tertulis dalam ayat 18-19 : ”Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

Injil Matius 4:1-11 (Persekutuan yang membebaskan)
Matius memberikan contoh yang nyata bagaimana seharusnya manusia bersikap dalam menghadapi pencobaan. Contoh itu secara sederhana dan nyata diambil dari Yesus. Sebagaimana yang dihadapi oleh Yesus,... pencobaan tidak mungkin dihindari tetapi harus dihadapi dan disikapi. Dengan cara atau sikap yang bagaimana? Yesus memberikan teladan tentang KETAATAN YANG TOTAL akan Firman Allah. Fokus Yesus bukan pada mampu atau tidak mampu, boleh atau tidak boleh,... tetapi hati yang tetap berpegang teguh pada Firman yang berbicara. Sekalipun Yesus punya kuasa dan kewenangan, ... tetapi Ia tetap rendah hati dan tunduk pada Sabda Bapa-Nya.

Renungan atas Bacaan
Setiap kita-siapapun,... sejatinya tidak pernah bebas dari berbagai pencobaan yang bisa mengakibatkan hidupnya terpuruk/jatuh dalam dosa dan mengalami penderitaan. Bahkan juga untuk setiap anak-anak Tuhan. Kita telah berusaha dengan segenap tenaga dan kekuatan yang kita miliki untuk dapat mengatasi pencobaan (nikmatnya dosa), namun seringkali tiada berdaya. Betapa tidak sedikit orang-orang yang sudah sekian waktu lamanya mengikut Tuhan, mengalami kejatuhan yang amat menyakitkan. Daud menjadi contoh yang nyata, betapa ia sering mengalami JATUH-BANGUN dari pencobaan dan dosa.
Pertanyaan mendalam yang perlu kita renungkan bersama: DAPATKAH KITA MENJAGA HIDUP AGAR TIDAK BERULANG KALI JATUH KE DALAM DOSA DAN MENGALAMI KEKALAHAN? DENGAN CARA BAGAIMANA?
Marilah, kita bercermin dari Raja Daud dan meneladani Yesus.

Bercermin dari Raja Daud
Ketika mengalami jatuh dalam dosa: segera menyadari, mengakui dan bertobat.
Menjadikan setiap hal jadi pengajaran yang berharga.

Meneladani Yesus
Selalu membangun dan memelihara relasi yang benar dengan Allah Bapa.
Tidak bertindak atau berbuat sekehendak hati, apalagi menuruti hawa nafsu kedagingan.
Hidup dalam ketaatan pada Firman Allah.
Percayalah, bila kita berjalan taat di dalam rel Teladan Yesus di atas, kita pasti akan mengalami hidup yang berkemenangan.

Harmonisasi Bacaan Leksionary
Kejadian 2:15-17; 3:1-7 memberikan gambaran bagaimana manusia yang begitu dikasihi Allah, oleh karena ketidaktaatannya telah berani memberontak kepada Allah dan jatuh ke dalam dosa.  Gambaran ini lebih dipertegas lagi oleh Rasul Paulus (dalam Roma 5:12-19): bahwa ketidaktaatan Adam telah merusak kehidupan seluruh ciptaan dan menjadikan semua tidak luput dari penghuku man Allah. Berbahagialah manusia, oleh karena Allah telah berkenan membenar kan kita (mengampuni dosa-dosa) melalui pengurbanan Kristus. Matius 4:1-11 memberikan gambaran yang jelas dan sempurna: akan ketaatan Kristus, ... Yang pada akhirnya berujung pada kematian-Nya. Marilah kita, bercermin dari Daud (Mazmur 32) untuk bertobat dan hidup taat meneladan Yesus.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa yang kita pelajari dari pengalaman kegagalan Daud?
2.Posisi sebagai keturunan Adam senantiasa menjadikan kita gampang jatuh dalam kesalahan yang sama dengan kesalahan Adam. Bagaimana supaya kita dapat keluar dari “kerangkeng” (posisi sebagai keturunan Adam) tersebut?
3.Bagaimana Tuhan dapat menghadapi berbagai macam pencobaan yang dialami-Nya?

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSCyLdLtBCSFns2NaOGrWUIB5lZGcvZ9mFKS83-oaSWJ1ErrNk4



Bahan PA 22 Maret 2011
”KASIH ALLAH YANG MENYELAMATKAN”

Bacaan I: Kejadian 12:1-4a; Tanggapan: Mazmur  121;
Bacaan II: Roma  4:1-5, 13-17; Bacaan III: Injil Yohanes  3:1-17

Dasar Pemikiran
Di jaman sekarang, dimana pola hidup begitu individualis dan egois, tidaklah mudah kita menemukan orang yang mau berkorban dengan tulus untuk orang lain. Kecenderungan orang yang individualis atau egois adalah menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya. Mungkin bisa saja orang berkorban, tetapi sesungguhnya pengorbanan yang dilakukan tetap dalam rangka untuk kepentingan atau keuntungan diri sendiri. Dalam situasi yang semakin mengarah pada ”ketidak-pedulian” inilah, kita diajak kembali untuk meresapi akan pengurbanan Kristus-yang bersumber pada KASIH ALLAH, kasih yang begitu besar dan melampaui segalanya. Kasih yang menggerakkan Abraham dengan tulus dan berpegang teguh pada janji Allah. Kasih, yang menggerakkan orang untuk tidak hanya bersyukur karena mengalami berkat, tetapi juga memberkati dan berkorban untuk orang lain.

Keterangan Tiap Bacaan

Kejadian 12:1-4a (Menjadi berkat bagi semua)
Allah memanggil Abraham secara personal untuk meninggalkan sanak keluarga dan tanah leluhurnya, mengikuti rencana-Nya, yaitu pergi ke suatu negeri yang akan ditunjukkan-Nya kelak. Sekalipun panggilan dan rencana Allah ini tidak terlalu jelas seperti apa nantinya, namun Abraham menanggapinya dengan sungguh-sungguh. Pada masa usia memasuki 75 tahun, Abraham berangkat meninggalkan segala kemapanannya untuk mengikuti rencana Tuhan Allahnya. Suatu jalan penyangkalan dan bahkan pengurbanan diri yang tidaklah mudah. Abraham sungguh mempercayai Allah dengan segenap hatinya meski mungkin ada pergulatan hebat dalam hatinya sebelum sampai pada keputusan itu. Semua ini dapat terjadi karena Allah sendiri yang ber-inisiatif menawarkan kasih karunia-Nya kepada Abraham, dan bukan karena kehebatan atau jasa-jasa Abraham. Allah membeberkan rencana-Nya kapada Abraham untuk menjadikan nya bangsa yang besar, yang diberkati, dan dimasyhurkan. Allah ingin agar melalui Abraham semua kaum di muka bumi mendapat berkat Allah. Dan,.. Abraham menaruh percaya dengan seutuhnya akan janji Allah itu.

Mazmur  121 (Tuhan adalah Penjaga)
Mazmur ini adalah salah satu nyanyian yang biasa dinyanyikan dalam perjalanan ziarah ke Yerusalem. Perjalanan menuju dan dari Yerusalem memang harus melewati jalur pegunungan yang berliku dan curam. Untuk menghadapi tantangan dan resiko perjalanan seberat itu, umat terbiasa menyemangati dirinya dengan menyanyikan mazmur-mazmur ziarah, termasuk mazmur 121 ini. Siapakah yang menjadi sumber pertolongan di antara gunung-gunung yang tinggi atau lembah yang curam? Mereka teringat dan percaya bahwa sumber pertolongan itu nyata ketika mereka berharap kepada Tuhan Sang Khalik. Mereka tidak perlu merasa takut dan gentar, karena Sang Khalik adalah Tuhan yang tidak pernah terlelap dan tertidur. Dia mampu menjaga dan menaungi umat-Nya. Tuhan sanggup melindungi umat-Nya dari segala mara bahaya dan kecelakaan. Ia menjagai nyawa umat-Nya sampai kapanpun.
Dalam kesempatan ini pemazmur mengajak umat membangun iman melalui syair lagu yang mendorong agar mereka sungguh-sungguh percaya dan benar-benar yakin akan kasih Tuhan dalam wujud perlindungan-Nya. Kasih Tuhan itu nyata dan tidak perlu disangsikan sekalipun mereka harus melewati perjalanan yang penuh bahaya. Penyertaan Tuhan tidak terbatas oleh waktu, baik siang maupun malam. Oleh karena Dialah Sang Khalik  yang bukan hanya mencip takan langit dan bumi namun juga memelihara dengan penuh kasih setia sampai selama-lamanya.

Roma  4:1-5, 13-17 (Kebenaran Berdasarkan Iman)
Roma 4:1-5
Paulus meneguhkan bahwa Allah membenarkan Abraham bukan karena keheba tan perbuatannya tetapi karena iman percayanya. Tidak ada alasan bagi Abraham untuk merasa diri layak mendapat hak sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, sebab hanya karena kasih dan anugerah Tuhanlah Abraham mengalami panggilan ini. Semua terjadi karena Allah sendirilah yang ber-inisiatif, Allah-lah yang menyatakan kasih dan panggilan-Nya, dan bukan karena kemauan Abraham.
Roma 4:13-17
Paulus mempertentangkan antara Hukum Taurat sebagai simbol usaha manusia untuk mendapatkan kebenaran Allah, dibandingkan dengan kasih karunia Allah sebagai simbol usaha Allah memberi kebenaran kepada manusia. Paulus yang dulunya adalah penganut Taurat sejati, kini menyadari, menerima serta meyakini Injil sebagai kebenaran yang sejati. Paulus menegaskan bahwa yang berhak menerima janji keselamatan dari Allah bukan mereka yang dilahirkan sebagai keturunan Abraham semata, namun justru mereka yang mau mempercayai janji Allah dalam segenap hidupnya-sebagaimana Abraham beriman kepada Tuhan. Abraham bukan lagi hanya sebagai Bapa bagi Israel, namun menjadi bapa segala bangsa yang beriman kepada Tuhan.  

Yohanes  3:1-17 (Dilahirkan kembali)
Nikodemus adalah gambaran seorang pemimpin agama Yahudi dari kelompok Farisi yang sedang ingin mencari kebenaran iman dalam hidupnya. Selama ini sebagai pengikut dan pengajar Taurat, dia merasa sudah berusaha keras melak sanakan Taurat sebagaimana mestinya. Nikodemus adalah figur yang mencari keselamatan melalui upayanya sebagai manusia. Yesus mengetahui bagaimana pola pikir Nikodemus sebagai pengikut dan pengajar Taurat. Itu sebabnya Ia katakan perlunya “dilahirkan kembali” (teks asli diterjemahkan: “dilahirkan dari atas”). Maksudnya semua itu bisa terjadi semata-mata karena anugerah Allah, bukan karena kehebatan dan kegigihan upaya manusia. Itulah artinya dilahirkan dari air dan Roh. Maksudnya dibaptis dan di pimpin oleh Roh Kudus.

Sebagaimana Musa digambarkan menggunakan simbol ular yang ditinggikan bagi umat yang ingin mendapatkan keselamatan, maka Nikodemus pun perlu belajar meninggikan Anak Allah untuk memperoleh keselamatan dalam hidup ini. Bukan lagi mengacu pada hukum Taurat, namun bersedia menerima anugerah Allah melalui Anak-Nya yang datang ke dalam dunia. Inilah sikap iman yang baru sebagai wujud kehidupan percaya kepada anugerah Allah.

Renungan atas Bacaan
Problem terbesar sepanjang jaman bagi manusia adalah ketidak-berdayaannya untuk membebaskan diri dari belenggu dosa dan maut. Dosa menjerat dan merusakkan relasi yang harmoni baik dengan Allah maupun dengan segenap ciptaan. Manusia berdosa, telah kehilangan kemuliaan, dan dengan segenap daya kekuatannya-mustahil dapat memulihkan kehidupannya. Bahkan, di bawah kendali dosa, manusia semakin tidak peduli dengan sesamanya. Dosa memben tuk perangai manusia begitu egois dan apatis dengan persoalan-persoalan yang ada disekitarnya, seperti kemiskinan, kebodohan, ketidak-adilan, dst.

Sementara, agama dan keberagamaan yang dijalani oleh manusia berabad-abad kadangkala hanya bersifat ritual-ceremonial, dan kurang menyentuh pada aspek spiritual, yaitu pemulihan relasi. Manusia, sudah cukup bangga dengan praktek-praktek agama yang dijalankan dengan sangat legalis dan kaku, tanpa memper hatikan praktek-praktek iman dan belas kasih. Akibatnya, ”kehampaan dan kekeringan” spirit terjadi dan menghinggapi banyak umat beragama. ”Dari mana datangnya pertolonganku?” Demikian Sang Pemazmur mencoba untuk bertanya dan mencari jawab. Mewakili banyak orang yang mengalami kekeringan dan persoalan yang begitu kompleks.

Pemulihan terjadi, ketika manusia mau merespon dan menerima tawaran Allah di dalam karya penyelamatanNya. Karena kasihNya yang sungguh tiada terselami dan terukur, Allah berinisiatif memanggil manusia untuk masuk dalam rencana dan karya pemulihan yang telah, sedang dan akan terus berlangsung dalam kehidupan manusia. Manusia, dimungkinkan untuk bebas dan dipulihkan, ketika mau mengambil sikap hidup seperti Abraham, yaitu dengan kebulatan hati menaruh percaya pada Allah, dan hidup bergantung pada Allah. Karena kasih, Allah berkenan hadir di dunia dan mengambil rupa seorang manusia, bahkan menjadi hamba-yang dengan ke-iklasan mau mengorbankan diriNya bahkan sampai mati di kayu salib. Karena kasih, manusia berdosa, beroleh jalan keselamatan karena terbebaskan dari belenggu dosa. Karena kasih, memungkinkan segalanya yang mustahil menjadi nyata.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Keselamatan itu merupakan anugerah pemberian Allah kepada manusia, sebagai wujud kasih-Nya yang tiada terukur dan terselami (Yoh.3:16). Allah sendiri berinisiatif memanggil Abraham. Allah yang menghendaki memakai Abraham sebagai sarana untuk menghadirkan berkat-berkat-Nya kepada dunia ini.

