Bahan Pemahaman Alkitab Gereja Kristen Jawa Ambarawa 22/24 Juni 2010.
Bahan Pemahaman Alkitab
Gereja Kristen Jawa Ambarawa
22/24 Juni 2010.
TETAP MENGANDALKAN TUHAN
I Raja-Raja 19 : 8 – 15a; Mazmur 22 : 19 – 28; Galatia 3 : 23 – 29; Lukas 8:26 – 39
I RAJA-RAJA 19 :8-15a
I Raja –Raja 19:8-15a dilatarbelakangi, kisah Elia memenangkan pertandingan melawan nabi-nabi baal di Gunung Karmel, nabi-nabi baal telah gagal menunjukkan kuasa baal untuk membakar korban tanpa api, sedangkan Yahweh, Allah Elia telah menyatakan kemahakuasaan-Nya di hadapan mereka. Karena itu Nabi Elia membunuh 450 orang nabi baal yang telah menyesatkan umat Allah. Namun Izebel istri Ahab yang menyembah baal menjadi sangat marah, dan ingin membunuh nabi Elia. Dengan ancaman ini nabi Elia sebagai nabi Allah ketakutan dan harus melarikan diri ke padang gurun, Elia frustasi, bukankah ia telah membela Allah, tetapi mengapa karena kesetiaan melayani justru mengalami kesengsaraan dan ancaman yang ia hadapi? maka dibawah pohon arar ia bersungut-sungut, putus asa dan ingin mati saja (ayat 4).
Namun demikian Tuhan tetap sabar, Tuhan tahu perasaan Elia. Tuhan tidak langsung murka terhadap Elia atas frustasinya itu, buktinya : Ketika tertidur melalui malaikat-Nya Tuhan memberikan roti dan air baginya. “Bangunlah, makanlah!” artinya Tuhan tetap memahami kefrustasian dan kelelahan Elia. Tuhan mengingatkan bahwa nanti akan melanjutan perjalanan selama 40 hari 40 malam hingga sampai di Gunung Horeb (ayat 8).
Sesampainya di Gunung Horeb masuklah Elia ke dalam Gua untuk bermalam, Tuhan menegur dan mengingatkan akan tanggung jawab Elia, sebagai nabi Tuhan, “Apa kerjamu disini, hai Elia?” dengan kata lain, bukankah engkau Kuutus, mengapa lari dari tanggung jawab, hanya karena resiko yang engkau hadapi, mengapa engkau tidak bersandar kepada-Ku dalam kesulitanmu? Dalam keputusasaannya Elia menjawab “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, ….(ayat 10). Dari jawaban Elia, ia merasa apa yang dikerjakan sia-sia, sudah bekerja untuk TUHAN namun malah mendatangkan kesulitan hidupnya, nyawanya terancam.
Padahal maksud Tuhan atas pertanyaan ini adalah untuk mengembalikan keberanian dan menyadarkan kembali akan tanggug jawab Elia akan panggilannya. Selanjutnya Tuhan berfirman, “Keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan “.Ada angin besar, gempa dan setelah itu api, akan tetapi tidak ada Tuhan dalam angin besar, gempa dan api. Baru setelah mendengar adanya bunyi angin sepoi-sepoi basa, Tuhan hadir sehingga Elia menutupi mukanya dengan jubahnya. Tuhan berfirman : “Apakah kerjamu di sini hai Elia?” jawaban Elia sama seperti sebelumnya “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, …(ayat 14). Firman Tuhan “Pergilah, kembalilah ke jalanmu,….(ayat 15).
Sebagai nabi Allah Elia harus kembali kepada tugas yang harus diembannya, ke jalan seperti yng dikehendaki Tuhan, yaitu menyampaikan Firman Tuhan kepada bangsanya, apapun resiko yang harus dihadapi, tidak boleh melarikan diri, karena Allah yang memanggil akan senantiasa menyertai, melindungi dan memelihatnya, sehingga tidak perlu kuatir takut dan putus asa.
