SEJARAH KOMISI BEASISWA GKJ – GKI SW JATENG

SEJARAH KOMISI BEASISWA GKJ – GKI SW JATENG


Komisi Beasiswa Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa dan Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Tengah yang disingkat Komisi Beasiswa Sinode adalah sebuah badan tetap yang dibentuk oleh kedua sinode sebagai bentuk kerjasama dalam hal memberikan beasiswa kepada siswa/mahasiswa.[1] Tujuan utama Komisi Beasiswa ini adalah mempersiapkan kader-kader gereja yang memenuhi syarat untuk dibina secara khusus untuk menjadi kader-kader gereja, masyarakat dan negara, dengan mengutamakan mereka yang bersedia bekerja di lingkup gereja-gereja Sinode GKJ dan GKI SW Jateng.

Pemrakarsa kepengurusan Komisi beasiswa Sinode GKJ-GKI Jateng adalah Pdt Probowinoto (GKJ) dan Pdt Tan Ik Hay (GKI). Komisi Beasiswa ini berdiri sekitar tahun 1965, untuk mendukung pelayanan Sinode GKJ dan GKI Jateng dibidang pendidikan. Komisi ini bekerja sama dengan lembaga lembaga-lembaga pendidikan Kristen yang diampu oleh kedua sinode. Karena Komisi ini berkedudukan di Salatiga, maka SPGK Widyatama Salatiga menjadi pusat terbentuknya kepengurusan lembaga Beasiswa ini. Pada saat itu ketua lembaga LP3K yaitu Drs. Soetjipto Wirowidjojo  menjadi penghubung kedua sinode ini menjalin kerjasama dengan GKN. Kerjasama dilakukan dalam bentuk dukungan dana beasiswa bagi penerima.

Berdasarkan keputusan persidangan sinode GKJ – GKI Jateng di Kwitang tentang kebijakan penataan badan pelayanan supaya lebih efektif maka pengelola badan-badan pelayanan perlu berdiri sendiri (otonom). Namun demikian tokoh-tokoh gereja dilibatkan dalam kepengurusan. Berdasarkan keputusan itu maka Komisi Beasiswa dibentuk sebagai badan pelayanan dengan status kepengurusan terpisah dari struktur gerejawi.

Komisi Beasiswa awalnya dikelola secara regional dan dilaksanakan oleh masing-masing klasis melalui pendeta utusan. Namun kemudian pengelolaannya diubah menjadi terpusat di Salatiga oleh lembaga beasiswa sinode dengan AD/ART. Dengan AD/ART itu tujuannya semakin dipertegas yaitu untuk mempersiapkan kader-kader gereja. Penegasan itu dengan sebuah ikatan perjanjian bahwa setelah penerima beasiswa lulus maka mereka bersedia ditempatkan oleh Komisi Beasiswa bekerja sama dengan dinas sekolah Sinode GKJ-GKI Jateng (yang sekarang menjadi LP3S). Penempatannya diutamakan pada lembaga Kristen di daerah-daerah yang minus dan sangat membutuhkan dukungan tenaga kader gereja.

Komisi Beasiswa meyediakan dana pendukung meliputi kebutuhan uang sekolah atau kuliah, uang buku, uang pangkal sampai jumlah yang ditentukan, uang pondokan, dan tunjangan lain yang dianggap perlu. [2] Komisi Beasiswa Sinode bukan hanya bertugas menyalurkan dana bantuan, namun juga membina para penerima beasiswa melalui persekutuan yang dikelola oleh pengurus Beasiswa Sinode. Dukungan dana yang utama adalah bantuan dari gereja di belanda (GKN). Namun kemudian sekitar tahun 1990 bantuan dari Nederland diberhentikan. Dengan kondisi tersebut maka dengan mempertimbangakan ketersediaan dana yang ada,ssssszsrsrsrz kebijakan Komisi Beasiswa Sinode tidak lagi memberlakukan ikatan dinas pada lulusan penerima beasiswa.

Cek :

What : KOMBES, LP3K, GKJ-GKI Jateng, GKN
When  : 1965, 1990
Where : Salatiga
How   :
  • lembaga pendukung yang muncul setelah lembaga pendidikan Kristen dengan ikatan perjanjian bersedia ditempatkan.
  • awalnya dikelalola regional melalui perwalian, kemudian kepengurusan sentral diSalatiga
  • Dana utama dari GKN, kemudian diputus harus mandiri dana terbatas kebijakan berubah tanpa ikatan perjanjian
Why   : Mempersiapkan kader kader gereja untuk lembaga-lembaga Kristen yang didukung GKJ dan GKI Jateng



[1] Lihat preambul peraturan dasar tentang beasiswa, 1978
[2]  Pasal 4 macam dan bentuk beasiswa bab ketentuan-ketentuan dasar tentang beasiswa, 1978

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009