Karena kasih, Allah selalu hadir dalam perjalanan hidup manusia. Janji-janji-Nya sebagaimana diungkap oleh pemazmur (Maz.121), mengajak umat untuk mengandalkan pertolongan Tuhan dalam menghadapi perjalanan hidup sesulit apapun.

Peranan manusia, dalam hal ini adalah Abraham (Kej.12:1-4a) dan juga Nikodemus (Yoh. 3:1-17), adalah ketika ia mau percaya dan beriman kepada Allah. Inilah yang diperhitungkan Allah sebagai kebenaran: ketika manusia menaruh percaya dan mengikuti pimpinan serta rencana Tuhan. Inilah juga wujud pengorbanan sebagai manusia beriman. Ia rela meninggalkan segala yang telah dimilikinya untuk menyambut anugerah yang pasti menjadi jaminan keselamatan dalam hidupnya.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa syarat supaya kita dapat menjadi berkat sama seperti Abraham?
2.Apa hambatan dalam kita hendak belajar dari Nikodemus?
3.Mengapa kita sering sangsi terhadap penjagaan Tuhan dalam hidup kita?


http://ratnaariani.files.wordpress.com/2010/10/tobat.jpg?w=300


Bahan PA  29 Maret 2011
KASIH KARUNIA YANG MELEGAKAN

Bacaan I: Keluaran 17:1-7; Tanggapan: Mazmur  95;
Bacaan II: Roma  5:1-11; Bacaan III: Injil Yohanes  4:5-26

Tujuan:
Jemaat diajak untuk memahami bahwa kasih Allah kepada manusia bagaikan air yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Dengan kesadaran yang demikian, maka jemaat diharapkan mampu senantiasa menimba “air sejati” agar kehidupan iman serta keselamatan senantiasa terpelihara menuju kesempurnaan.

Dasar Pemikiran
Setiap orang, betapapun kuat dan sehatnya, pasti mengalami rasa haus yang tak terelakkan. Orang tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama, bila tanpa minum air.  Air adalah sumber utama yang dapat mengobati rasa haus. Air adalah sumber yang menyegarkan dan melegakan, serta dapat membebaskan orang dari kematian. Betapa memprihatinkan, di berbagai tempat semakin hari semakin sulit orang mendapatkan air sumber kehidupan. Bahkan, ada banyak mata air yang telah mengering, dan tidak lagi mampu memancarkan air. Di pihak lain, air yang masih ada, ternyata sudah banyak yang tercemar dan tidak layak lagi untuk dikonsumsi.

Secara rohani (mental-spiritual), manusia juga mengalami kehausan. Dalam konteks bacaan di atas, penggambaran yang sangat jelas tercermin dari umat Israel dan perempuan Samaria. Haus karena ketidakpercayaan (kedegilan hati) dan haus karena tersisih dan terabaikan. Sungguh, gambaran yang nyata dari kondisi manusia berdosa, siapapun. Satu hal dan pasti, bahwa orang tidak akan mengalami haus lagi, bila di dalam dirinya ada mata air yang senantiasa memancar. Itulah kasih karunia yang kita yakini ada di dalam Tuhan Yesus Kristus baik dalam karya pelayanan-Nya, dalam penderitaan-Nya, serta dalam kematian dan sekaligus kebangkitan-Nya.

Keterangan Tiap Bacaan

Keluaran 17:1-7 (Tuhan ada di tengah-tengah kita)
Ketika umat Israel sampai di Rafidim, mereka marah dan bertengkar karena di sana tidak tersedia air sementara mereka kehausan. Siapakah yang menjadi sasaran kemarahan mereka? Siapa lagi kalau bukan Musa. Sebab Musa dipilih oleh Tuhan untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Umat Israel bersungut-sungut sambil mempersalahkan Musa: “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Kel. 17:3). Dalam hal ini umat Israel telah melupakan karunia Allah yang menyelamatkan mereka dari tanah Mesir. Mereka melupakan karya Allah yang telah membelah air laut sehingga mereka dapat lewat dengan selama. Mereka lupa akan pemeliharaan Allah yang telah mengirim roti manna dan daging burung puyuh (Kel. 14, 16). Tetapi kini mereka bersikap emosional, marah dan bersungut-sungut. Kemarahan mereka kepada Musa, sebenarnya menunjukkan kemarahan mereka kepada Tuhan. Mungkin pada waktu kenyang, mereka dapat mengakui karya Allah yang menyelamatkan; tetapi pada saat mereka lapar atau haus mereka bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan. Kini rasa haus telah mendorong mereka untuk melawan dan mencobai Allah. Tetapi ternyata kasih karunia Allah melampaui seluruh dosa dan pemberontakan umat Israel. Allah menyuruh Musa dengan berfirman: “Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum” (Kel. 17:6).

Mazmur  95 (Kita adalah umat Gembalaan-Nya)
Mazmur ini berisi ajakan yang bernada riang: Bersorak-sorai dan bersyukur! Dengan mengacu (pada pengalaman historis) di Masa dan Meriba, ada pesan kenabian dan pengakuan yang begitu dalam, bahwa TUHAN dipandang sebagai “gunung batu keselamatan” bagi umat (ayat 1). Kepemimpinan TUHAN melalui Musa diimajinasikan sebagai kepemimpinan seorang gembala atas kawanan domba miliknya (ayat 7). Umat yang merasakan bimbingan dan tuntutan-Nya layak memuji dan bersyukur, bukan sebaliknya.

Sikap yang sebaliknya adalah yang digambarkan sebagai domba yang tidak mendengar suara sang gembala, yang “keras hati” (ayat 8) bahkan yang “sesat hati” (ayat 10). Sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang Israel di Masa dan Meriba yaitu mencobai TUHAN (ayat 8 adan 9). Sikap yang menimbulkan kemurkaan di hati TUHAN (ayat 11). Sikap hati : yang sekalipun telah melihat, merasakan dan mengalami pimpinan TUHAN, tetapi tetap tidak tahu dan tidak mau bersyukur!

Pemazmur  mengajak umat untuk memandang kebesaran TUHAN, yang sanggup melakukan apa saja, termasuk mencurahkan air keluar dari gunung batu. Sebab “bagian-bagian bumi yang paling dalam ada ditangannya, puncak-puncak gunungpun kepunyaanya” (ayat 4). Karena Ia adalah TUHAN, Allah dan Raja yang besar, Sang Pencipta semesta (ayat 3-6). Ia sendiri adalah sumber pertolongan bagi umat yang dipimpin-Nya. Ia adalah “gunung batu dan keselamatan kita”.

Roma  5:1-11 (Menerima Pendamaian dalam Kristus)
Rasul Paulus membuat 3 tingkatan untuk menunjukkan kasih Allah, yaitu:
Orang bersedia mati untuk orang yang baik: karena seringkali berhubungan dengan sesuatu yang telah diterima, sehingga berada dalam kondisi ”kepotangan budi”, dan untuk membalas jasa baiknya, orang bersedia mati.

Orang masih mungkin bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk orang benar: dikarenakan keyakinan dan prinsip hidup yang dianut sungguh menginspirasi dan menjadi sumber pencerahan, sehingga mau melakukan pembelaan atau bahkan bersedia mati.
TETAPI, tidak ada orang yang ingin mempertaruhkan nyawanya untuk orang yang jelas-jelas bersalah atau berdosa. Siapa yang mau mati untuk orang yang degil / keras hati seperti umat Israel (Keluaran 17) atau dianggap sampah masyarakat seperti wanita Samaria (Yohanes 4)? Siapa yang mau mati untuk seorang yang dianggap rendah dan hina? 

Justru dalam kasih-Nya, Allah berkenan memilih bentuk atau tingkat yang ketiga. Di dalam Kristus, Allah berkenan memberikan hidup-Nya bagi orang yang berdosa. Itu sebabnya di Rom. 5:8, rasul Paulus menyaksikan: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita bukan ketika kita benar, baik dan saleh. Karena sesungguhnya manusia  tidak mungkin dapat berlaku benar, baik dan saleh di hadapan-Nya.

Injil Yohanes  4:5-26 (Akulah Dia!)
Perempuan Samaria yang disaksikan oleh Yoh. 4 datang untuk menimba air sumur pada siang hari. Waktu yang tidak lazim. Alasannya sangat jelas, bukan hanya karena dia seorang wanita Samaria saja, tetapi juga karena kehidupan rumah-tangganya penuh dengan aib. Wanita Samaria tersebut bukan hanya haus akan air, tetapi lebih dari pada itu dia juga haus akan kasih sayang. Tampaknya dia tidak pernah memperoleh kasih sayang yang sejati, sehingga harus bersuami sampai ke 5 kali. Dia datang sendirian menimba air sumur Yakub yang mungkin tempatnya cukup jauh dari rumahnya. Stigmatisasi buruk dari masyarakat, makin membuat wanita Samaria ini terpojok dan terbuang. Tidak ada orang yang berani menyapa dan berlaku ramah kepadanya. Wanita Samaria tersebut benar-benar merana sendirian, seperti seorang yang haus di padang gurun.

Percakapan Yesus dengan wanita Samaria tersebut sungguh berhasil menyingkap kan makna air hidup yaitu kasih-karunia Allah yang menyelamatkan dan mem beri kelegaan kepada mereka yang terbuang karena dosa. Wanita Samaria tersebut berhasil menemukan dirinya, sebagai seorang yang berdosa dan terbuang dari hadapan Allah dan sesamanya-sekaligus menemukan kekayaan kasih karunia Allah yang melegakan. Dia menemukan diri Yesus sebagai seorang nabi yang telah menyingkapkan kebenaran Allah tentang kasih karunia-Nya yang menyelamatkan. Bagi wanita Samaria tersebut, kini kasih-karunia yang menye lamat kan bukan lagi dialami sebagai sesuatu yang mengguyur atau membasahi seluruh kehidupannya; tetapi dia merasakan kasih karunia Allah yang begitu deras dicurahkan sampai memenuhi seluruh lubuk hatinya. Wanita Samaria tersebut bukan hanya belajar dengan teologi air hidup sebagai karunia Allah, tetapi lebih dari pada itu dia sekarang diperkenankan Allah untuk berhadapan langsung dengan sumber Air Hidup.

Renungan atas Bacaan
Kasih karunia Allah sungguh tiada bandingnya. Apapun yang ada dunia dan alam semesta ini, tiada yang dapat membatalkannya. Sekalipun dengan kedegilan hati, kehinaan atau dosa yang begitu besar. Atau, bahkan tidak ada yang dijumpai, satupun tidak-orang yang baik, benar dan saleh hidupnya. Itulah berita, dan sekaligus fakta iman yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, dan kepada seluruh umat manusia-bahwa Allah telah berkenan menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dengan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal-yaitu Kristus yang telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”. 

Kasih karunia Allah ini sungguh menjadi sumber kelegaan bagi orang yang remuk hatinya, bagi orang yang tersisih dan terbuang, bagi orang yang merasa sangat berdosa serta kehilangan pengharapan. Seperti ”mata air” yang memancar di padang gurun yang gersang, demikian orang berdosa yang telah beroleh pengampunan dan terselamatkan dari penghukuman. Sungguh begitu melega kan, menghidupkan dan memulihkan kehidupan manusia seutuhnya.

Karena kasih karunia yang tiada tergantikan ini, dengan apapun juga, maka hendaknya setiap orang berdosa menyambut dengan sukacita dan penuh rasa syukur, seraya mempersembahkan hidupnya sebagai kurban yang sejati di hadapan Tuhan. Jangan ada lagi sungut-sungut, amarah, atau hidup dalam kehinaan dan kecemaran.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Dua hal sebagai gambaran dari manusia berdosa: yaitu ketidak-percayaan/ kedegilan hati (sebagaimana Umat Israel dalam Keluaran 17) dan aib/kehinaan (sebagaimana Perempuan Samaria dalam Yohanes 4). Namun, Allah tidak menjatuhkan penghukuman atau bahkan pemusnahan. Sebaliknya: Ia memberikan kasih karunia yang sungguh nyata dan melegakan: yaitu Kristus yang telah mati sebagai jalan penebusan dan pemulihan (Roma 4). Maka terimalah dengan iman, bersukacita dan bersyukurlah senantiasa. (Mazmur 95).

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Mengapa sering terjadi, kesulitan kecil yang kita hadapi membuat kita lupa pada berkat Tuhan yang besar yang pernah kita terima?
2.Bagaimana caranya agar kita tetap yakin bahwa kasih karunia Allah itu besar bagi orang percaya?
3.Apa beda hidup orang yakin akan kasih karunia Allah dan yang tidak yakin akan kasih karunia Allah?





KESENGSARAAN-NYA:
BUKTI IA TIDAK MENCINTAI NYAWA-NYA
 












Bacaan  Alkitab   :  Yohanes 12 : 20 – 36

Tujuan   :  Peserta PA menyadari bahwa kesengsaraan Tuhan Yesus menjadi teladan bagi setiap manusia untuk tidak mencintai nyawanya, dan terdorong untuk  siap dan bersedia memberikan diri bagi pemulihan kehidupan bersama.

