Katekisasi Umum

Katekisasi Umum GKJ Ambarawa 1 Juni 2024 Tema: MAJELIS GEREJA MAJELIS GEREJA Who? Siapa? Pilihan kepemimpinan GKJ dalam bentuk Dewan atau Majelis adalah bukan semata didasarkan atas pertimbangan rasional saja, namun juga mengacu dan melihat bagaimana Tuhan Yesus sendiri telah memilih 12 Rasul dan menetapkan mereka sebagai pemimpin Gereja perdana. Memang secara rasional kita tahu bahwa kepemimpinan dalam bentuk Dewan atau Majelis ternyata lebih menjamin dalam penggunaan kuasa kepemimpinan secara benar. Kepemimpinan tunggal jelas beda jauh dengan kepemimpinan majemuk. Memang kita juga tahu bahwa dalam setiap system apapun pilihannya selalu ada titik lemah dan titik kuatnya, maka GKJ memandang pemilihan kepemimpinan dalam bentuk Dewan terbukti telah berjalan secara baik, tidak hanuya terkait dengan pengertian apa itu gereja, namun juga dipandang bahwa kepemimpinan majemuk telah berhasil melewati sejarah dan jaman sehingga menjadikan gereja dapat berfungsi sebagaimana maksud dan tujuan Allah. Boleh dikatakan bahwa GKJ percaya pemilihan bentuk Dewan merupakan wujud pimpinan Roh dalam hidup dan keberlangsungan Gereja di sepanjang sejarah gereja. Dipahami oleh GKJ bahwa Majelis atau Dewan adalah mereka yg secara khusus - atas kehendak Allah dalam kebijaksanaan-Nya dengan perantaraan gereja - dipilih, dipanggil, ditahbiskan atau diteguhkan untuk memangku jabatan gerejawi sebagai Pendeta, Penatua atau Diaken. Mereka secara kolektif di sepanjang sejarah GKJ telah teruji dapat melaksanakan KEPEMIMPINAN gereja secara baik. Maksud adanya Kepemimpinan (Majelis) Atas kehendak Allah melalui gereja, mereka (yg terdiri dari jabatan penatua, pendeta dan diaken) dipakai sebagai alat Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya dan kebijaksanaan-Nya, sebagaimana diatur dalam PPAG dan Tata Gereja. Prinsip atau Azas Kepemimpinan Gereja menganut Azas kepemimpinan berbentuk Dewan yang bersifat Kolektif Kolegial sebagai wujud keyakinan gereja bahwa setiap orang percaya (siapa orang percaya?) berkedudukan setara dan sederajat. Kolektif kolegial mewadahi Azas kesetaraan dan Azas pemerataan. Sebagai orang-orang yang dikasihi dan ditebus serta dikaruniai berkat, orang percaya adalah sama dan sederajat di hadapan Allah. Sebagai orang-orang yang telah diberkati maka setiap orang percaya sama-sama dipanggil sebagai saksi Kristus yang menjadi garam dan terang. Prinsip Kepemimpinan Majelis yang Kolektif kolegial, Setara dan sederajat serta merata, memperlihatkan keyakinan Gereja bahwa Roh Kudus diberikan kepada setiap orang percaya yang telah dibaptis. Sehingga tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ada demokratisasi Roh yang diberikan kepada setiap orang percaya. Berprinsip Egaliter. Bukan berdasar sistem representasi atau keterwakilan namun berdasar sistem partisipasi. Lihat kepemimpinan dalam PL dibanding PB. Dalam PL kita melihat ada penekanan pada sistem keterwakilan di mana Imam Besar mewakili para imam, imam mewakili para lewi, Lewi mewakili setiap warda dewasa orang Israel, dan orang laki-laki dewasa Israel mewakili para perempuan dan anak. Sementara itu dalam PB semua diperhitungkan dan dipanggil untuk berpartisipasi (ini yang kita kenal dengan pengertian Imamat Am orang percaya). Memang ada perbedaan fungsi dan tugas dalam jabatan-jabatan yang ada di dalam gereja. Meski ada perbedaan mereka bersifat DEWAN/MAJELIS. Melakukan kepemimpinan secara kolektif dan kolegial (bersama) sehingga harus ada komunikasi dan kerjasama yang intensif (diwujudkan dlm rapat pleno, rapat bidang, rapat pemerhati, komisi dan rapat2 yang lain). Otoritas Pertanggungjawaban majelis kepada Tuhan Yesus Raja Gereja. Tolok ukur penentu: Keputusan majelis (dicatat dlm Notula Rapat), Peraturan Gereja (dokumen gerejawi yang dimiliki), Akta Klasis, Pedoman dan Peraturan (Klasis dan Sinode), Tata Laksana, Tata Gereja, PPAG dan Alkitab serta dalam doa permohonan atas bimbingan Roh Kudus. Hal itu yang membuat dan menjadikan Majelis sebagai Penanggungjawab seluruh Kegiatan, Keuangan, Administrasi Gereja. Rahasia Jabatan Karena pertanggungjawaban kepada Tuhan, anggota majelis memegang RAHASIA JABATAN. Yakni rahasia yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas jabatannya yang terkait atau menyangkut rahasia warga gereja atau rahasia institusi yang tidak boleh diketahui orang