GEREJA BERPERAN SERTA MEWUJUDKAN

GEREJA BERPERAN SERTA MEWUJUDKAN
PEMULIHAN KEUTUHAN CIPTAAN
DALAM RAHMAT ALLAH


1. MENGEMBANGKAN KESADARAN PEMULIHAN KERUSAKAN ALAM

Pembahasan mengenai kerusakan alam dan lingkungan sebenarnya bukanlah hal baru, akan tetapi upaya mengembangkan kesadaran untuk memulihkan alam dan lingkungan tetap terus diperjuangkan. Dalam MPAN 2008 diingatkan bahwa tidak terlalu berlebihan rasanya, kalau zaman di mana kita hidup dewasa ini kita sebut sebagai zaman carut marut, zaman yang diliputi oleh berbagai masalah yang menyangkut kelangsungan hidup umat manusia di planet bumi ini. Rusaknya kehidupan dunia yang meliputi dunia manusia (peradaban, martabat, relasi manusia) dan dunia benda (lingkungan hidup: alam, binatang, tumbuh-tumbuhan, krisis pangan, krisis energi, pemanasan global) merupakan ancaman serius yang akhirnya akan memunahkan kehidupan manusia di dunia ini.
Dalam MPDK 2009 ini perhatian kita kembali diajak untuk melanjutkan penghayatan kesadaran berperan serta mewujudkan penanggulangan dan upaya memulihkan akan adanya kerusakan kehidupan dunia benda ini terutama muncul oleh adanya ancaman pemanasan global (global warming). Tiba-tiba kita menemukan diri kita berada dalam suatu dunia yang sungguh-sungguh sedang menghancurkan kehidupan di planet bumi ini. Dampak pemanasan global sebagaimana dikemukakan dalam Pers Release Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2007 lalu seperti: gempa bumi dan tsunami yang sudah dan setiap saat masih akan menimpa kepulauan Indonesia; naiknya permukaan air laut menimbulkan kekhawatiran dari 1/3 masyarakat dunia yang tinggal di daerah pantai (jika tidak ada pengatasan yang serius maka diperhitungkan termasuk akan menenggelamkan seluruh DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat paling lambat akhir abad ini); defisit air tanah (air bersih untuk minum makhluk hidup) yang sudah terjadi saat ini; Perubahan iklim sehingga mempengaruhi pertanian dimana tanaman akan jauh lebih rentanterhadap hama dan penyakit dan pada gilirannya akan merapuhkan daya tahan kesehatan masyarakat. Semua itu sungguh-sungguh merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Di tengah-tengah pergumulan hidup yang sedang melanda kita semua dewasa ini sebagaimana digambarkan di atas, kita – warga gereja GKJ dan GKI SW Jateng – bersama-sama segenap orang beriman di seluruh dunia, akan memasuki masa Paskah dan Pentakosta tahun 2009. Bagi warga gereja GKJ dan GKI SW Jateng, dalam masa Paskah dan Pentakosta tahun 2009 ini kita akan menggumuli tema:
GEREJA BERPERAN SERTA MEWUJUDKAN
PEMULIHAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM RAHMAT ALLAH
Apa makna tema itu bagi kita, yang tengah bergumul dengan ancaman serius yang akan memunahkan kehidupan manusia di dunia ini?

2. PENGORBANAN KRISTUS, MEMULIHKAN KEUTUHAN CIPTAAN
Melalui tema „GEREJA BERPERAN SERTA MEWUJUDKAN PEMULIHAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM RAHMAT ALLAH” ini, baik dalam rangka menghayati makna karya penderitaan - kematian dan kebangkitan Kristus (Paskah) maupun menghayati makna kehadiran Kristus dalam kuasa penyertaan-Nya melalui Roh kudus bagi dunia ini (Pentakosta), kita diajak untuk menggumulinya berdasarkan keyakinan akan adanya Rahmat Allah yang memulihkan keutuhan ciptaan-Nya. Artinya, dalam rangka menghayati makna Paskah dan Pentakosta bagi kita pada masa kini, kita diajak untuk menggumuli rahmat Allah yang sedang memulihkan ciptaan-Nya menuju terwujudnya „langit dan bumi baru“ (Wahyu 21:1-8). Kita diajak menggumuli rahmat Allah yang sedang memulihkan ciptaan-Nya menuju terwujudnya „langit dan bumi baru“ itu sudah dan sedang berlangsung, dan melibatkan gereja untuk berperan serta mewujudkan pemulihan keutuhan ciptaan. Penyertaan Rahmat Allah merupakan kekuatan dan sekaligus jaminan Tuhan bagi gerak mewujudkan pemulihan keutuhan ciptaan umat manusia dewasa ini.

