Ekonomi Keluarga


Ekonomi Keluarga
Bacaan: Lukan 16:10-17

Ada yang memiliki pendapat:”Di belakang setiap pemimpin yang besar berdiri seorang wanita yang besar pula”. Itu berarti bahwa keberhasilan seorang laki-laki sebagai pemimpin yang baik itu karena didukung oleh wanita yang baik. Akan tetapi ada pula yang mengatakan:”Banyak pemimpin laki-laki yang korupsi karena dibelakangnya ada seorang wanita”. Hal itu berarti seorang laki-laki melakukan korupsi untuk mencukupi kebutuhan istrinya. Istrilah yang sering sebagai pemicu seorang laki-laki melakukan tindakan yang tidak benar. Bagaimana menurut pendapat saudara tentang pendapat-pendapat di atas? Tapi itulah fakta yang sering terjadi di sekitar kita. Kita mungkin berkata:” Itu khan mereka- orang-orang kaya-  yang melakukan, di sini khan tidak begitu!” Mau korupsi apa? Nggak ada yang dikorupsi kok?”  Apakah benar demikian? Apakah benar hal korupsi hanya terjadi pada keluarga-keluarga yang kaya? Bagaimana dengan keluarga kita? Dengan cara dan situasi yang berbeda, hal korupsi juga terjadi di setiap keluarga, termasuk barangkali di keluarga kita sendiri. Budaya kita sering disebut budaya Patriakhal. Budaya ini memisahkan antara peran laki-laki dan perempuan menurut jenis kelaminnya. Dalam hal ini, orang laki-laki bekerja mencari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga sementara itu seorang perempuan bertanggungjawab mengelola rumah tangga dan mendidik anak. Dari pembagian keluarga ini, jika kebetulan yang laki-laki tidak bekerja atau tidak dapat mencukupi kebutuhan, sering disebut tidak bertanggung-jawab (ora sembada), lalu si istri memaksa pada suami agar dapat memperoleh sejumlah uang tertentu, kalau tidak dapat mengupayakan membuat istri punya alas an untuk marah, atau membuat si suami menjadi tidak dihargai keluarga karena tidak dapat mencukupi kebutuhan dan keinginan si istri.  Oleh sebab itu lalu si suami lalu bertindak criminal untuk mencukupi atau memenuhi keinginan si istri. Ibu-ibu ini mungkin contoh yang berlebihan, akan tetapi mari kita pikirkan bersama sebab sering tanpa kita sadari kita berbuat demikian.

Ibu-ibu yang terkasih. Setiap orang tentu membutuhkan uang atau harta. Sebab harta merupakan sebuah alat untuk mencapai kesejahteraan dan ketenteraman hidup. Akan tetapi banyak orang yang salah dalam menggunakan uang atau harta. Yang semula hanya merupakan ALAT untuk mencapai kesejahteraan dan ketenteraman, lalu berubah menjadi TUJUAN hidup. Keluarga yang sejahtera dan tenteram lalu diukur berdasar harta atau uang yang dimiliki. Yang memiliki harta itu yang disebut bahagia dan sejahtera, sebaliknya mereka yang tidak punya lalu disebut tidak bahagia dan sejahtera. Kalau sudah demikian, oleh karena itu Firman Tuhan yang kit abaca saat ini jadi penting untuk kita perhatikan.

Bacaan kita saat ini berbicara tentang Mammon. Mammon itu adalah harta benda. Orang yang hanya memburu harta itu disebut penyembah Mammon. Bacaan ini menunjukkan bahwa orang yang demikian tidak dapat mengabdi pada dua tuan. Sebab salah satu tuan pasti akan dicuekin.  Bacaan ini juga menunjukkan kepada kita bahwa harta benda dapat menjadikan kita jauh dari Tuhan. Harta benda dapat menjadikan kita berbuat atau melakukan sesuatu yang melanggar Firman Tuhan. Padahal harta benda itu hanya sebagian kecil dari berkat Tuhan yang banyak. Ayat 11 menunjukkan bahwa jika kita tidak dapat mempertanggungjawabkan hal harta benda maka kita tidak akan dapat dipercaya mengelola hal yang lain.

Soal Harta benda  memang seringkali difirmankan oleh Tuhan, bahwa jika tidak dapat digunakan dengan baik maka akan menjadi malapetaka bagi yang memiliki. Oleh karena itu Tuhan mengatakan :”Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum dari pada seorang kaya masuk sorga”

Kembali ke kehidupan keluarga. Kita memang memerlukan harta dan uang akan tetapi jangan sampai hal itu berubah menjadi Tujuan hidup kita. Harta dan uang itu Alat dan bukan Tujuan. Secara khusus untuk ibu-ibu terpanggil untuk bijaksana dalam menggunakan harta dan uang. Supaya harta menjadi berkat di tengah-tengah keluarga dan bukan jadi malapetaka bagi keluarga, apalagi menjadikan kita jauh dari Tuhan.

Pertanyaan:
1.Firman Tuhan yang menjelaskan bahwa “Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk sorga”(Luk 18:25). Apakah ini dapat diartikan bahwa orang sebaiknya jadi orang yang miskin saja. Bagaimana pendapat saudara?
2.Jaman sekarang banyak ibu-ibu yang juga bekerja. Malah penghasilannya lebih besar daripada suaminya. Bagaimana pendapat saudara tentang hal ini?
3.Bagaimana pendapat saudara jika suami saudara penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga? Apa yang akan saudara lakukan pada suami? Dan apa yang saudara lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga? 

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013