Pendahuluan

                Kesengsaraan Tuhan Yesus yang mau memberi diri untuk menanggung dosa manusia merupakan karya agung yang Tuhan nyatakan bagi umat manusia. Karya agung tersebut merupakan wujud bagaimana manusia mendapatkan tempat dalam hati-Nya. Ia benar-benar fokus pada kehidupan manusia, sampai Ia kehilangan nyawa-Nya. Dan semuanya dilakukan karena Tuhan peduli untuk memulihkan kehidupan manusia dalam kehidupan baru yang penuh rahmat. 
               
Pemahaman Teks

                Yohanes 12: 20 – 26 menjelaskan bagaimana Kristus hadir untuk memberi diri-Nya bagi kehidupan manusia yang diwujudkan dengan siap dan bersedia menanggung semua dosa manusia melalui kesengsaraan dan kematian-Nya.

  1. Keinginan Orang-orang Yunani bertemu Tuhan Yesus ( Ayat 20 – 22 )

Ada orang-orang Yunani yang datang ke Yerusalem untuk ikut memperingati hari raya orang Yahudi. Keterangan ini menunjukan pula bahwa mereka adalah pemeluk agama Yahudi. Tujuan mereka ternyata bukan semata hanya untuk beribadah, namun  ada keinginan lain, yaitu bertemu dengan Tuhan Yesus. Ketika berjumpa dengan Filipus mereka menyampaikan keinginannya tersebut. Alasan kenapa mereka menyampaikan niat hatinya kepada Filipus bisa jadi karena orang-orang Yunani berasal dari sebuah daerah yang dekat dengan daerah dimana Filipus berasal. Kalau Filipus berasal dari Betsaida, Galilea,  setidak – tidaknya orang-orang Yunani tersebut berasal dari Dekapolis. Karena alasan itulah orang-orang Yunani memilih Filipus, dan tidak menyampaikan keinginan mereka ke murid Yesus lainnya.

Keinginan orang Yunani tersebut tidak langsung disampaikan kepada Yesus, namun terlebih dahulu disampaikan Filipus kepada Andreas murid Tuhan yang lain. Motif Filipus menginformasikan hal tersebut kepada Andreas memang tidak kita ketahui. Tetapi yang pasti, Filipus akhirnya bersama dengan Andreas menyampaikan kepada Yesus keinginan orang Yunani untuk bertemu dengan-Nya. Sekalipun tidak dijelaskan dalam teks ini, apakah orang Yunani juga bersama Filipus dan Andreas menemui Yesus? namun jika membaca keseluruhan teks Yohanes 12 : 20-36, ada kesan bahwa orang Yunani terlibat pembicaraan dengan Tuhan Yesus.

2. Kemulian-Nya adalah Kematian-Nya   (Ayat 23 – 24) :

Jika kita membaca ayat ini maka kita bertanya-tanya mengapa Yesus memberikan jawaban yang aneh. Bukankah kebiasaan umum ketika orang ingin bertemu dengan seseorang, jawabannya adalah ya atau tidak bersedia bertemu? Namun jawaban Yesus kita yakini bukan asal keluar dari mulut-Nya. Ia tahu apa yang hendak ditanya oleh orang-orang Yunani. Salah satunya mungkin mereka mempertanyakan kehadiran Yesus di Yerusalem (Yohanes 12: 12-19). Dan kita ingat pula, mereka adalah orang-orang yang beragama Yahudi. Jadi cara pandang mereka dalam melihat Yesus tidak jauh berbeda dengan orang Yahudi lainnya.

Jawaban Yesus memang tidak selaras dengan keinginan orang Yunani. Namun apa yang dikatakan Yesus sesungguhnya  sudah memberi jawaban atas maksud orang-orang Yunani tersebut. Keberadaan-Nya di Yerusalem adalah panggilan bagi diri-Nya untuk menggenapkan semua janji-Nya bagi penebusan dosa manusia. Maka apa dikatakan-Nya bahwa “ …telah tiba saatnya…” menjelaskan kesiapan diri-Nya untuk dimuliakan melalui kematian-Nya diatas kayu salib.

Kemuliaan-Nya diperumpamakan dengan biji gandum. Ketika biji gandum ditaburkan  dan tidak jatuh ke tanah serta mati, maka ia tidak bisa bertumbuh dan berbuah. Namun jika biji gandum jatuh ketanah dan mati, maka ia bertumbuh dan menghasilkan buah. Dalam masyarakat agraris biji adalah bakal/benih bagi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu biji yang disebarkan harus jatuh pada media tanah yang telah dipersiapkan. Dan ketika biji telah jatuh pada tempat yang tepat berlakulah prinsip dalam alam bahwa kematian mutlak perlu bagi munculnya kehidupan baru. Perumpamaan tersebut diterapkan Yesus bagi diri-Nya sendiri. Ia memandang bahwa penderitaan melalui kematian-Nya di kayu salib, akan menghasilkan banyak buah yaitu membawa banyak orang kepada kehidupan baru yang penuh rahmat dalam kekekalan.

  1. Kemuliaan kita adalah tidak mencintai nyawa (Ayat 25 – 26)

Penjelasan di ayat ini berkesinambungan dengan perumpamaan biji gandum. Orang yang mencintai nyawanya adalah biji gandum yang tidak jatuh ke tanah dan mati. Artinya ia tetap dengan dirinya sendiri. Tetapi orang tidak mencintai nyawanya adalah biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Orang inilah yang disebut telah melayani Dia, karena ia benar-benar mengikut Kristus dalam keseluruhan hidupnya. Ia menyalibkan semua keinginan dirinya untuk tunduk dan taat pada Tuhan dimanapun ia berada. Dan pada akhirnya Tuhan memberikan tempat terhormat baginya, ketika ia menerima buah dari pengorbanan Kristus yaitu kehidupan kekal.

Relevansi

                Jika ada pertanyaan, siapa yang mau mengorbankan dirinya atau menanggung kesengsaraan orang lain?. Mungkin saja diantara kita tidak banyak yang memberikan jawaban, karena akan ada pengorbanan diri yang harus dipertaruhkan. Kita mengakui pula dengan jujur bahwa fokus kehidupan di dunia ini bukanlah untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri. Mungkin salah satu penyebabnya adalah berbagai rupa pergumulan, keinginan dan harapan dalam kehidupan yang telah mengalihkan perhatian kita akan keberadaan yang lain.

                Namun Kristus telah memberikan teladan bagi kita bersama. Ia tidak mencintai nyawa-Nya dengan mau sengsara dan mati di kayu salib hanya untuk kehidupan manusia yang sangat dikasihi-Nya. Padahal kalau dihitung menurut ukuran manusia, tidak ada keuntungan apapun yang didapat Tuhan untuk diri-Nya. Namun Ia dengan penuh kasih menunjukkan diri-Nya untuk mau terus bersama dengan manusia, sekalipun Ia harus pula memikul hukuman padahal Ia tidak melakukan suatu kesalahan apapun.

                Oleh karena itu kita dipanggil untuk memulihkan seluruh ciptaan yang ada dalam kehidupan. Dan semua diawali dengan kesadaran kita untuk meneladan pengorbanan Kristus bagi manusia. Kesadaran itulah yang memberi ruang kehadiran yang lain dalam pergumulan hidup kita. Sehingga ketika yang lain menderita, kita pun ambil bagian untuk menanggungnya. Dengan tidak mencintai nyawa, kita akan memperoleh buahnya yaitu kehidupan baru yang penuh berkat dan kekekalan bagi kita bersama.

Pertanyaan Panduan Diskusi

  1. Mengapa Tuhan Yesus harus mengalami sengsara dan mati di kayu salib? Apakah tidak ada cara yang lain?
  2. Apakah yang paling berat kita pikirkan jika hendak menanggung kesengsaraan atau penderitaan orang lain?
  3. Apa buah yang kita terima ketika memilih untuk ‘tidak mencintai nyawa’ kita?
  4. Refleksi apakah yang kita dapatkan dari peristiwa kesengsaraan Kristus sampai dengan kematian-Nya ?











Keteladanan dan
Kesetiaan Tanpa Batas
 










Bacaan: Filipi 2:5-11
                                
Tujuan:
-          Peserta meneladani kesetiaan Kristus sebagai hamba
-          Peserta bersedia “mematikan diri” dalam kehidupan bersama

Pengantar
Keteladanan dari kesetiaan Kristus adalah kesediaan-Nya merendahkan diri hingga mati di kayu salib. Bisa jadi kita mengatakan di jaman ini keteladanan semacam itu sangat konyol! Bagaimana tidak konyol, bukankah jaman ini jaman persaingan yang menganggap halal menjatuhkan bahkan mematikan orang lain yang dianggap kompetitor ? Bukankah sekarang ini adalah jaman dimana manusia harus mempertahankan diri karena setiap orang bebas saling serang dan menjatuhkan? Bukankah orang akan diakui keberadaannya bila mampu menunjukkan dinya terhebat dibanding yang lain? Bila demikian, mari kita bayangkan sebuah dunia yang saling serang dan saling menjatuhkan. Mari kita bayangkan bila semua orang tidak bersedia saling merendahkan hati. Hidup ini akan kacau, tidak nyaman, dan dunia kita menjadi tempat yang mengerikan. Kerendahan diri Kristus dengan mati di kayu salib adalah keteladanan-Nya untuk “mematikan diri” dari segala bentuk ke-akuan, egoisme, nafsu berkuasa. Apakah kita bersedia meneladani kesetiaan Kristus itu dalam hidup sehari-hari?  Selamat ber-PA.

Penjelasan Teks
Perikop Filipi 2:1-11 sering disebut dengan madah Kristus yang ditulis oleh Rasul Paulus bagi jemaat di Filipi. Tujuan dituliskannya madah itu adalah supaya mereka meneladani Kristus. Keteladanan itu dilakukan melalui kehidupan yang menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus. Pikiran dan perasaan yang tidak mementingkan diri-Nya sendiri. Paulus menyampaikan madah itu karena ia melihat  adanya perpecahan , perselisihan dan pemenuhan ambisi pribadi. Agar jemaat meneladan kerendahan Kristus, Paulus menunjukkan bahwa Kristus telah “mematikan diri-Nya” melalui kesediaan-Nya tidak mempertahankan diri-Nya Allah, melainkan mengosongkan diri menjadi hamba. Rasul Paulus memakai kata rupa Allah dan rupa seorang hamba dalam menunjukkan karya Kristus untuk menunjukkan kesetiaan Kristus.  Bila dibaca dalam bentuk grafik, kira-kira Paulus menyampaikan madahnya seperti gerakan dalam gambar berikut:    


1.      Rupa Allah menunjukkan kemuliaan dan kebesaran Kristus sebelum Ia berinkarnasi menjadi manusia. (ayat 6)
2.      Ada 3 langkah yang dilakukan Kristus dalam merendahkan diri-Nya, yaitu: memilih bertindak sebagai hamba, tidak menyatakan diri sebagai Allah walaupun Ia adalah Tuhan yang sejati, dan mengenakan diri-Nya pada kemanusiaan kita (ayat 7).
3.      Gerakan turun Kristus dalam kerendahan-Nya benar-benar menjadi manusia sejati, yang setia dan taat dengan mutlak  hingga mati di kayu salib. Kematian yang menyakitkan dan memalukan, sebab kematian di kayu salib bagi orang Yahudi adalah kematian yang hina, yang juga berarti dikeluarkan dari perjanjian Allah (ayat 8). Kesetiaan yang tanpa batas itulah yang membawa Yesus ke dalam penderitaan yang terdalam. Tetapi semua itu dijalani-Nya dengan sungguh-sungguh.
4.      Pada ayat 9-11, menunjukkan imbalan dari ketaatan Kristus yaitu: Allah meninggikan Dia, memberikan  kepada-Nya nama di atas segala nama.  Nama di sini bukan gelar, melainkan kehormatan tertinggi  diantara segala makhluk,  supaya dalam nama Yesus, semua bertekuk lutut dan segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa.

Mematikan diri dari segala bentuk ke-akuan dan sikap tinggi hati, itulah yang ingin disampaikan Rasul Paulus kepada orang-orang Filipi yang sedang saling serang, saling cakar, saling menjatuhkan seorang diantara yang lain. Bila diterjemahkan dalam bahasa sederhana, Paulus ingin mengatakan. “Kalian harus belajar saling mengalah, hiduplah dalam kasih dan kesetiaan bersama  agar kalian dapat hidup bersama dengan lebih baik.