MAZMUR 22 : 19 – 28
Mazmur 22 :19-28, merupakan ungkapan pemazmur tentang bagaimana keadaan yang pada waktu itu terancam jiwa dan keselamatannya. Ancaman musuh yang mengerikan, dan dirasakan hidupnya dalam kesulitan dan bahaya, dengan adanya ancaman musuh tersebut seolah-olah Allah meninggalkannya, Allah tidak peduli lagi. Dalam kedaan yang penuh dengan kesulitan dan ancaman ini pemazmur berdoa, berseru dan memohon kepada Tuhan untuk diselamatkan dari segala bahaya dan ancaman musuh (ayat 20-22a). Hal ini menunjukkan bahwa dalam ancaman dan bahaya pemazmur hanya mengandalkan Tuhan. Karena Pemazmur tetap mengandalkan Tuhan, maka oleh karena kasih kemurahan Tuhan permohonan pemazmur itu dijawab dan dikabulkan oleh Tuhan, “Engkau telah menjawab aku!” (ayat 22b). Artinya pemazmur telah mendapatkan perlindungan, diselamatkan dan kebebasan dari ancaman yang sedang dihadapinya.
Dengan adanya jawaban dan pertolongan Tuhan maka Pemazmur :
- Mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan, dan membayar nazarnya (ayat 23, 26).
- Mengajak anak cucu Yakup atau Israel untuk senantiasa takut akan Tuhan dan memulikan nama TUHAN, sebab TUHAN tidak memandang hina dan jijik kesengsaraan orang yang tertindas, TUHAN tidak menyembunyikan wajah-nya kepada orang sengsara, dan TUHAN mendengar ketika orang berteriak minta tolng (ayat 25-26).
Dengan demikian Pemazmur mengingatkan bahwa Allah sangat memperhatikan kepada orang yang tertindas, Tuhan tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang yang tertindas, bahkan mendengarkan ketika orang yang tertindas itu minta tolong. Di sisi lain, orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari Tuhan dan tentunya mengandalkan Tuhan akan memuji-muji Tuhan.
GALATIA 3 : 23 – 29
Surat Galatia ditulis oleh rasul Paulus. Kota Galatia dihuni oleh orang-orang yang memiliki beragam budaya, kepercayaan dan suku bangsa. Ini berpengaruh terhadap kondisi jemaat di Galatia. Keragaman ini ternyata menimbulkan perasaan dan perlakuan yang tidak adil di tengah kehidupan, baik masyarakat maupun gereja. Khususnya perbedaan perlakuan terhadap orang Yahudi dan orang Yunani, terhadap perempuan dan laki-laki, terhadap hamba dan orang merdeka. Hal ini terjadi karena ada orang-orang yang menyombongkan dirinya, karena keturunan, ekonomi, jabatan, dsbnya. Dengan mengandalkan kemampuannya sendiri tentunya membawa persoalan. Persoalan-persoalan seperti inilah yang mendorong rasul Paulus menulis suratnya untuk jemaat di Galatia. Khususnya tentang dasar-dasar pemahaman teologis yang akhirnya bermuara pada pemahaman bahwa kemerdekaan hidup hanya diperoleh melalui iman kepada Tuhan Yesus. Di hadapan Allah semua yang telah diselamatkan memiliki kesetaraan.
Pemahaman Hukum Taurat sebagai penuntun. Hukum Taurat dihadirkan oleh Allah bukan untuk membatalkan janji Allah. Paulus mengatakan bahwa hukum Taurat diturunkan karena pelanggaran-pelanggaran. Maksudnya adalah sebagai penuntun perilaku kehidupan umat Israel sampai pada janji Allah digenapi, yaitu saat Tuhan Yesus Kristus hadir. Disampaikan oleh rasul Paulus bahwa hukum Taurat sebagai penuntun, artinya menuntun atau mempersiapkan umat Israel untuk menuntun dan mempersiapkan umat Israel menerima kehadiran Tuhan Yesus Kristus sebagai penggenapan janji Allah.
Setelah umat percaya pada Tuhan Yesus Kristus, dibaptis dalam Kristus, semua adalah satu dalam Kristus, sama-sama berharga di mata Allah. Semua menjadi anak-anak Allah, tidak ada orang Yunani-Yahudi, hamba-orang merdeka, laki-laki perempuan semua satu dalam Kristus, semua sama-sama menjadi keturunan Abraham, dengan demikian memiliki hak yang sama atas janji Allah kepada Abraham, yaitu keselamatan di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenya sebagai anak-anak Allah yang telah diselamatkan untuk senatiasa percaya dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan imannya.