3. RAHMAT ALLAH: PEMULIHAN KEUTUHAN CIPTAAN
Sebagaimana telah disebut dalam Bahan Dasar MPAN 2008 yang lalu, maka dalam MPDK 2009 kata Rahmat Allah yang muncul sebagai tema juga memiliki pengertian yang sama. Kata “rahmat”, seakar dengan kata rahim, memiliki makna kasih sayang seorang ibu kepada anak kandungnya. Ungkapan “rahmat Allah”, menunjuk kasih sayang Allah yang dicurahkan kepada umat-Nya. Dalam kaitannya dengan dunia ciptaan, baik dunia manusia yang mencakup: peradaban, martabat, relasi manusia, serta dunia benda yang mencakup lingkungan hidup: alam, binatang, tumbuh-tumbuhan, pangan, energi, dsb., Rahmat Allah yang menunjuk kasih sayang Allah yang dicurahkan kepada manusia itu terwujud dalam pemulihan keutuhan ciptaan (dunia manusia dan dunia benda).
Wujud Rahmat Allah yang memulihkan seluruh ciptaan itu dinyatakan melalui penglihatan Yohanes dengan datangnya “langit dan bumi yang baru dengan Yerusalem yang baru, turun dari sorga” (Wahyu 21: 1-8). Terwujudnya “langit dan bumi baru” itu datang dari Allah dan karya Allah sendiri. Terwujudnya “langit dan bumi baru” ini adalah Rahmat Allah, kasih sayang Allah yang dicurahkan kepada umat manusia.
Penglihatan Yohanes tentang datangnya Rahmat Allah dengan terwujudnya “langit dan bumi baru” itu, penglihatan Yohanes itu menunjuk dua arah. Arah yang pertama menunjuk masa depan yang menjadi tujuan seluruh alam. “Langit dan bumi baru” itu merupakan realitas masa depan dari bumi yang kita diami sekarang ini. Dalam “langit dan bumi baru” ini Allah tinggal bersama-sama dengan manusia, manusia menjadi umat-Nya dan Allah benar-benar menjadi Allah mereka, suatu realitas yang mencerminkan pulihnya seluruh ciptaan. Arah yang kedua menunjuk pada realitas sekarang yang sedang dan masih akan terus berlangsung, di bumi sekarang yang masih kita diami ini menuju kedatangan-Nya pada akhir zaman. Penglihatan Yohanes tentang “langit dan bumi baru” dengan Yerusalem baru itu tidak saja menjanjikan masa depan gemilang yang menjadi tujuan seluruh alam ini, melainkan juga memastikan manusia bahwa sekarang ini juga kita dikelilingi oleh Rahmat Allah yang adalah kasih Allah yang setia menopang, memelihara, membangun dunia ini. Pengakuan akan Rahmat Allah atau karya penyelamatan Allah yang telah dan sedang berlangsung sampai dengan kedatangan-Nya pada akhir zaman itu, tercermin dalam karya Allah melalui sejarah kehidupan umat manusia pada masa kini yang dengan tulus dan sungguh-sungguh mewujudkan kehendak Allah; mewujud dalam perjuangan orang-orang yang menegakkan kebenaran dan keadilan, menjauhi keinginan dan tindak korupsi, meninggalkan tindakan kekerasan dalam arti luas, berlaku adil dan rendah hati, meninggalkan keserakahan, membela kerukunan hidup, membangun dan memperbaiki lingkungan hidup, mencegah penggunaan pestisida dsb.