Pertanyaan Panduan Diskusi:
1.     Ceritakanlah pengalaman “mematikan diri” dari keserakahan, nafsu mau menang sendiri ketika terjadi konflik  dalam kehidupan saudara, bagaimana saudara menghayati “mematikan diri” itu dengan keteladanan Kristus?
2.     Hambatan apa yang saudara hadapi untuk “mematikan diri” dari keinginan-keinginan buruk? Sharingkanlah pengalaman saudara.
3.     Usaha apa yang akan saudara lakukan untuk meneladani Kristus yang bersedia “mematikan diri” dalam kerendahan  bagi keselamatan dunia?


http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTU9tcPQLnffQ-mkLerUK6YyNYGCSkJQhjftFq4Rh3xUa5fo2Ia1w
Sebab yang dikatakan mati sebenarnya bukanlah kematian, ketika huruf jawa dimatikan malah jadi hidup








YESUS YANG BANGKIT : 
TETAP RINDU MEMBANGUN PERSEKUTUAN
 










Bacaan Alkitab: Yohanes 21 : 1 – 14

TUJUAN :
  1. Anggota jemaat memahami bahwa Tuhan Yesus yang bangkit tidak pernah berubah. Dia tetap rindu membangun persekutuan dan hidup dengan murid-murid-Nya.
  2. Anggota jemaat terdorong untuk senantiasa mendekat bersekutu dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit.
PENGANTAR :
Iman seseorang seringkali mengalami naik-turun, mengikuti realita kehidupan yang dialaminya. Ketika kehidupan nyaman dan tidak bermasalah, seseorang terkadang sulit menyediakan waktu untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan. Tetapi ketika hidup terasa begitu berat dan penuh masalah, tiba-tiba orang berubah menjadi begitu saleh dan setia mendekat serta bersekutu dengan Tuhan. Atau, sebaliknya, ketika hidup tidak seperti yang diharapkan orang merasa kecewa kepada Tuhan dan malas mendekat kepada Tuhan. Dan ketika hidup begitu nyaman, harapan-harapan terwujud, orang dengan penuh semangat membangun persekutuan dengan Tuhan. Secara singkat, seringkali iman seseorang dipengaruhi oleh terpenuhi harapan dirinya atau tidak. Apakah memang seharusnya demikian? Apakah kedekatan kita dengan Allah dan kesediaan kita bersekutu dengan-Nya harus ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya harapan kita?
Dalam kesempatan ini, kita akan belajar bersama dari peristiwa penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. 

PENJELASAN TEKS :
Ayat 1 : Pengantar
Ayat ini merupakan sebuah ayat pengantar untuk memasuki kisah penampakan Yesus yang lain setelah peristiwa kebangkitan-Nya. Kalimat “Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya…” menunjukkan adanya dua kemungkinan, yaitu : pertama, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa ini bukanlah peristiwa penampakan Yesus yang pertama setelah kebangkitan-Nya. Ini merupakan peristiwa penampakan yang kesekian kalinya. Sebab itu, digunakan kata ‘lagi’ yang menunjukkan bahwa sebelumnya Dia telah melakukan perbuatan yang sama yaitu menampakkan diri. Sekalipun kepada kelompok murid yang berbeda dengan kelompok murid yang ada di danau Tiberias ini.  Hal ini semakin dipertegas dengan adanya pernyataan dari penulis dalam bagian penutup kisah ini : “Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati” (ayat 14).
Namun di sisi lain, kata ‘lagi’ juga dapat diartikan bahwa peristiwa penampakan Yesus kepada murid-murid yang ada di danau Tiberias ini, bukanlah peristiwa penampakan Yesus kepada mereka yang pertama. Ada kemungkinan sebelumnya sebagian dari para murid itu telah melihat penampakan Yesus (ada diantara mereka yang sudah dijumpai oleh Yesus bersama kelompok murid yang lain). Namun kemungkinan kedua ini sangatlah kecil, mengingat bahwa dalam ayat selanjutnya ketika Yesus menyapa mereka, tidak ada satupun dari mereka yang langsung mengenali Yesus. Pengenalan mereka terjadi pada saat Yesus menunjukkan kuasa-Nya dalam menolong mereka yang pada waktu itu mengalami kesulitan menangkap ikan.

Ayat 2 - 3 : Petrus dan murid-murid kembali pada kehidupan mereka sebelumnya.
Peristiwa penyaliban dan kematian Yesus agaknya merupakan peristiwa yang sangat memukul dan sangat membekas di hati para murid. Oleh karena peristiwa itu, mereka tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk melanjutkan karya Yesus. Hal ini diekspresikan dalam berbagai macam sikap yang dinampakkan para murid paska penyaliban dan pemakaman Yesus. Ada di antara mereka yang mengurung diri bersama-sama dalam satu ruangan yang terkunci (Yoh 20 : 19, 26) dan ada yang memilih untuk kembali pada pola kehidupan lama mereka, yaitu menekuni bidang pekerjaan yang telah mereka jalani sebelum mereka mengikuti Yesus sebagaimana yang dilakukan oleh Petrus dan kawan-kawan. Mengapa murid-murid menjadi demikian? Mengapa mereka tidak berani menampilkan diri mereka seperti sebelum peristiwa penyaliban Yesus? Ada dua alasan yang menyebabkan murid-murid bersikap demikian. Adapun alasan-alasan itu adalah :

Pertama, peristiwa kematian Yesus di kayu salib, bagi para murid bukanlah peristiwa yang mereka harapkan. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa Yesus yang mereka ikuti mengalami peristiwa yang naas semacam itu. Mereka berpikir bahwa Yesus adalah Mesias, sebagaimana gambaran orang Yahudi pada waktu itu. Yesus tidak akan pernah bisa dikalahkan karena Ia adalah Sang Penyelamat. Gambaran yang ada dalam pikiran mereka itu ternyata tidak sesuai dengan realitas yang terjadi dalam diri Yesus. Alih-alih menyelamatkan murid-murid-Nya yang pada waktu itu berada dalam tekanan. Ia justru menjadi orang pertama di antara orang-orang dalam komunitas-Nya yang mengalami kematian tragis. Mati bukan sebagai orang yang terhormat, melainkan mati sebagai tawanan dan diposisikan sama dengan para penjahat. Hal inilah yang masih sangat membekas dalam diri para murid, termasuk Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Nathanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus (Yohanes dan Yakobus), dan dua orang murid yang lain (ay. 2).

Kematian Yesus bagi para murid dianggap sebagai peristiwa akhir dari serangkaian usaha Yesus dalam mengajar dan melayani di tengah-tengah kehidupan orang Yahudi. Kematian Yesus seakan-akan membuat mereka sadar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan Yesus  dalam perjalanan hidup mereka. Sebab itulah mereka kemudian mengambil pilihan untuk kembali melanjutkan kehidupan mereka dengan menekuni kembali pekerjaan mereka masing-masing yang selama ini telah mereka tinggalkan untuk mengikuti Yesus berkeliling mengajar dan melayani.

Kedua, mereka mengalami kekecewaan terhadap apa yang mereka harapkan. Harapan mereka tidak terjadi dalam kenyataan hidup mereka pada waktu itu. Kekecewaan terhadap realitas kehidupan seringkali membuat orang kemudian mengalihkan arah haluan hidupnya. Pengalihan biasanya tertuju pada hal-hal yang mereka anggap cukup aman bagi diri mereka. Demikian pula dengan Petrus dan kawan-kawan. Sebelum mereka mengenal atau lebih tepatnya dipanggil Yesus untuk menjadi pengikut-Nya, mereka adalah para nelayan yang selalu berlayar mencari ikan. Pekerjaan itu agaknya menjadi pekerjaan yang membuat mereka merasa lebih aman dari pada tetap berada dalam situasi tertekan karena peristiwa yang baru saja terjadi dalam hidup mereka. Dengan kembalinya Petrus dan kawan-kawan kepada rutinitas hidup yang lama menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka berusaha meninggalkan kenangan pahit yang baru saja mereka alami. Mereka mencoba untuk menyibukkan diri mereka dengan  rutinitas hidup yang selama ini telah mereka tinggalkan. (ay. 3)

Ayat 4 - 5 : Murid-Murid tidak mengenali Yesus yang hadir di antara mereka.
Dalam situasi dan pilihan mereka yang demikian itu, tanpa mereka bayangkan atau duga sebelumnya, ternyata Yesus tetap hadir. Yesus yang telah mereka anggap mati dan mereka lupakan ternyata tetap menjangkau mereka dalam keadaan mereka saat itu. Yesus menjumpai mereka di tengah mereka menjalankan rutinitas hidup mereka yang lama. Kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka ini tidak langsung mereka kenali. Kesibukan Petrus dan kawan-kawan ternyata menutupi pengenalan mereka kepada Yesus yang selalu mengajar kepada mereka sebelumnya. Ketidakmampuan Petrus dan kawan-kawan dalam mengenali Yesus itu disebabkan oleh adanya pemikiran mereka yang terbentuk akibat apa yang mereka alami dan mereka lihat dalam realitas hidup mereka, yaitu Yesus telah mati menjadi korban amuk massa beberapa waktu lalu. Mereka lupa bahwa Yesus sudah menyampaikan peristiwa itu sebelumnya. Bahkan mereka lupa bahwa Yesus juga pernah menyampaikan bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga sesudah penderitaan dan kematian yang dialami-Nya. Sebab itulah tatkala Yesus menyapa mereka dari pinggir danau Tiberias, mereka tidak pernah lagi berpikir bahwa orang itu adalah Yesus, Tuhan dan Guru mereka. Padahal, saat itu Yesus menyapa mereka dengan sapaan yang hangat dan panggilan yang khas, sebagaimana seorang bapak memanggil anak-anaknya dalam kasih.

Ayat 6 – 9 : Yesus memberi tanda untuk kembali mengingatkan murid-muridNya.
Di tengah-tengah situasi para murid seperti itu, Yesus  membangkitkan ingatan mereka dengan sebuah peristiwa yang luar biasa. Ia meminta para murid untuk menebarkan jala mereka ke sebelah kanan perahu. Ia kembali menunjukkan kepada murid-murid tentang kuasa yang ada pada didi-Nya. Ia sekali lagi melakukan mujizat untuk murid-murid-Nya. Itulah yang kemudian menyadarkan murid-murid tentang siapa yang saat itu ada di depan mata mereka. Para murid kemudian menjadi sadar bahwa Dia yang menyapa mereka di pinggir pantai danau Tiberias itu adalah Yesus yang telah menjadi korban amuk massa pada beberapa waktu sebelumnya. Kesadaran inilah yang kemudian membuat Petrus yang begitu emosional memberanikan dirinya menceburkan diri ke air dan segera menghampiri Yesus dengan semangat yang membara. Sementara, murid-murid yang lain tetap mencoba untuk tenang dan mendayung perahu mereka menuju ke tepi pantai. Seketika itu, kesadaran para murid akan Yesus yang bangkit membuat mereka memiliki harapan dan semangat baru lagi untuk menatap dan menjalani kehidupan mereka.

Ayat 10 – 13 : Yesus berusaha membangun kembali persekutuan dan kedekatan dengan murid-muridNya.
Pada ayat-ayat inilah, kita dapat melihat bagaimana sikap Yesus yang begitu rendah hati dan bersahaja. Sekalipun Ia telah mengalami kebangkitan dan menang atas kuasa maut, Ia tidak pernah menjadi Pribadi yang angkuh dan sombong. Ia tidak merasa diri besar dan harus dilayani. Justru ketika para murid sampai di daratan, mereka melihat bahwa Yesus telah mempersiapkan makanan untuk mereka. Ayat 9 mengatakan “ketika mereka sampai di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.” Yesus yang telah bangkit tetap memberikan pelayanan kepada murid-murid-Nya yang pada waktu itu mengalami kelelahan setelah semalaman mereka mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus tetap menjadi Pribadi yang rendah hati dan mau melayani murid-murid-Nya sekalipun Ia sendiri telah menjadi Pribadi yang besar karena telah mengalahkan kuasa maut.
Kerelaan Yesus mempersiapkan makanan untuk murid-murid-Nya menyimbolkan bahwa Yesus yang bangkit itu tetap menjadi Pribadi yang dekat dengan murid-murid-Nya. Ia bersedia untuk tetap dekat dengan para murid. Kesediaan-Nya untuk tetap dekat dengan para murid itu juga tercermin lewat keinginan-Nya untuk makan bersama para murid. Ia mempersiapkan segala sesuatunya dan Ia minta kepada para murid untuk mengambil ikan yang sudah dibakar. Ia pun mengundang para murid untuk duduk makan bersama. Ia mengatakan “Marilah dan sarapanlah” (ayat 12). Dalam peristiwa makan bersama itu, Ia juga mengambil peran sebagai pelayan. Ia membagikan roti dan ikan kepada para murid. Hal ini mengingatkan kita pada peristiwa perjamuan malam terakhir, dimana Ia juga mengambil peran sebagai pelayan yang menyediakan dan melayani para murid. Yesus yang bangkit di hadapan para murid tetap menjadi Pribadi Yesus yang tidak berubah. Ia tetap memiliki kerendahan hati dan bersedia melayani para murid sebagaimana sebelum peristiwa penyaliban.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI :
  1. Sejauhmana Saudara  merasakan diri Saudara memiliki persekutuan dengan Yesus? Apakah hal itu membawa dampak pada persekutuan Saudara  dengan sesama? (dalam bentuk apakah persekutuan dengan sesama itu tampak?)
  2. Pernahkah Saudara mengalami kemerosotan iman seperti yang dialami oleh murid-murid Yesus?
  3. Apakah Saudara pernah merasa bahwa masalah-masalah  hidup yang  Saudara rasakan membuat Saudara sulit merasakan kehadiran Yesus dalam hidup Saudara?
  4. Apakah Saudara merasa bahwa Yesus hidup dalam diri Saudara? Silahkan disharingkan.

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRBe-LTKLqojPnvpV_h3w1tUZvE0pSgkfn3QnMYOu9hmrID9ouF-Q
Bahan PA 10 Mei 2011
DIKENAL DARI PERBUATANNYA

Bacaan I: Kis. Para Rasul 2:14a, 35-41; Tanggapan: Mazmur 116:1-4, 12-14;
Bacaan II: I Petrus 1:17-23; Bacaan III: Injil Lukas 24:13-35.

Tujuan:
Jemaat dapat mengenal dengan sungguh-sungguh karya Kristus yang bangkit, menampakkan diri, dan memelihara umat-Nya. Jemaat terdorong untuk mempraktekkan hidup suci sehingga mereka dikenal dari perbuatannya yang baik.