LUKAS 8 : 26 – 39
Setelah Tuhan Yesus dan para murid-Nya mendarat di tanah orang Gerasa yang terletak di seberang Galilea, datanglah orang yang kerasukan setan itu menemui Yesus. Orang itu datang dari pekuburan dan tidak berpakaian. Bentuk kuburan di Isarel adalah gua-gua di tebing batu, sehingga orang yang kerasukan tadi bersembunyi disitu, sebab ia dikucilkan oleh keluarganya. Di sisi lain pandangan orang Israel roh jahat suka menempati tempat-tempat yang kotor seperti di kuburan. Karena kuasa roh jahat begitu kuat, tidak ada seorangpun yang mampu menahannya, dirantai pun bisa putus, sehingga di luar kesadarannya, ia berkeliaran di seputar pekuburan.
Rupanya orang yang kerasukan ini mengetahui siapakah Yesus, Anak Allah Yang Maha Tinggi. Sehingga ketika ia melihat Yesus, segeralah ia berlutut dan menyembah Yesus, dan penyembahan ini bukan merupakan pertanda penyembahan kepada Yesus tetapi keinginan dari roh jahat itu agar supaya Yesus tidak turut campur tangan terhadap orang yang dirasukinya dan menyiksanya, karena sebelumnya Yesus pernah mengusir roh jahat itu keluar dari orang itu.
Ketika Yesus bertanya siapakah namamu? Orang itu menjawab, legion, karena ia kerasukan banyak setan. Legion berarti satu divisi dari tentara Roma, dengan jumlah 6000 orang yang terbagi dalam 10 kelompok. Setan-setan tadi meminta kepada Yesus supaya Yesus jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut, tetapi memohon untuk memasuki babi-babi yang ada disitu. Yesus mengabulkan permintaan mereka, lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi. Akhirnya kawanan babi-babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. Dan orang yang kerasukan setan tadi menjadi sembuh. Bagi Yesus, satu orang lebih berharga dari ribuan babi, disisi lain sebanyak apun jumlah roh jahat Yesus lebih berkuasa sehingga mampu mengalahkannya.
Peristiwa itu membuat suasana kota menjadi gempar, karena penjaga babi menceritakan kepada semua orang, baik yang ada di kampung ataupun kota tentang peristiwa pengusiran roh jahat itu. Keheranan juga dialami oleh setiap orang karena orang yang kerasukan sudah berpakaian dan waras. Maka dengan peristiwa ini penduduk Gerasa pada ketakutan, dan meminta kepada Yesus untuk meninggalkan kota itu. Ada kecurigaan bahwa Yesus akan membinasakan babi-babi yang lain, yang mereka anggap lebih berharga daripada nyawa manusia.
Karena itu pergilah Yesus naik ke perahu dan berlayar kembali, dan meminta kepada orang yang kerasukan setan dan telah sembuh tadi untuk tidak mengikuti-Nya tetapi disuruh pulang kepada keluarganya dan menceritakan segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasnya. Orang itupun taat untuk menceritakan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya. Melalui kisah ini, kita tahu bagaimana penderitaan orang yang kerasukan setan, akan tetapi karena kuasa Tuhan Yesus, setan-setan yang masuk dalam diri orang tadi tunduk, kalah dan keluar dari orang itu, sehingga orang yang gila tadi menjadi sembuh. Menunjukkan kuasa Tuhan Yesus yang “Luas Biasa” sudah selayaknya kita sebagai muridnya percaya dan tetap mengandaklan kuasa-Nya.
Pertanyaan untuk Diskusi:
1. Apa yang harus dilakukan pelayan Tuhan ketika ia merasa dalam ancaman, tekanan dan keadaan yang tertindas? Apa yang telah dilakukan Elia? Dan apa yang telah dilakukan Pemazmur?
2.Menghayati kehadiran Tuhan dalam angin sepoi-sepoi (kelembutan, kerendah-hatian) terasa lebih sulit disbanding mengahayati kehadiran Tuhan dalam “kemenangan”. Benarkah demikian? Mengapa demikian?
3.Manusia, siapapun dia sungguh amat berharga di mata Tuhan. Mengapa kita sering kesulitan melihat manusia lain sebagai “yang dihargai oleh Tuhan”?