Pergaulan Anak
Pergaulan Anak
Bacaan: I kor 15:33
Di sebuah kampung tinggallah seorang anak yang berumur 8 tahun. Kedua orang tuanya bekerja di kota tidak jauh dari kampong tersebut. Anak laki-laki tersebut hanya ditemani oleh teman-teman sebayanya. Sore hari ketika pulang dari kerja, kedua orang tua anak tersebut kaget karena anaknya ternyata sedang marah terhadap teman-teman bermainnya. Mereka kaget karena anak mereka ternyata mengungkapkan kemarahannya dengan cara mengucapkan kata-kata yang kasar dan kotor yang tidak selayaknya dikatakan oleh seorang anak yang berusia 8 tahun. Mereka mau marah tapi mau marah kepada siapa? Sebab anak mereka bisa bertindak seperti itu karena pengaruh teman sebaya mereka.
Anak-anak terbiasa cepat untuk belajar dan menyerap kata-kata yang kasar dan kotor. Kata-kata yang sering didengarnya akan ia contoh dan untuk menghilangkannya tidak mudah. Oleh karena itu meskipun kebutuhan jasmani anak tersebut serba kecukupan, pergaulan anak tetap harus mendapatkan pengawasan. Malahan ada pendapat yang mengatakan Siapa teman dari anak kita itulah sebenarnya anak kita.
Contoh di atas sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua pergaulan menghasilkan dampak yang negatip. Ada juga dampak yang positip dari pergaulan anak kita. Oleh karena ada dampak yang negatip dari pergaulan anak maka Paulus member peringatan:
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
Anak-anak kita merupakan anugerah dan titipan dari Tuhan dan bukan hanya sebagai pelengkap keluarga kita. Ada tanggungjawab yang harus diwujudkan oleh para orang tua yaitu tanggungjawab untuk memelihara, mendidik dan mengasihi supaya anak menjadi anak yang baik, sopan, pandai dan takut akan Tuhan. Oleh karena itu anak perlu diarahkan dalam kegiatan-kegiatan yang positip. Anak diarahkan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan PA atau persekutuan remaja atau pemuda. Supaya anak tidak salah dalam pergaulan mereka.
Dalam pergaulan anak harus pandai memilih. Tidak usah takut dikatakan “tidak gaul”, nyentrik atau “nganeh-nganehi”. Memang sesungguhnya orang percaya harus “berani tampil beda”. Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Pergaulan anak ternyata memiliki dampak. Oleh karena itu apa sebaiknya yang harus dilakukan oleh seorang ibu?
2.Perintah atau petunjuk yang bagaimana yang dapat dipakai sebagai tuntunan dan pedoman dalam pergaulan anak?
3.Apa dukungan yang kita berikan ketika kegiatan rohani anak ternyata membutuhkan waktu, doa dan dana?