Dasar Pemikiran
Jaman sekarang orang tidak mudah mempercayai perkataan manis dan janji-janji. Sudah terlalu banyak perkataan manis dan janji-janji namun tidak terbukti. Namun demikian padkenyataannya masih banyak pula orang yang berkata-kata manis dan penuh janji-janji. Yang lebih aneh lagi ketika orang sudah tahu dibalik kata-kata manis dan janji-janji ada kebohongan, tetapi mereka masih percaya juga. Ini terjadi didalam semua segi kehidupan manusia, baik dalam dunia politik, sosial, pendidikan, ekonomi, kesehatan, keluarga dan sebagainya. Tidak hanya terjadi pada orang-orang yang tidak mengenal Allah, tetapi juga pada orang-orang yang mengenal Allah. Oleh karena itu orang Kristen dalam kesaksiannya, tidak cukup hanya berkata-kata. Orang Kristen harus menyatakan kasih Allah dengan perbuatan yang nyata, sehingga mereka dikenal dari perbuatannya yang baik.

Keterangan Tiap Bacaan

Kisah Para Rasul 2:14a, 36-41 (Bertobat Menerima Kristus)
Bacaan ini mengisahkan tentang khotbah Petrus setelah hari Roh Kudus turun (Pentakosta). Paling tidak ada empat hal yang disampaikan oleh Rasul Petrus, yaitu: 1). Ia mengisahkan kepada orang banyak tentang pelayanan Tuhan Yesus selama ini. 2). Kesaksian akan kebangkitan Yesus yang benar-benar terjadi dan mereka saksikan sendiri. Hal ini semakin menguatkan kepercayaan bahwa Yesus adalah Mesias. 3). Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah dalam Perjanjian Lama. 4). Anjuran kepada orang banyak supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Demikianlah mereka diampuni dosanya dan menerima keselamatan dari Tuhan.

Mazmur 116:1-4, 12-19 (Berharga di Mata Tuhan kematian umat-Nya)
Mazmur ini adalah nyanyian pribadi dari seorang yang telah mengalami penebusan Tuhan. Ia memperhatikan bagaimana Allah telah mengabulkan permohonannya. Ia diselamatkan dari kesesakan yang akan berujung pada kematian. Namun menurutnya jika ia harus mengalami kematian maka hal itu berharga di mata Tuhan sebab Ia mengasihinya. Sebagai akibatnya pemazmur sangat mengasihi Tuhan, senantiasa berdoa, dan hidup berserah kepada-Nya. Ini adalah bentuk ucapan syukurnya karena seruannya meminta tolong didengarkan oleh Tuhan. Pemazmur mengungkapkan rasa syukurnya di hadapan semua orang. Dalam ibadah bersama jemaat, ia memberikan korban syukur.

I Petrus 1:17-23 (Kamu Telah ditebus)
Surat Rasul Petrus berisi nasihat tentang bagaimana seharusnya praktek hidup orang Kristen. Ia menyatakan keagungan karya Kristus, yang berpuncak pada penebusan dari hidup yang sia-sia, kuasa kegelapan, takhayul, dan keinginan-keinginan lahiriah. Setelah menerima keselamatan, orang Kristen yang masih hidup di dunia sebagai musafir, harus hidup suci dengan hormat kepada Tuhan. Hidup suci adalah buah dari pekerjaan Yesus Kristus yang telah bangkit, dan memperlengkapi orang Kristen dengan dasar iman yang penuh pengharapan, bukan hanya untuk masa kini tetapi untuk masa yang akan datang.

Lukas 24:13-35 (Mengenal Yesus melalui memecah roti)
Rangkaian peristiwa kebangkitan Yesus disampaikan oleh Lukas secara urut. Para perempuan menemukan kubur kosong. Disusul oleh para murid yang lain, mereka juga menyaksikan kubur benar-benar kosong. Tuhan Yesus bangkit dan hidup kembali. Ia menampakkan diri. Dua orang murid yang kecewa dengan kematian Yesus pergi ke Emaus. Tuhan menyusul dan berjalan bersama mereka.

Penampakan diri Tuhan Yesus kepada dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus meyakinkan bahwa Yesus benar-benar hidup. Lambat laun para murid mengenal kembali Yesus yang bangkit. Pergaulan para murid dengan Tuhan Yesus dimulai dengan cara yang baru sebab Yesus memakai tubuh rohani. Para murid mengenal Tuhan Yesus kembali melalui karya-Nya yang memberi makan kepada mereka. Setelah diyakinkan bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kembali, mereka segera kembali ke Yerusalem untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Walaupun hari sudah malam.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Dalam berbagai agama dikenal apa yang suci dan apa yang tidak suci. Bagaimana agama-agama memaknai arti hidup yang suci?
2.Tuhan Yesus dikenal oleh para murid (yang sedang berjalan menuju Emaus) ketika Ia memecah-mecah roti. Bagaimana kita dikenal sebagai orang yang percaya kepada Yesus?
3.Apa yang dimaksud dengan:
a.Sucinya pikiran
b.Sucinya perkataan
c.Sucinya perbuatan


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSl72T4FGkOTYYqrk6Kt7YrvKu2YhaYNuqOBjv3fI5UOsnfIOds


Bahan PA 17 Mei 2011
MENGIKUTI JEJAK KRISTUS

Bacaan I: Kisah Para Rasul 2:42-47;Tanggapan: Mazmur 23;
Bacaan II: I Petrus 2:19-25; Bacaan III: Injil Yohanes 10:1-10.

Tujuan:
Jemaat dapat memahami tugas panggilannya, meneladan dan mengikuti jejak Tuhan Yesus dalam menghadapi segala perkara dan mempraktekkannya dalam kehidupan iman secara pribadi, kehidupan berjemaat, dan kehidupan bermasyarakat.

Dasar Pemikiran

Ada orang yang berpendapat bahwa dengan mengikut Tuhan Yesus maka akan mendapatkan kebahagiaan. Pendapat ini tidak salah. Memang di dalam Kristus ada keselamatan dan itulah kebahagiaan sejati. Namun mestinya mengikut Yesus tidak hanya memikirkan senangnya saja. Ingat bahwa pengikut Kristus juga dipanggil untuk turut menderita di dalam Kristus. Tetapi perlu disadari pula bahwa penderitaan di dalam Kristus adalah karunia Allah. Artinya bahwa Allah mengetahui dan turut mengambil bagian di dalam penderitaan itu. Oleh karena itu perlu diyakini bahwa setiap penderitaan pasti ada jalan keluarnya. Allah turut bekerja. Untuk itu bagian yang harus kita kerjakan adalah meneladan dan mengikuti jejak Kristus dalam menghadapi segala perkara. Hal itu perlu kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan iman kita, kehidupan berjemaat, dan kehidupan bermasyarakat dapat dibangun..

Keterangan Tiap Bacaan:

Kisah Para Rasul 2:42-47 (Makna dan Kekuatan Persekutuan Yang Hidup)
Jemaat Kristen mula-mula terbentuk setelah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Pada saat Ia naik ke sorga meninggalkan pesan bahwa Ia akan segera datang kembali. Ia akan mencurahkan Roh Kudus kepada mereka. Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta menjadi awal terbentuknya jemaat di Yerusalem. Jemaat mula-mula mempunyai ciri-ciri: berkumpul setiap hari, bertekun dalam pengajaran para rasul, berdoa, memecah-mecahkan roti, saling mencukupkan, dan memuji nama Tuhan. Mereka bersehati dan disukai banyak orang. Tuhan senantiasa menambahkan jumlah orang yang diselamatkan. Persekutuan mereka semakin kuat dan jumlah orang percaya semakin bertambah banyak. Jemaat mula-mula menjadi model dalam mengikut Kristus. Kehidupan mereka disemangati oleh kesadaran bahwa Yesus akan segera datang kembali.

Mazmur 23 (Kemurahan Tuhan)
Mazmur ini memusatkan perhatian pada karya Tuhan yang digambarkan sebagai gembala. Ada hal-hal yang kontras terungkap dalam mazmur ini, misalnya: pendamaian dan bahaya, kejahatan dan kebaikan, penguatan jiwa dan kekelaman yang menakutkan, pengalaman mengikuti dan jaminan hubungan yang baik dan sebagainya. Dua pokok kebutuhan manusia, yaitu kesenangan sebagai hal yang kelihatan secara lahiriah, dan penderitaan yang mengancam sebagai kebutuhan akan perlindungan diungkapkan oleh pemazmur. Tuhan sebagai gembala mamberikan penyelesaian. Ia mengatur irama kehidupan yang seimbang. Pusat dari pemberitaan pemazmur adalah karya agung Tuhan. Paling tidak ada tujuh perbuatan Tuhan: membaringkan, membimbing, menyegarkan, menuntun, beserta, menyediakan hidangan, dan mengurapi. Gambaran ideal dari seorang pemimpin dan pelindung dalam segala segi kehidupan umat. Tidak hanya pada saat aman dan tenang, tetapi dalam keadaan bahaya pun umat merasa nyaman terlindungi bersama Dia.

I Petrus 2:19-25 (Ikutlah Jejak-Nya)
Dalam suratnya ini Rasul Petrus mengingatkan tentang panggilan hidup orang Kristen. Orang Kristen dipanggil tidak hanya untuk menerima kebahagiaan tetapi juga untuk menderita di dalam Kristus. Penderitaan di dalam Kristus adalah karunia Allah. Ini dapat diterima dengan kesadaran bahwa Tuhan mengetahui dan mengambil bagian dalam penderitaan hamba-hamba-Nya. Penderitaan Kristus menjadi teladan bagi hamba-Nya. Karena itu hamba-hamba-Nya wajib mengikuti jejak-Nya. Ketika mengalami penderitaan Ia tidak melakukan dosa, tidak menipu, tidak membalas caci maki dengan caci maki, tidak mengancam, namun  menyerahkan perkara-Nya kepada Dia hakim yang adil. Jawaban kepada teladan Kristus yang demikian adalah dengan kembali kepada-Nya, yaitu mati terhadap dosa dan hidup untuk kebenaran.

Injil Yohanes 10:1-10 (Akulah Gembala Yang baik)
Perumpamaan ini bersifat alegoris. Tiap-tiap bagian dalam perumpamaan ini mempunyai arti. Namun demikian tidak perlu ditafsirkan secara berlebihan.  Yang diterangkan dalam perumpamaan ini adalah hal-hal yang prinsip saja. Penekanan perumpamaan ini adalah hubungan antara gembala dengan dombanya. Yesus adalah gembala yang baik. Gembala yang baik masuk melalui pintu, ia memanggil dan menuntun dombanya. Domba-dombanya yang berjalan dibelakang gembalanya akan terlindungi dan tercukupi kebutuhan hidupnya. Gembala yang baik membawa kepada hidup yang berkelimpahan. Yesus adalah pintu masuk bagi domba-domba-Nya menuju kepada Allah Bapa di surga.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Jejak-jejak apa yang sudah ditinggalkan Tuhan Yesus?
2.Apa fungsi Roh Kudus dalam kita mengikuti jejak-jejak Tuhan Yesus?
3.Mazmur 23 dan I Petrus menggunakan perumpamaan tentang hubungan Gembala dan domba. Bagaimana bentuk hubungan antara gembala dan domba dalam kedua bacaan di atas?


http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRY2XTSBcTFDCn3VQwvCgWk6eLjfvVaw62Im9NR7anp0g4RBmpI4VnJPSzxCg

Bahan PA  24 Mei 2010
MENJADI BATU HIDUP

Bacaan I: Kis Para Rasul 7:55-60; Tanggapan: Mazmur  31:1-5; 15-16,
 Bacaan II: I Petrus 2:2-10; Bacaan III: Injil Yohanes 14:1-14

Tujuan:
Mengajak jemaat untuk menjadi “batu-batu yang hidup” sehingga damai sejahtera nyata dalam kehidupan bersama melalui karya dan pelayanan seluruh umat Tuhan

Dasar Pemikiran
Menjadi batu hidup. Itulah kehendak Tuhan Yesus sebagai batu penjuru yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Maka ketika Tuhan menghendaki umat yang percaya kepada-Nya menjadi batu-batu hidup keyakinan kita adalah Tuhan terlebih dulu telah menebus kita. Karya penebusan itu yang memampukan kita menjadi batu batu hidup dan tersusun rapi, guna mewujudkan suatu pembangunan rumah rohani. Walaupun itu berisiko bagi kita.

Keterangan Tiap Bacaan

Kisah Para Rasul 7:55-60 (Resiko Mengikut Kristus)
Stefanus dalam pembelaanya di hadapan Mahkamah Agama tanpa merasa takut menyatakan Umat Israel yang telah menolak Tuhan Yesus dan menyalibkan-Nya, serta menolak Roh Kudus yang  diberitakannya harus  bertobat. Pernyataan itu membuat Mahkamah Agama tertusuk hatinya. Mereka memutuskan menghukum Stefanus. Ini resiko yang harus diterimanya. Dengan memandang ke langit dan melihat kemuliaan Anak Manusia yang berdiri disebelah kanan Allah, Stefanus berdoa kepada-Nya agar rohnya diterima. Bahkan ia  berdoa juga untuk mereka yang melemparinya. Doa yang mirip seperti doa Tuhan Yesus di atas kayu salib.