lain kecuali anggota majelis. Rahasia jabatan tidak dimaksudkan untuk membela dosa atau kesalahan, melainkan untuk menjaga agar majelis gereja dalam menyelesaikan masalah tidak mempermalukan pihak yang bermasalah. Ada kode etik pejabat gerejawi. Kena iwakke ora buthek kolame. Kualifikasi (ideal yang diharapkan Tuhan Yesus) 1.Ada motivasi yang baik dan benar. Motivasi yang bersifat intrinsik (dari dalam), dorongan dari dalam, sbg panggilan jiwa, kesadaran dan kemauan sendiri. Shg pelaksanaan tugas dilakukan secara menyenangkan, tidak terasa berat atau terpaksa, agar tidak mudah menyerah. Tidak didorong oleh motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik terwujud dalam sikap: -mengasihi Tuhan -yakin dirinya dipercaya, dipanggil dan ditetapkan oleh Allah -yakin jemaat milik Allah shg berharga dan layak dikasihi 2. Sikap dan perilaku tidak menjadi batu sandungan 3. Memiliki keakraban dengan Allah 4. Sukarela dan semangat pengabdian, menjadi teladan 5. Memiliki pemahaman yang memadai soal Alkitab, PPAG, Tata Gereja, Talak, Pedoman dan Peraturan. 6. Memiliki tanggungjawab yg memadai thd diri sendiri, keluarga, jemaat, mitra pelayanan, masyarakat (Integritas). 7. Mampu memegang rahasia jabatan. 8. Dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan pihak lain. 9. Disiplin waktu (Ngemenke wekdal). Kualifikasi di atas diharapkan ada untuk dapat mewujudkan sifat kepemimpinan majelis yang adalah Pelayanan. Mereka ada dan diadakan oleh Allah untuk melayani kehendak Allah. Agar setiap warga gereja dapat dipelihara iman dan keselamatannya serta dapat memberitakan penyelamatan. Sumber kekuatan pelayanan Majelis 1. Senantiasa bergaul akrab dengan Allah. 2. Berusaha saling menopang di antara anggota majelis. 3. Memahami adanya kesempatan untuk terus belajar berorganisasi dengan baik. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB MAJELIS Tugas Kolektif Majelis secara kolektif bertanggungjawab mengenai segala kegiatan gereja baik di bidang pemeliharaan iman, pemberitaan keselamatan, pengorganisasian gereja, dan kekayaan gereja. Secara konkrit berwujud: a. Menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas kebaktian, sakramen, dan kegiatan-kegiatan pemeliharaan iman. b. Bersama warga gereja melaksanakan pemberitaan keselamatan. c. Menjaga dogma atau ajaran gereja. d. Menyelenggarakan katekisasi atau pengajaran agama kristen. e. Menyelenggarakan sidang Majelis Gereja untuk: 1.Menentukan kebijakan dan arah pelayanan gereja. 2.Melakukan koordinasi tugas-tugas pelayanan majelis. 3.Mengadakan evaluasi pelaksanaan program pelayanan gereja. f. Mengangkat dan memberhentikan badan-badan pembantu majelis gereja serta secara periodik mengadakan pertemuan koordinasi agar ada keselarasan pelayanan. g. Mewakili gereja baik ke dalam maupun keluar. Tugas khusus Tugas khusus penatua adalah melaksanakan pemerintahan gereja demi terlaksananya tugas panggilan gereja. Tugas khusus diaken adalah memelihara iman warga gereja dengan cara memperhatikan kesejahteraan hidup warga gereja dan melaksanakan pelayanan kasih kepada masyarakat umum. Tugas khusus pendeta adalah bertanggungjawab dalam pengajaran gereja melakukan pelayanan khusus: sakramen, sidhi, pertobatan, penahbisan dan peneguhan pejabat gerejawi, pelantikan badan pembantu, pelayanan peneguhan dan pemberkatan nikah. Karena pendeta adalah pelayanan penuh waktu sehingga membutuhkan penahbisan maka pada diri pendeta disyaratkan syarat tambahan: sekolah teologi di kampus milik GKJ. Karena sudah dibekali secara khusus pendeta diharapkan menjadi "pendahulu profesional pelayanan". Namun kekhususan pendeta di atas tidak boleh menjadikan terjadinya "pendetasentris". Hal strategis yang harus disadari oleh setiap dan semua anggota majelis, adalah: 1. Menyusun Renstra dan program pelayanan gereja sebagai arah hidup dan pelaksanaan tugas panggilan gereja. 2. Mengadakan sidang majelis gereja. Karena dalam rapat tersebut segala perkara mengenai kehidupan gereja dibicarakan, maka majelis gereja harus dengan setia dan serius mengikuti rapat majelis gereja. 3. Menyelenggarakan ibadah atau kebaktian. Karena ibadah adalah cara orang percaya bersama-sama mengungkapkan dan menghayati hubungan dengan Allah berdasar keselamatan yang telah diterima maka majelis gereja harus memberi perhatian serius terhadap ibadah. Baik waktu melayani khotbah maupun tidak. 