ENGKAU ADALAH MESIAS

Bahan Pemahaman Alkitab
GKJ Ambarawa, 15/17 Sepember 2009

ENGKAU ADALAH MESIAS
Ams. 1:20-33; Mzm. 116:1-9; Yak. 3:1-12; Mark. 8:27-38

Pengantar
Harapan akan kedatangan Mesias sebenarnya tersebar di berbagai pelosok dunia. Di Jawa juga mengenal harapan akan datangnya sang Ratu Adil yang dinyatakan dalam ramalan raja Jajabaya dari Kediri (tahun 1135-1157). Yang mana sang Ratu Adil tersebut disebut oleh raja Jayabaya sebagai Satria Piningit. Selain itu seorang tokoh pahlawan Indonesia yaitu Pangeran Diponegoro juga pernah menganggap dirinya sebagai Ratu Adil. Dia menganggap mampu membebaskan rakyat Jawa dari penjajahan Belanda. Bahkan Soekarno, presiden pertama Indonesia waktu itu juga sering dianggap sebagai Ratu Adil. Namun ternyata sejarah membuktikan bahwa mereka gagal untuk menjadi seorang Ratu Adil.

Di Israel, seorang rabi Yahudi yang sangat terkenal yakni rabi Akiba pernah menganggap tokoh Simeon Bar Kokhba sebagai raja Mesias karena dia memperlihatkan kemampuan yang hebat dalam melawan penjajahan Romawi pada tahun 132-135. Pada waktu pemberontakan Bar Khoba pada tahun 132-135 terhadap kerajaan Romawi diperkirakan penduduk Israel yang mati mencapai jutaan orang, Bait Allah dihancurkan secara total, sebagian menjadi budak dan mereka yang selamat harus terpencar ke seluruh penjuru bumi. Pemberontakan Bar Khoba sungguh berakhir tragis. Karena sejak itu umat Israel kehilangan seluruh tanah dengan masa depan yang suram. Mereka menjadi Israel “diaspora/tersebar” selama hampir 2 milenium!

Sampai kini umat Israel menolak Yesus Kristus sebagai Mesias. Alasan mereka adalah bahwa seorang Mesias harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Membangun Bait Allah yang ketiga (Yeh. 37:26-28)
Mengumpulkan seluruh umat Yahudi dari seluruh pelosok dunia untuk kembali ke tanah Israel (Yes. 43:5-6)
Penjaga suatu era dunia yang damai dan mengakhiri segala kebencian, penindasan, penderitaan dan penyakit (Yes. 2:4).
Menyebarkan pengetahuan dan pengakuan akan Allah Israel yang menyatukan seluruh umat manusia dalam satu kesatuan (Zakh. 14:9).

Ke-Mesias-an Yesus Yang Bebas Dari Derita?
Di lubuk hati umat Israel sepanjang masa makna kehadiran seorang Mesias Allah tidak pernah lepas dari peran politisnya. Pemahaman ini dilatar-belakangi oleh situasi umat Israel yang senantiasa berada dalam penderitaan dan tekanan hidup dari para penjajahan bangsa asing. Itu sebabnya saat kerajaan Romawi menguasai mereka, berulangkali muncul orang-orang yang dianggap sebagai Mesias untuk membebaskan dari penindasan kerajaan Romawi. Umat Israel selalu mengharapkan kedatangan seorang Mesias Allah yang tangguh, tidak terkalahkan, agung dan mampu membawa mereka kepada kesejahteraan yang paripurna. Dengan demikian harapan mesianis umat Israel secara politis pada zaman itu merupakan harapan yang kontekstual. Sehingga manakala mereka menyaksikan betapa besar kuasa Yesus dalam membuat berbagai mukjizat, mereka segera memiliki harapan yang begitu besar kepada Yesus. Mereka mengharapkan Yesus dari Nazaret mampu membebaskan mereka dari belenggu penjajahan bangsa Romawi dan membawa kesejahteraan umat Israel dengan kuasaNya yang mampu menaklukkan alam dan menggandakan roti. Harapan tersebut juga tertanam dalam diri para murid Yesus. Namun bagai petir di siang hari, mereka terkejut saat Yesus menyatakan: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (Mark. 8:31). Mereka yang semula begitu terobsesi dan kagum dengan segala kuasa mukjizat Yesus, kini mereka mendengar suatu pernyataan yang jauh dari harapan dan kerinduan mereka. Karena itu tidaklah mengherankan jikalau Petrus segera memberi reaksi dengan menarik Yesus ke samping dan menegor Dia (Mark. 8:32). Sebab konsep mesianis yang mereka pahami adalah Mesias seperti Yesus tidak boleh sedikitpun menderita, ditolak oleh para pemimpin agama dan mati terbunuh. Kematian seorang yang dianggap Mesias akan membawa dampak yang begitu buruk dalam kehidupan umat Israel.

Namun sikap Petrus yang mewakili sikap para murid dan umat Israel pada umumnya justru dianggap oleh Yesus sebagai pola pikir dari Iblis. Di Mark. 8:33, Tuhan Yesus menegor Petrus, demikian: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia". Dengan pernyataan tersebut, Tuhan Yesus mau menyatakan bahwa konsep mesianis mereka tidak sejalan dengan rencana dan pola pikir Allah. Tentunya Allah sangat memahami penderitaan mereka yang saat itu dijajah dan ditindas oleh bangsa Romawi. Tetapi penyelesaiannya bukanlah dengan perang dan tindakan kekerasan. Sepertinya umat Israel telah melupakan pola kerja Allah yang pernah membebaskan dari cengkeraman bangsa Mesir. Mereka keluar dari Mesir bukan karena mereka mampu menaklukan tentara dan kekuasaan Firaun dengan perang, tetapi melalui tangan Allah yang kuat. Umat Israel dapat tetap eksis sebagai bangsa bukan karena kekuatan dan kepandaian mereka. Di Ul. 9:4 Allah berfirman: “Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu”. Selain itu penyelesaian suatu penindasan dan penderitaan tidak pernah dapat diatasi dengan kekerasan dan perang.

Yang dikehendaki Kristus bagi setiap umat yang percaya kepadaNya adalah umat yang mampu membuktikan wujud dari jalan hidupNya yaitu kasih yang bersedia berkurban. Berita Injil yang kita kabarkan haruslah menjadi suri-tauladan dan pola karakter dalam setiap aspek kehidupan kita. Rasul Yakobus berkata: “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” (Yak. 3:2). Jadi melalui kehidupan dan perkataan kita yang tidak bercela, sesama dapat menyaksikan kehidupan dan karya Kristus yang menyelamatkan dan mendatangkan damai-sejahtera. Dengan pemahaman demikian, kita perlu segera menghentikan segala pola pengakuan iman yang verbalistis(hanya kata-kata) tetapi tidak dapat diwujudkan dalam perilaku yang nyata. Apa yang kita katakan haruslah lahir dari apa yang kita hayati dan imani dalam mengikuti Kristus sebagai satu-satunya jalan hidup kita.

Pertanyaan untuk diskusi:
1.Menurut pengalaman saudara, siapakah Yesus menurut saudara?
2.Mengapa Petrus ditegur oleh Tuhan Yesus?
3.Apa yang dimaksud dengan kata “menyangkal diri”?
4.Apa resep saudara supaya dapat mengendalikan lidah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013