Mazmur 31:1-5, 15-16 (Penyerahan Nyawa Kepada Allah)
Mazmur 31:1-5, 15-16 ini merupakan doa pribadi dari Sang Pemazmur. Pokok permasalahan yang dihadapi  diungkapkan dalam ratapannya., dan ayat 5 menjelaskan betapa peranan Tuhan sangat penting. Dimana Tuhanlah yang mengeluarkan dirinya dari jaring yang dipasang musuh. Bila Tuhan dilukiskan sebagai gunung batu tempat pertahanan dan perlindungan tidak ada alasan baginya untuk takut, karena  Tuhan akan menjaminnya.

I Petrus 2:2-10 (Sebagai Batu Yang Hidup)
Tuhan Yesus sebagai batu yang dibuang oleh tukang bangunan, yaitu tua-tua dan para hukum Taurat, justru dipilih oleh Allah menjadi Batu Penjuru Orang yang percaya menjadi batu-batu yang hidup dan digunakan sebagai pembangunan rumah rohani untuk memberikan persembahan kepada Allah. Bagi yang percaya mahal harganya, tetapi yang tidak percaya hanya akan menjadi batu sandungan.

Injil Yohanes 14 : 1 – 14 (Tunjukkan Bapa itu Kepada kami)
Inilah dasar pengharapan orang Kristen zaman Perjanjian Baru dan semua orang percaya dewasa ini. Tujuan utama Tuhan Yesus meninggalkan murid-Murid-Nya adalah mempersiapkan surga. Kelak bila Tuhan Yesus datang kembali dipastikan bahwa orang yang percaya kepada-Nya akan dapat bersama-sama dengan-Nya di Kerajaan Surga untuk selama-lamanya.

Renungan Atas Bacaan
Diatas batu karang Tuhan hendak membangun jemaat-Nya. Sebuah pembangunan jemaat harus dilandasi dengan  fondasi atau dasar yang kuat. Dan Tuhan Yesus sebagai batu penjuru yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan yang dalam hal ini adalah tua-tua dan ahli-ahli Taurat, justru dipakai oleh Allah sebagai batu penjuru. Sebagai dasar yang kokoh. Batu penjuru memerlukan batu-batu hidup untuk pembangunan sebuah rumah rohani. Pembangunan mengandung arti sebuah proses pertumbuhan dari umat percaya yang menerima Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus sudah merelakan diri-Nya sebagai kurban, maka batu-batu hidup itupun harus dapat mempersembahkan kurban bagi Allah.

Kurban persembahan itu akan terwujud bila batu-batu hidup itu melakukan fungsinya dengan benar, meskipun harus menghadapi resiko. Bahkan maut sekalipun. Karena janji Tuhan sorga akan diberikan kepada mereka. Menjadi batu-batu hidup yang berfungsi hanya dapat dilakukan saat kita mendekat pada Tuhan Yesus sebagai batu penjuru itu.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Wujud nyata beriman kepada Tuhan adalah menterjemahkan iman itu dalam perbuatannya. Seperti Stefanus. Sekalipun ia mati, tetapi ada pengharapan bahwa Tuhan sebagai Gunung Batu akan memberikan perlindungan dan rasa aman. Pentingnya mewujudkan iman mengingat Tuhan Yesus sebagai Batu penjuru memerlukan batu-batu yang hidup, agar dapat disusun menjadi suatu pembangunan rumah rohani. Pengharapan umat sebagai batu-batu yang hidup adalah janji Allah kelak yang akan datang dan menjemputnya untuk tinggal dalam kerajaan sorga.


Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa fungsi batu-batu bagi sebuah bangunan? Apa fungsi tiap-tiap orang percaya dalam kerangka perwujudan Tubuh Kristus?
2.Bagaimana contoh hidup yang tidak menjadi batu yang hidup melainkan menjadi batu sandungan?
3.Apa fungsi batu penjuru? Bagaimana fungsi Yesus sebagai batu penjuru bagi batu-batu hidup untuk pembangunan Bait Suci?

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQo3HmLr1BaAC87LUO0FF8xogj5RdoM8IwNUBybjp1qAwI9UsWQLD_NYiIr


Bahan PA  31 Mei 2011
KUDUSKANLAH KRISTUS DALAM HATIMU SEBAGAI TUHAN

Bacaan I: Kisah Para Rasul 17: 22-31; Tanggapan: Mazmur 66: 8-20;
Bacaan II: I Petrus 3: 13-22; Bacaan III: Yohanes 14: 15-21

Tujuan:
Agar jemaat menempatkan Kristus dengan sebenarnya di dalam hati sebagai Tuhan.

Dasar pemikiran:
Kadangkala yang namanya kebimbangan dapat menjadikan orang mengambil keputusan yang keliru, pun termasuk dalam memahami kehadiran Tuhan dianggap hanya penyejuk yang bersifat sementara di tengah arus hidup yang menekan. Tuhan sering tidak dianggap sebagai pribadi yang berkuasa, Tuhan kerap hanya ditempatkan bagi pemenuhan kondisi manusiawi belaka. Pola beriman kita kerap kali menempatkan iman kita hanya sebatas pemenuhan kebutuhan manusiawi.

Keterangan Tiap Bacaan:

Kisah Para Rasul 17: 22 – 31 (Sembahlah Allahmu)
Lukas penulis Kisah Para Rasul ini, menuturkan suatu kali ketika Paulus setelah mendapat bantuan pertolongan dari orang-orang percaya untuk meninggalkan kota Tesalonika, karena hendak dihadapkan kepada pengadilan di Tesalonika oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika, kini Paulus harus menghadap di depan sidang Aeropagus di kota Atena Yunani. Paulus memberitakan perihal Allah yang tidak dikenal oleh penduduk kota Atena. Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang menjadikan manusia hidup, bergerak, dan ada. Paulus meminjam pemikiran pujangga kota Atena untuk lebih mendekatkan hal tentang Allah kepada penduduk Atena. Pada “khotbah ringkas” Paulus itu, Paulus menjelaskan tentang Allah yang menetapkan pengadilan atas manusia oleh seorang yan telah ditentukan-Nya dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.

Mazmur 66: 8 – 20 (Pujilah Allahmu Hai Segala Bangsa)
Kitab Mazmur lebih didominasi nyanyian-nyanyian pujian atau ungkapan untuk memuliakan Allah. Sala satunya dalam perikop atau sebagian kumpulan syair lagu pujian ini. Bacaan ini di bagi dalam 3 kelompok:

Ayat 8 sampai 12 berisi ajakan untuk memuji Allah, karena Allah telah mempertahankan jiwa dan kehidupan manusia, memurnikan manusia dan menghantarkan manusia melintasi pengalaman-pengalaman berat.

Ayat 13 sampai 15 merupakan kesediaan pemazmur (manusia) untuk mempersembahkan korban-korban syukur atas kemurahan Allah, seperti dalam tradisi Israel dan diatur di dalam kitab Imamat.

Ayat 16 sampai ayat 20 berisi ajakanpemazmur agar orang mendengar apa yang telah dirasakan dan dialami oleh orang yang menyembah Tuhan, sampai pada hal hati manusia jika hendak berniat yang tidak benar Tuhan Allah tidak mau mendengar. Semua ungkapan tersebut menandai bahwa Tuhan berkenan dekat dan akrab dengan manusia.

I Petrus 3: 13 – 22 (Kuduskanlah Kristus Sebagai Tuhan)
Suatu hal yang nampak dalam hidup orang beriman adalah perikehidupan orang beriman yang tidak berhenti berbuat baik. Hal yang demikian itu lahir karena hidup orang beriman memiliki  keyakinan akan Tuhan yang menyertai, demikian Petrus dalam suratnya, bahkan Tuhan ditempatkan di hati manusia atau orang beriman. Hati yang dipenuhi oleh segala kebaikan agar menjadi layak Kristus tinggal di dalamnya. Menguduskan Kristus di hati sebagai Tuhan tentu mengupayakan keadaan hati yang bening dan memuliakan Kristus itu dengan penghayatan hati lan perlaku hidup yang baik. Hati merupakan  simbol dari pusat kehidupan manusia dalam pikiran dan perasaan, dan dari tempat itulah akan lahir keberanian-keberanian mengambil keputusan dan perbuatan mana yang akan dilakukan. Menarik dalam bacaan ini bahwa jika Kristus di hati orang, maka orang akan lebih memiliki potensi kebaikan, dan jika kebaikan itupun harus diwujudkan dengan cara tahan menderita. Penderitaan yang dialami orang mendapatkan penguatan karena Kristus pun mengalami penderitaan hingga harus menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia.

Injil Yohanes 14: 15 – 21 (Penghibur Sejati)
Perikop bacaan ini berisikan janji penyertaan Tuhan yang pasti akan dialami oleh orang, akan tetapi Tuhan Yesus mengingatkan adanya kondisi yang menjadi prasyarat yakni jika orang melakukan segala perintah Tuhan Yesus, pertanda bahwa orang itu mengasihi-Nya. Pernyataan itu diungkapkan oleh Tuhan Yesus dengan menyebutkan seorang Penolong yang lain. Seorang penolong ini bukan serta merta sebagai pribadi manusia genetik (manusia bilogis) setelah Yesus, melainkan ditandaskan oleh Yesus sebagai Roh Kebenaran yang tidak dikenal oleh dunia, namun hanya dikenal secara spesifik oleh orang beriman saja. Sementara itu wujud penyertaan Roh Kebenaran itu difokuskan sendiri oleh Yesus sebagai wujud kehadiran-Nya lagi dalam kehidupan sepanjang masa.

Orang beriman kembali diingatkan bahwa siapa yang memegang perintah Yesus dan melakukan,  maka orang itulah yang mengasihi Yesus. Pada orang yang mengasihi Yesus orang itu juga akan dikasihi Bapa di sorga dan Yesus menyatakan diri-Nya kepada orang itu.

Harmonisasi bacaan:
Jika orang mengakui keberadaan Allah dan mempercayakan hidupnya kepada Allah, maka orang akan membagikan pengalaman rohaninya hidup dalam kebersamaan dengan Allah, seperti yang dilakukan Paulus meski harus menghadapi resiko. Sebagaimana pemazmur mengungkapkan bahwa Allah yang dikenal itu dan menguasai hidupnya adalah Allah yang mempertahankan jiwa menguatkan dalam melintasi pengalaman-pengalaman berat, hingga untuk hal yang di mulai dari hati nurani jika akan berbuat jahat, Tuhan tidak mau mendengarnya. Tuhan yang diimani oleh orang beriman menjadikan orang akan mengalami bahwa Tuhan yang menyertai, demikian Petrus dalam suratnya, bahkan Tuhan ditempatkan di hati manusia atau orang beriman. Hati yang dipenuhi oleh segala kebaikan agar menjadi layak Kristus tinggal di dalamnya. Menguduskan Kristus di hati sebagai Tuhan tentu mengupayakan keadaan hati yang bening dan memuliakan Kristus itu dengan penghayatan hati dan perlaku hidup yang baik. Hati merupakan  simbol dari pusat kehidupan manusia dalam pikiran dan perasaan, dan dari tempat itulah akan lahir keberanian-keberanian mengambil keputusan dan perbuatan mana yang akan dilakukan. Kehadiran Tuhan lebih ditandaskan oleh Yohanes bahwa Tuhan dalam Roh itu akan tinggal di dalam hidup manusia. Oleh karena itu manusia atau orang beriman wajib menempatkan Kristus  dan menguduskan Kristus sebagai Tuhan.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa syarat agar Roh Kudus berkenan tinggal dalam pusat hidup kita?
2.Dalam sejarah PL pernah diceritakan Roh Allah meninggalkan Saul. Mengapa bisa terjadi?
3.Apa saja perwujudan dari hidup yang mengasihi Kristus?

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTT3ozauTn8hQRcWJscrC5qe8aAwFsPkS2MiblnaGZ5mgCt-vbN-iXwcNbfPg


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRBintNDA0YCnWa17owBDqT6mO-h9-R_PLmkb5KCyUqK3YXZYgMBTYjXsRhiA



Bahan PA Kenaikan 31 Mei 2011
SELAGI MASIH ADA WAKTU

Bacaan I: Kis. Para Rasul 1: 1-11; Tanggapan: Mazmur 93;
Bacaan II: Efesus 1: 15-23; Bacaan III: Injil Lukas 24: 44-53

Tujuan:
Jemaat dapat menggunakan waktu yang ada untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dasar pemikiran:
 Hidup yang dijalani manusia berjalan di dalam waktu yang tak pernah kembali. Manusia berlomba dengan larinya sang waktu. Manusia kerap kali ketinggalan oleh percepatan waktu. Manusia tidak dapat memperhatikan segala sesuatu yang sedang terjadi, mau ke mana dan hendak mengapa. Manusia hanya sering pula mengambil sikap mengikuti arus air mengalir.

Dalam perjalanan waktu itu pun manusia tidak mampu untuk menggunakan waktu sebaik mungkin.  Sampai kepada persoalan hakiki atas manusia itu, yakni sukacita bersama dengan Tuhannya. Tuhan memberikan waktu di dunia ini untuk menikmati apa yan sudah diberikan oleh Yesus Kristus.

Manusia yang tanggap terhadap pemberian Tuhan itu manusia yang bahagia karena dapat menggunakan waktu untuk bersama dengan Tuhan. Lebih indah lagi jika manusia di tiap hari hidupnya menghayatinya secara baru.

                Kenaikan Tuhan Yesus menunjukkan kedaulatan Tuhan Yesus atas waktu dan kehidupan. Ia tak lagi dikuasai oleh ruang dan waktu, sehingga ia dapat dijumpai oleh siapapun tak terbatas oleh waktu hidup manusia.