4. GEREJA MENANGGAPI PENGORBANAN KRISTUS DENGAN BERPERAN SERTA MEWUJUDKAN PEMULIHAN KEUTUHAN CIPTAAN
Pengakuan akan Rahmat Allah atau karya penyelamatan Allah yang telah dan sedang berlangsung sampai dengan kedatangan-Nya pada akhir zaman atau kesempurnaan pada zaman akhir itu, memiliki konsekuensi sebagai sebuah keterikatan bagi Gereja. Pengakuan itu perlu terus menerus diwartakan, agar keyakinan akan Rahmat Allah atau karya penyelamatan Allah itu tetap segar dalam ingatan dan semangat orang-orang beriman, khususnya bagi warga gereja/anggota jemaat GKJ dan GKI SW Jateng. Pewartaan dan pembaruan tekad akan datangnya Rahmat Allah yang memulihkan keutuhan ciptaan itulah yang dimaknai dengan kata ajakan Gereja berperan serta mewujudkan pemulihan keutuhan ciptaan dalam Rahmat Allah.
Terhadap ancaman kerusakan alam dan lingkungan, gereja harus meneruskan karya Kristus yang telah mengorbankan diri untuk keselamatan dan pemulihan keutuhan ciptaan. Betapapun dirasakan sangat kecil namun gerak nyata untuk mewujudkan keikut sertaan karya pemulihan alam lingkungan itu perlu dilaksanakan secara aktif dan dinamis. Artinya tidak hanya dilakukan dengan mengenang dan merayakan karya pemulihan keutuhan ciptaan sebagai wujud Rahmat Allah, tetapi juga dengan mendalami dan menghayati ulang dasar-dasar iman tentang karya pemulihan keutuhan ciptaan, mendalami dan menghayati ulang komitmen serta karya kita untuk ikut ambil bagian dalam pekerjaan Allah dalam menegakkan kebenaran, keadilan, perdamaian, mencegah pengrusakan lingkungan hidup, membangun lingkungan hidup.
Menurut Kejadian 1:28-30, manusia ditugasi oleh Allah untuk memenuhi, menaklukkan, dan menguasai bumi (bandingkan Mazm. 8:6). Kejadian 1: 28: “…beranakcuculah dan penuhilah bumi dan taklukkan itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi,” diklaim sering membawa masalah. Dalam perintah ini, kuasa manusia untuk memerintah, kedudukannya sebagai raja yang menyerupai Allah. Hal ini juga dijelaskan dalam Kejadian 2:15 dst. Kedua ayat tersebut masing-masing tidak hanya berkaitan dengan salah satu tugas memelihara dan mengembangkan dunia benda (lingkungan hidup: alam, binatang, tumbuh-tumbuhan, pangan, energi, dsb.) sesuai dengan kehendak Allah saja. Ayat-ayat tersebut juga berkaitan dengan tugas mengembangkan peradaban manusia berdasarkan norma-norma Allah bagi kehidupan manusia, yaitu mewujudkan keutuhan ciptaan dalam dunia manusia. Penaklukkan dan penguasaan, (dari kata “Subdue”) adalah perintah untuk memelihara natural world. Jadi, kata “subdue” mengarah pada stewardship, bukan pada kata domination. Karena dalam Kej 2: 15, (“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”), Allah memang memerintahkan manusia untuk memelihara Taman Eden. Taman Eden adalah simbol dari bumi, yang dilihat oleh Allah sebagai karya-Nya yang baik. Dari kutipan Kejadian ini, manusia bukan semata-mata dianjurkan mengusahakan bumi tetapi juga memelihara bumi. Perintah Allah dalam Kitab Kejadian tersebut, tidak boleh dijadikan sebagai alasan (“apologi”) untuk membenarkan diri bahwa manusia boleh menaklukan alam tanpa menghiraukan efeknya terhadap manusia. Manusia adalah gambar dan rupa Allah. “Kuasa penaklukan” merupakan kekuasaan yang diberikan Allah kepada manusia sebagai bukti bahwa Allah mengajak manusia sebagai partner: ikut menyempurnakan dan bertanggungjawab atas makhluk lain di bumi.
Melalui pembahasan yang ditindak-lanjuti secara aktif dan kreatif dalam MPDK tahun ini, kiranya gereja-gereja dapat menyumbangkan banyak gagasan positif guna mewujudkan penyelamatan alam dan lingkungan di tengah kehidupan nyata masyarakat. Biarlah semua itu merupakan bentuk nyata persembahan kita kepadaTuhan Allah sang Pencipta alam semesta. SELAMAT BERKARYA !

Pertanyaan Sarasehan:
1.Menurut saudara, sudahkah kesadaran akan pentingnya memelihara alam dimiliki oleh kebanyakan masyarakat? Peran apa yang dapat kita lakukan agar kesadaran akan pemeliharaan alam menjadi semakin meluas?
2.Datangnya langit dan bumi yang baru sering dimaknai dengan datangnya kesejahteraan bagi manusia. Mungkinkah manusia dapat sejahtera tanpa memperhatikan kelangsungan makhluk hidup yang lain?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013