4. Melakukan perkunjungan dan konseling. Perkunjungan adalah salah satu bentuk penggembalaan atau pemeliharaan iman yang sangat ampuh dan dirindukan oleh warga gereja. Oleh karena itu anggota majelis harus memberi perhatian yang serius pada perkunjungan, baik secara pribadi, keluarga maupun kelompok. Ada jadual perkunjungan yang ditata agar tidak ada perasaan warga tidak diperhatikan. Momen Pendadaran perjamuan atau PA atau Sarasehan juga bisa dipakai untuk ajang perkunjungan. Konseling atau pendampingan terhadap warga yang bermasalah sangat membantu warga agar tetap terpelihara imannya. 5. Mengadakan pembinaan dan pengkaderan. Untuk menjadikan warga dapat berperan secara maksimal dalam hidup bergereja dan bermasyarakat, maka pembinaan dan pengkaderan hendaknya dilakukan secara teratur dan terencana. 6. Pemahaman atas Alkitab, Ajaran Gereja atau Tata Gereja. Majelis gereja hendaknya suka belajar. Karena untuk melayani dengan baik dibutuhkan pemahaman yang benar yang didapat dalam Firman Allah dan Tata Gereja. 7. Keteladanan. Kesempatan menjadi anggota majelis adalah kesempatan yang indah sebab kita diajak untuk menjadi teladan bagi seluruh warga gereja. DUKUNGAN KELUARGA DAN HAMBATAN Selain kemampuan untuk mengelola waktu, seorang anggota majelis membutuhkan dukungan. Dukungan suami, istri atau anak sangat menentukan bagi pelayanan anggota majelis. Tanpa dukungan bisa dipastikan pelayanan akan dijalankan tidak maksimal dan optimal. Bagaimana keluarga mewujudkan dukungan? a. Dukungan doa. Agar dapat melakukan pelayanan dengan baik anggota majelis perlu memiliki hubungan khusus dengan Allah. Agar dapat mendapatkan pertolongan dan kekuatan dari Allah. Keluarga perlu mendukung dalam doa. b. Keluarga dengan penuh pengertian dapat menyesuaikan dengan kesibukan suami, istri atau orang tua yang menjadi majelis gereja. Perlu dijalin pengertian dan kerjasama agar pelayanan majelis dapat dilakukan dengan baik. c. Senantiasa mengingatkan dan mendorong agar suami, istri, orang tua dapat menjadi majelis yang setia dan tekun dalam tugasnya. d. Senantiasa memberi kritik yang membangun bagi suami atau istri yang menjadi majelis. e. Perlu menyadari bahwa ada rahasia jabatan yang harus dijaga oleh anggota majelis. Hambatan Berikut beberapa hambatan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas kemajelisan. a. Melemahnya motivasi pelayanan. Ada banyak penyebabnya baik dari dalam maupun dari luar. Sumber motivasi yang kuat adalah Tuhan Raja Gereja. Oleh karena perlu menjaga hubungan yang intim dengan Allah. b. Sikap warga yang suka rewel dan tidak pernah puas. Menghadapi warga yang demikian tidak perlu risau. Asal sebagai anggota majelis kita sudah berusaha yang terbaik untuk Tuhan. Tujuan utama pelayanan bukan memuaskan keinginan warga tetapi memuaskan kehendak Allah. c. Situasi keluarga yang sedang menjadi batu sandungan. Sebagai manusia biasa keluarga bisa jatuh dalam dosa. Menghadapi situasi seperti ini memang harus berani terbuka dan ikhlas. Bila perlu sumene atau mengundurkan diri agar tidak mempengaruhi kehidupan bergereja secara umum. d. Ada tokoh historis atau ekonomis yang merasa paling berjasa sehingga tanpa sadar sering memaksakan kehendak. Tidak perlu terlalu risau, sebab majelis gereja bukan melayani kehendak manusia atau pribadi tertentu. Namun melayani kehendak Allah. Perlu komunikasi organisasi yang baik. Sehingga yang dikerjakan adalah kehendak Allah. e. Adanya tabrakan tugas pelayanan dengan tugas yang lain. Perlu komunikasi dan saling pengertian di antara anggota majelis. Yang penting tugas pelayanan tetap ada yang handle. f. Suasana kerjasama dan kolegialitas yang kurang nyaman. Kita harus sadar bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sehingga setiap anggota majelis dituntut untuk menciptakan komunikasi dan kerjasama yang baik. g. Kurangnya pengetahuan masalah teologi dan gerejawi. Anggota majelis perlu suka membaca buku dan banyak bertanya kepada mereka yang sudah berpengalaman. h. Merasa minder karena pendidikan dan status ekonomi yang rendah. Majelis harus sadar bahwa diri mereka menjadi majelis karena dipilih dan ditetapkan oleh Allah. Yang terpenting adalah apa yang kita lakukan karena Allah yang memerintahkan. Bukan karena kehendak manusia atau orang lain. @terimakasih@

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009