Keterangan Tiap Bacaan:

Kisah Para Rasul 1: 1-11 (Jadilah saksi-Ku)
Menarik bagi kita bahwa permulaan buku Kisah Para Rasul ini tidak serta merta tentang kiprah para rasul, namun diawali dengan kisah Yesus Kristus untuk mempertegas berita apa yang hendak diwartakan oleh para rasul mengenai Tuhan mereka itu.
Tuhan Yesus menegaskan kembali adanya realitas baru pengganti kehadiran secara fisik-Nya di dunia ini, yakni Roh Kudus yang akan umat percaya terima. Penegasan itu sangat perlu disampaikan oleh Tuhan agar mereka mempersiapkan diri dan tidak menjadi kecewa.

Bagian ini menceritakan lebih lanjut hal secara fisik dan kasat mata hal Tuhan Yesus yang naik, sehingga para murid menegadahkan wajah ke atas. Naiknya Tuhan Yesus dipahami naik ke sorga. Sehingga gambaran orang sorga itu di atas, hal itu membuat orang berpikir “kosmologis”, artinya sorga  ada di atas sebagai bagian dari kebesaran dan keluasan jagad raya ini. Pandangan atau gambaran seperti ini tidak salah karena bagaimana orang bisa memahami dengan benar letak sorga yang “terpisah” dari bumi.  Dapat diartikan pula bahwa terangkat ke atas atau naik dan sorga merupakan istilah teologi untuk menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus kembali dalam kemuliaan sebagai Sang Mahatinggi dan kembali memegang kuasa dalam kehidupan ini, yang tak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Mazmur 93 (Tahta Tuhan Kekal adanya)
Kemuliaan Tuhan meliputi seluruh bumi seluruh kehidupan ini, semua menjadi saksi atas kemuliaan dan kebesaran Tuhan, alam pun menjadi saksi atas kemuliaan Tuhan sebagai Raja semesta. Bagian  yang menghidupi bumi yakni sungai dan lautan menunjukkan hal tentang kekuasaan Raja itu. Jika bagian yang menghidupi bumi itu menjadi saksi atas kebesaran Raja, maka siapa yang bisa menghindar jika Tuhan itu penguasa atas kehidupan ini.

Efesus 1: 15 – 23 (Jemaat adalah Tubuh-Nya)
Surat rasul Paulus ini menuturkan bahwa rasul Paulus memuji iman dan perbuatan orang-orang percaya di kota Efesus, dan mengharap di dalam doa agar jemaat Efesus bertambah dalam hikmat dan pengertian yang mendalam tentang Kristus dengan segala misteri kemuliaan-Nya yang melebihi segala pemerintah dan penguasa serta nama dan waktu yang tak terbatas , yang menjadi kepala gereja dan memenuhkan diri-Nya bagi orang-orang tebusan-Nya itu. Penuturan ini menunjukkan bagaimana Kristus yang menjadi penentu atas kehidupan di dunia ini, tak ada yang dapat keluar dari kekuasaan dan kasih serta kemuliaan Kristus.

Injil Lukas 24: 44 – 53 (Kamu adalah saksi dari semua)
Penuturan Lukas di bagian terakhir dari bukunya yang pertama (Injil Lukas) dan akan disambung di buku keduanya (Kisah Para Rasul), menutup dengan tahapan spesifik yang dilakukan Yesus terhadap para murid. Tahap spesifik itu di mana para murid tidak lagi hanya membantu pekerjaan gurunya selama ini atau hanya mengikuti sambil melihat apa yang dikerjakan gurunya dari dekat, akan tetapi diberikan-Nya kemampuan untuk mengerti Kitab Suci seperti yang dimaksud oleh Yesus, yakni segala kitab taurat Musa, nabi-nabi dan mazmur yang berisi kesaksian tentang Mesias yang persis sama apa yang dikatakan Yesus itulah yang terjadi pada diri-Nya itu juga. Selanjutnya Yesus menandaskan hal hubungan yang sangat khusus dengan para murid dengan meminta tetap tinggal di Yerusalem sampai hal yang terbesar dalam hidup para murid yakni dilengkapi dengan kekuasaan dari tempat mahatinggi akan diberikan kepada mereka. Mereka juga diperkenan oleh Yesus untuk berpisah dengan gurunya dengan hal yang belum pernah mereka lihat, untuk menegaskan siapa sejatinya Yesus guru mereka selama ini, Yesus terangkat naik ke sorga.

Harmonisasi bacaan:
Tuhan Allah menjalankan sejarah kehidupan atas manusia dan menentukan bentangan waktu atas manusia, kepada manusia diberikan diberikan waktu untuk mendengarkan dan menyaksikan  kesempurnaan karya Allah yang telah dikerjakan di dalam Yesus Kristus. Dari wujud karya Allah di dalam Yesus Kristus itu manusia diundang untuk menikmati pemeliharaan Allah dan belajar mendalami arti kasih Allah yang demikian besarnya. Hingga pada suatu ketika manusia melalui para murid Yesus, diyakinkan sendiri oleh Yesus Kristus hal realitas Allahdan karya keselamatan yang diberikan-Nya melalui hikmat yang diberikan Yesus untuk mengetahui rahasia terpendam dalam nubuat tentang Mesias dalam teks kitab suci serta diperkenankan melihat dengan kasat mata hal Yesus Kristus naik meninggalkan dunia ini.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa keuntungan dari kehadiran Yesus yang tidak lagi dibatasi oleh kehadiran secara fisik (melalui kehadiran Roh Kudus) bagi orang-orang percaya?.
2.Kristus adalah kepala Gereja. Gereja adalah Tubuh Kristus. Jelaskan arti kalimat tersebut.
3.Dalam PPA GKJ disebutkan bahwa ada 3 ukuran untuk menilai apakah hidup gereja itu berjalan dalam koridor kehendak Kristus (Kepala Gereja) atau tidak. Alkitab, PPAG GKJ dan Tata Gereja/Tata Laksana. Apakah menurut saudara gereja kita sudah berjalan sesuai dengan kehendak Kristus?

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcReMKgr8-XCoaiq9Rr-cugxA5x29voMNaI7B2NtejlWRbQAyCoxQg
Keterangan gambar Kodok berkepala buaya. Apa yang salah dalam gambar?
Siapa kepala gereja?


Bahan PA 14 Juni 2011
ROH KUDUS MENGARUNIAKAN
CARA BARU DALAM BERKOMUNIKASI

Bacaan I : Bilangan 11:24-30; Tanggapan: Mazmur 104:24-34;
Bacaan II: Kisah Para Rasul 2:1-21; Bacaan III: Injil Yohanes  7:37-39

Dasar Pemikiran:
Allah mengaruniakan Roh Kudus dalam Pentakosta. Banyak orang mengaitkan Roh Kudus dengan bahasa Roh yang hanya dapat dipahami orang-orang tertentu dan sering membuat orang yang memilikinya merasa lebih dari yang lain. Akibatnya orang yang merasa menerima Roh Kudus justru  bersikap eksklusif.

Roh Kudus adalah Roh yang diberikan Allah untuk melengkapi hamba-hamba-Nya mewartakan Injil kepada semua bangsa. Maka sesungguhnya Roh Kudus adalah Roh yang memampukan manusia untuk berkomunikasi secara baru dan dan dapat dipahami semua orang, sehingga semua bangsa mengalami keselamatan.
   
Keterangan Tiap Bacaan:

Bilangan 11:24-30 (Roh Allah Memampukan Bekerja)
TUHAN berkenan memakai manusia sebagai alat-Nya. TUHAN akan memperlengkapi hamba-Nya dengan apa yang diperlukan untuk menjalankan tugas. Tujuhpuluh orang yang telah dipilih oleh Musa untuk menolongnya memimpin bangsa Israel, diperlengkapi TUHAN dengan memberikan sebagian Roh (BIS: Kuasa) yang ada pada diri Musa,. Mereka mengalami kepenuhan seperti para Nabi, tanpa kecuali dua orang yang tinggal di perkemahan. Kuasa Roh memang tidak dapat dibatasi.

Roh juga memampukan Musa untuk tidak berlaku egois dan memusatkan segala sesuatu pada dirinya. Tidak apa Eldad dan Medad mengalami kepenuhan, sebab Musa justru berharap TUHAN memberikan Roh-Nya kepada seluruh bangsa sehingga mereka semua menjadi Nabi.

Mazmur 104:24-34 (Roh Allah Memperbaharui Muka Bumi)
Pemazmur memuji TUHAN karena perbuatan-Nya yang banyak dan luar biasa. Pemazmur merincinya dalam tiga hal: Pertama, menciptakan semesta dengan kebijaksanan-Nya (24-26). Kedua, TUHAN memelihara ciptaan-Nya dengan memberinya makan (27-28). Ketiga, TUHAN yang memberi hidup berkuasa pula untuk mengambil kembali hidup ciptaan-Nya (29).

Istimewanya, Pemazmur menyebut ”Apabila Engkau mengirim Roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui bumi. Karya TUHAN mencipta dan membaharui bumi dikerjakan di dalam Roh-Nya.

Kisah Rasul 2:1-21 (Dengan Roh Kudus)
Banyak kalangan menyangka bahwa dalam peristiwa Pentakosta, oleh kuasa Roh Kudus, para Rasul berbicara dengan bahasa roh (glosalli) yang hanya dimengerti orang-orang tertentu. Kenyataannya teks Kitab Suci menyebut mereka berbicara dengan bahasa-bahasa lain, yaitu bahasa-bahasa para peziarah yang datang dari berbagai penjuru dunia, seperti Partia, Media, Elam dan lain-lain.

Dalam Pentakosta Roh Kudus justru menghargai bahasa setiap orang dan berbicara kepada mereka dengan bahasa mereka sendiri. Tidak ada satu bahasa yang suci, dan Roh Kudus mengaruniakan para Rasul kemampuan menjadi komunikator yang baik.

Injil Yohanes 7:37-39 (Aliran-aliran Air Hidup adalah Roh Kudus)
Pada puncak Hari Raya Pondok Daun,  saat imam melakukan ritual menuang air dari kendi emas ke atas Mezbah, Tuhan Yesus menyerukan Sabda: ”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barang siapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” Sabda yang mengejutkan dalam momentum dramatis yang amat pas, oleh karena itu menarik perhatian.

Injil Yohanes menerangkan bahwa yang dimaksud aliran air hidup adalah Roh Kudus yang akan diterima oleh orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.

RENUNGAN ATAS BACAAN
Allah berkenan mempergunakan manusia menjadi alat-Nya untuk membangun Kerajaan Allah. Sebagai hamba-Nya manusia diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus menjadikan manusia mampu mengkomunikasikan berita Injil Kerajaan Allah kepada sesamanya dari berbagai bangsa. Roh Kudus memampukan manusia berbagi dan menghargai keberbagaian bahasa, sehingga dalam pewartaan Injil Kerajaan Allah setiap orang disapa dalam keunikan bahasanya sendiri.

HARMONISASI BACAAN LEKSIONARI
Roh Kudus diberikan Allah kepada manusia untuk menjadi penolong dalam melayani Allah. Karya Roh Kudus tidak dapat dibatasi oleh batas-batas tempat. Roh Kudus memampukan manusia mengkomunikasikan Injil Kerajaan Allah sehingga manusia dari berbagai bahasa dan bangsa mengenal Injil. Dengan demikian bumi akan mengalami pembaruan sebagai ciptaan baru.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Lihat Judul. Cara baru berkomunikasi yang bagaimana yang dimaksudkan?
2.Roh Kudus sebagai Aliran air yang hidup. Apa maksudnya?
3.Apa penyebab miskomunikasi dalam kita menyampaikan Injil?

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT22wPGnhDxK5RUGXHu3FNjkXsnbsXwhU6s_ZJ9bziBGHBpRS_j

Bahan PA  21 Juni 2011
AJARLAH DAN BAPTISLAH DALAM NAMA BAPA PUTRA DAN ROH KUDUS

Bacaan I: Kejadian 1:1-2:4a; Tanggapan: Mazmur 8;
Bacaan II: II Korintus 13: 11-13; Bacaan Injil: Matius 28:16-20

Tujuan :
Dengan memahami semua ciptaan Allah adalah baik, semua ciptaan dipanggil untuk saling menolong dalam membawa kembali pada tujuan semula atas penciptaan.  Dengan memberitakan kabar sukacita, semua umat Tuhan diharapkan untuk ambil bagian dalam memulihkan keutuhan ciptaan-Nya.

Dasar pemikiran :
Banyak orang menggunakan standar nilai kebenaran yang dimilikinya untuk dipaksakan kepada orang lain. Nilai yang dianggapnya baik dan benar digunakan untuk mendominasi orang lain, sehingga menimbulkan tekanan bagi orang yang tidak memiliki kekuatan secara structural di dalam masyarakat atau komunitas apapun. Kehadiran Tuhan Yesus adalah untuk mengabarkan berita sukacita, pembebasan bagi yang tertindas, siapapun, bagi semua ciptaannya untuk hidup dalam pengampunan dan kemerdekaan, menjadi diri mereka sendiri sepeti maksud dri awal penciptaan. Umat dipanggil untuk ambil bagian dalam memebebaskan semua mahluk yang tertindas dengan mengkritisi nilai nilai kebenarannya yang ada. Sehingga kehadiran Kabar Sukacita adalah benar benar menyukacitakan semua orang.

Keterangan Tiap Bacaan

Kejadian 1:1-2:4a (Karya agung dari Roh Allah)
Kitab kejadian ini dimulai dengan kisah penciptaan Allah sebagai Pelaku utama, dan penciptaan sebagai hasil tindakan Allah yang kreatif. Penciptaan terang pada hari pertama dihubungkan dengan penciptaan penerang pada hari keempat. Gambaran yang sangat skematis itu memberi tekanan atas ketertiban penciptaan. Tidak ada yang kebetulan, semua diatur secara baik dan detil  dan berjalan sebagaimana direncanakan oleh Sang Pencipta.

Dalam Israel kuno kalau seorang memberi nama berarti orang itu mempunyai kuasa atas mereka. Demikian juga Allah memberi nama kepada langit, bumi dan lautan. Terang itu baik seperti halnya seluruh alam semesta baik. Penegasan atas baiknya dunia ciptaan meliputi kisah penciptaan. Bagian ini diakhiri dengan kerangka waktu, dimana malam disebut lebih dahulu baru kemudian pagi, hal itu mencerminkan cara orang Israel kuno menghitung waktu (hari). Hari mulai pada saat matahari terbenam.

Penciptaan cakrawala yang memisahkan air di atas langit dari air yang ada di bawah. Langit digambarkan sebagai mangkok yang terbalik untuk menjaga air yang ada di atas agar tetap pada tempatnya. Mangkok itu memiliki jendela-jendela, agar hujan, salju, dan hujan es bisa jatuh ke bumi. Air yang ada di bawah muncul ke permukaan bumi dalam wujud sungai, danau dan sumber-sumber air.

Dari dalam bumi, Allah memanggil tumbuh-tumbuhan yang mampu berkembang biak. Kemudian penciptaan benda-benda penerang dan menempatkan di cakrawala, dan langit yang memisahkan air yang di atas dari air yang di bawah penuh dengan burung, sedang air yang di bawah penuh dengan ikan-ikan. Pada hari berikutnya penciptaan binatang dan manusia agar mendiami bumi.

Seluruh kisah penciptaan ditujukan pada penciptaan manusia, tempat hunian dan segala sarana-prasarana telah di sediakan terlebih dahulu, sehingga manusia tinggal dalam kecukupan, demikian juga waktu telah diciptakan sebagai ukuran, sehingga manusia dapat mengatur hidupnya.
               
Mazmur 8 (Kekaguman akan ciptaan)
Mazmur ini merupakan madah pujian kepada Allah karena telah memberikan kepada manusia tanggung jawab dan martabat. (bnd Kej 1:1-2:3 dan Maz. 104) menjelaskan bahwa bumi dan langit, yang sekarang diatur dengan indah dan teratur, mengundang untuk memuji. Pemazmur mengungkapkan kekagumannya atas dunia yang begitu indah dimahkotai dengan manusia. Manusia berdiri antara bumi dan langit; dunia diciptakan buat manusia.

II Korintus 13:11-13 (Allah sumber Kasih dan Sejahtera)
Paulus  mengakhiri suratnya kepada jemaat di Korintus agar jemaat Korintus senantiasa dalam keadaan sukacita atas segala persoalan yang mereka hadapi.Terutama dalam hal kekuatiran akan segala kemungkinan yang membuat jemaat Korintus berselisih. Peselisihan karena berbagai hal, mengenai pemberian,pelayanan dan  hidup dalam kasih yang menurut Paulus harus benar-benar diperhatikan. Segala hal yang nampak sederhana akan menyempurnakan kehidupan mereka jikalau mereka saling mengasihi dalam tindakan dan perilaku yang didasari dengan sehati dan sepikir. Hal penting yang diingatkan Paulus adalah mengupayakan hidup dalam damai sejahtera, karena Allah sebagai sumber kasih dan damai sejahtera itu sendiri yang akan menyertai kehidupan umatnya.

Injil Matius 28:16-20 (Diberi Kuasa di Surga dan di Bumi)
Perintah untuk mengabarkan Injil, judul perikopnya, namun sering kita kenal dengan sebutan Amanat Agung. Perintah untuk mengabarkan Injil ini merupakan judul tambahan yang diberikan oleh editor Alkitab untuk menjelaskan rangkaian tugas panggilan yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus untuk diberitakan kepada semua orang untuk dikerjakannya juga.

“Pergilah,” perintah ini disampaikan kepada ke-12 murid. Sebutan murid, memiliki arti harus belajar dari gurunya atas apa yang dikerjakan oleh gurunya, hikmat dan roh apa yang menyertai gurunya sehingga mendorong gurunya melakukan hal tersebut. Ini yang harus diperhatikan oleh para murid. Panggilan ini tidak menunjukkan panggilan untuk mengkristenkan, namun panggilan untuk melakukan apa yang dilakukan guru (jadikanlah semua bangsa muridku). Panggilan untuk menjadikan semua bangsa melakukan apa yang dilakukan oleh guru. Menjadi seorang murid adalah mempelajari sesuatu untuk menolong orang lain menjadi murid. Karena murid asli Tuhan Yesus adalah orang-orang Yahudi,jadi tidak nampak sama sekali untuk mengkristenkan. Dengan demikian, yang bisa menjadi murid Tuhan Yesus adalah semua orang, bisa belajar untuk melakukan sama seperti yang dilakukan gurunya.

“Baptiskanlah,” mengapa kita harus dibaptis? Baptis adalah sebuah tanda perjanjian untuk masuk dalam sebuah komunitas, seperti halnya dalam pramuka, memasuki sebuah universitas, ada malam inagurasi, dimatangkan dalam kawah candra dimuka, sebagai tanda bahwa seseorang telah resmi masuk dalam sebuah komunitas untuk setia terhadap komunitas itu. Karena baptisan bukan tujuan akhir, maka sangatlah keliru bila keberhasilan sebuah gereja  diukur dari jumlah orang yang dibaptis.Karena Tuhan Yesus tidak memprioritaskan baptisan, berapa orang yang sudah dibaptis oleh Tuhan Yesus ? Tidak ada. Tuhan Yesus tetap sebagai orang Yahudi. Apakah baptisan diperuntukkan bagi orang berdosa ? Bila baptisan dikaitkan dengan pengampunan dosa, Tuhan Yesuspun tidak berdosa. Tuhan Yesus solider terhadap orang berdosa.

Dengan demikian perintah untuk mengabarkan Injil ini : pergilah…adalah sebuah panggilan untuk berbela rasa terhadap setiap manusia. Panggilan untuk berbela rasa ini adalah puncak dari semua pelayanan yang telah Tuhan Yesus kerjakan (dari keseluruhan injil Matius), kasihilah sesamamu manusia.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apa arti kata  “memberitakan Injil”?
2.Sebagai seorang murid, apa yang kita pelajari dari Sang Guru Yesus?
3.Kedatangan Tuhan Yesus adalah untuk memulihkan keutuhan ciptaan. Apa maksudnya?

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRXxkzjpxQ_dgQY8jvwmZxYqmWulGX5yPmhsPhfXpJ0izRw_Dgr


Bahan PA  28 Juni 2011
SAMBUTLAH SEMUA ORANG

Bacaan I: Yeremia 28:5-9; Tanggapan: Mazmur 89: 1-4, 15-18;
Bacaan II: Roma 6:12-23; Bacaan Injil: Matius 10:40-42

Tujuan:
Memberi tempat , menolong, mengulurkan tangan pada semua orang  melalui apa yang kita miliki dengan ketulusan hati dengan tidak mengharapkan apapun.

Dasar Pemikiran:
Ketika orang memberi bantuan/pertolongan, tidak sedikit selalu ada maksud tersembunyi dibaliknya, entahkah hanya ucapan terima kasih ataupun untuk di kenang sebagai orang yang baik.

Menyambut semua orang, berarti memberi pertolongan kepada siapapun tanpa memikirkan imbalannya. Dengan meyakini Allah yang Maha Kuasa, tentu akan meyakini juga bahwa Dia yang mengatur segalanya untuk kebaikan kita bersama. Ketika kita yakin apa yang kita lakukan adalah baik dan benar, kiya yakin juga bahwa apa yang kita lakukan pasti tidak akan sia-sia dan akan kembali lagi entah dalam bentuk apapun. Persoalannya, apakah kita menyediakan diri untuk senantiasa menjadi bagian dalam menjadi berkat bagi orang lain.

Keterangan Tiap Bacaan:

Yeremia 28:5-9 (Nabi Asli dan Nabi Palsu)
Dalam pasal 28 merupakan cerita yang hidup mengenai pertemuan berhadapan muka antara nabi sejati dan nabi palsu. Hanania menubuatkan keberhasilan, Yeremia melawan dengan suatu pernyataan yang secara tidak langsung mempersalahkan Hanania karena bernubuat palsu.

Mazmur 89: 1-4, 15-18 (Mengabarkan Kasih Setia Tuhan)
Umat meratapi kekalahan raja yang, yang mewakili pemerintahan Yahwe atas dunia dan semua penduduknya. Pemerintahan itu ditunjukkan oleh penciptaan Allah. Kekalahan wakil Yahwe di dunia, yakni raja, menimbulkan pertanyaan, apakah Yahwe benar-benar Allah yang maha kuasa. Memuji Allah yang membuat aman dengan satu tindakan penciptaan penghuni surga dan wangsa Daud, seperti ratapan umat lainnya.

Salah satu bagian dari kemenangan yang menciptakan dunia ini adalah pengangkatan raja keturunan Daud, yang diberi bagian buah-buah kemenangan oleh Yahwe dalam suatu perjanjian yang resmi.

Roma 6:12-23 (Persembahan yang hidup)
Sejumlah besar perintah dalam bagian ini bercirikan dorongan penuh semangat, yang mengalir sebagai kesimpulan wajar dari kenyataan yang diuraikan dalam kesebelas ayat sebelumnya. Janganlah kekuatan yang mengasingkan itu (dosa) menguasai hidup seseorang (12). Janganlah menyerah kepada kerinduan, keinginan dan kecenderungan yang hanya akan memosisikan diri seseorang dalam perlawanan dengan Allah. Sekali dan untuk selamanya, hendaknya seseorang menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, harfiahnya menjadi hamba Allah. Sehingga Ia dapat memanfaatkan seseorang untuk melakukan apa yang benar. Jangan membiarkan kekuatan dosa menguasai pribadi seseorang. Sekarang orang hidup dalam pengaruh rahmat dan tidak dibawah pengaruh hukum Yahudi yang telah digenapi dalam diri Yesus Kristus.

Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari halangan lahiriah atau hambatan untuk memilih dan mengejar tujuan yang ditentukan secara individualistis. Bagi Paulus, hidup manusia tidak mungkin tidak bergantung sama sekali, dalam arti hidup tanpa orang lain. Paulus menegaskan bahwa kebebasan dari kekuatan atau kekuasaan dosa, yang dihasilkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus, bukan berarti manusia independen secara total dan penuh, melainkan tergantung kepada penerimaan Allah. Inilah sebabnya mengapa orang dibaptis tidak dapat terus menerus berbuat dosa.

Matius 10:40-42 (Menyambut Tuhan dalam diri manusia)
Bagian terakhir  dari wejangan perutusan mengulangi lagi tema pokok dari wejangan. Para murid adalah wakil Yesus. Menerima mereka tidak hanya menerima Yesus tetapi juga menerima Bapa-Nya di sorga. Anugerah yang sesuai akan diberikan kepada mereka yang menerima para nabi Kristen dan orang-orang kudus atau bahkan orang Kristen biasa, karena mereka semua mewakili Kristus dan Bapa surgawi-Nya.

Latar belakang ayat ini adalah kebiasaan Yahudi untuk mengangkat orang sebagai utusan resmi buat tugas-tugas yang penting, dengan gelar Ibrani “Syaliakh”. Seorang utusan seperti itu dapat diangkat untuk semua urusan, baik keuangan, politis dan keagamaan.  Seorang utusan seperti itu menjadi wakil penuh orang yang sudah mengutusnya. Ia harus mengerjakan dengan teliti apa yang ditugaskan kepadanya.

Tiga gelar dipakai dalam ayat-ayat ini, nabi, yang berarti orang yang berkotbah dengan di tolong Roh Kudus, orang benar, yang berarti orang yang hidup menurut kehendak Tuhan dan orang kecil yang berarti orang yang dianggap kecil dan rendah. Tentu saja ketiga gelar itu dapat dikenakan kepada kedua belas murid. Tulisan ini ingin meyakinkan utusan-utusan Kristus bahwa mereka penting pada pemandangan Allah, dan dengan serentak ingin memanggil orang Kristen untuk memberi pertolongan kepada pengajar-pengajar yang beredar.

Sesungguhnya setiap orang beriman adalah utusan Allah di tengah dunia. Sebagai utusan Allah, setiap orang beriman dikehendaki Allah menjadi seorang yang memberitakan “kasih Allah di dalam Yesus Kristus”, dan menyaksikan “kasih” itu di dalam perbuatan memberi (kebaikan) termasuk yang paling disayangi atau paling berharga baginya dengan tanpa pamrih. Biar pun, karena itu, ia mungkin direndahkan dan dihina-hinakan oleh dunia.

Pertanyaan Panduan Pemahaman Alkitab
1.Apakah saudara merasa menjadi utusan Tuhan? Diutus untuk apa?
2.Apa hambatan kita untuk setia dalam menjadi utusan?
3.Apa halangan terbesar dalam kita menyambut semua orang?
4.Roma berbicara tentang Persembahan yang hidup. Apa maksudnya?








Buku Pemahaman Alkitab
Gereja Kristen Jawa Ambarawa


Logo GKJ Color Big
 












Semester Pertama
2011

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Padang Masa Paskah dan Pentakosta GKJ Ambarawa, 25 Mei 2013