PERLINDUNGAN BAGI YANG TERTINDAS

Bahan Pemahaman Alkitab
GKJ Ambarawa, 28/30 Juli 2009

PERLINDUNGAN BAGI YANG TERTINDAS
II Sam. 11:1-15; Mzm. 14; Ef. 3:14-21; Yoh. 6:1-21
Benang merah:

Mzm. 14:1-7
Mzm. 14:1 mengungkapkan sikap hati orang-orang atheistis, yaitu: "Tidak ada Allah. Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik”. Manakala kita mencermati makna Mzm. 14:1 tersebut, maka pengertian “atheisme” sebenarnya bukan hanya terbatas kepada sikap ketidakpercayaan akan Allah, tetapi juga menyatakan bagaimana bentuk dari “atheisme aksi”. Yang mana sikap atheisme-aksi justru sangat berbahaya dan merusak nilai-nilai kehidupan sebagaimana diungkapkan oleh Mzm. 14:1, yaitu: “Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik”. Bahkan Mzm. 14:3 lebih tegas lagi, yaitu: “Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”. Bentuk atheisme-aksi secara sengaja mempratekkan setiap hal yang tidak dikehendaki oleh Allah. Padahal melanggar setiap firman Allah secara sistematis dan bersengaja berarti kita secara prinsipiil telah meniadakan realitas kasih, keadilan dan kebenaran. Dengan demikian sikap atheisme-aksi pada hakikatnya mengejawantahkan nilai-nilai dan pemahaman “atheisme kepercayaan” dengan bentuk penistaan dan peniadaan terhadap harkat atau martabat manusia. Tepatnya sikap operatif dari “atheisme-aksi” adalah: upaya secara bersengaja untuk menindas, menista dan melenyapkan nyawa sesamanya.

Mzm. 14:4 berkata: “Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN? ”. Kesaksian Alkitab tersebut dalam kenyataan hidup sehari-hari justru sering dilanggar oleh orang yang menganggap dirinya beragama atau beriman. Cukup banyak kasus yang memperlihatkan bagaimana sikap orang beragama yang sering menganggap remeh nyawa orang lain khususnya sesama yang dianggap “kafir”. Seakan-akan darah “orang kafir” halal untuk ditumpahkan. Padahal hidup orang yang dianggap “kafir” juga milik Allah. Hal ini bisa kita lihat secara nyata pada apa yang telah dilakukan oleh para teroris dengan bom bunuh dirinya.

Mzm. 14:5 berkata: “Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar”. Allah akan memberi hukuman dan kekejutan bagi setiap penindas dan orang lalim, tetapi Dia akan menyertai angkatan umat yang hidup benar. Jika demikian, tolok ukur yang benar untuk menentukan tingkat/mutu iman setiap umat percaya adalah sejauh mana umat percaya telah memposisikan dan memerankan diri dalam relasinya dengan sesama. Apakah umat percaya dalam kehidupan sehari-hari telah memposisikan diri sebagai seorang penindas, ataukah mereka menjadi pelindung dan pembela bagi setiap orang yang tertindas.

Mzm. 14:6 berkata: “Kamu dapat mengolok-olok maksud orang yang tertindas, tetapi TUHAN adalah tempat perlindungannya”. Manusia dapat menghina dan merendahkan orang-orang yang tertindas. Tetapi hanya Allah saja yang menjaga dan melindungi setiap orang yang lemah dan tertindas. Tepatnya Allah tidak pernah berpihak kepada orang-orang yang menindas sesamanya yang lemah. Sebaliknya Allah senantiasa melawan setiap orang yang menindas dan berlaku sewenang-wenang kepada mereka yang lemah. Sehingga Allah memberikan perlindungan yang aman kepada umatNya yang lemah. Itu sebabnya kata “berlindung” berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “mencari perlindungan di dalam” atau “bersembunyi di dalam” atau “bersembunyi bersama”. Artinya: umat percaya yang tertindas akan mencari perlindungan di dalam Allah.

II Samuel 11:1-15
Kita sama sekali tidak menjumpai kesaksian tentang kepahlawanan Daud, atau peran Daud sebagai raja yang seharusnya menjaga dan melindungi rakyatnya. Bilamana para raja setiap tahun menunjukkan perannya dengan mengerahkan kekuatan militernya untuk menjaga keselamatan rakyat, justru saat itu Daud lebih memilih untuk tinggal di istana. Saat tentara dan Yoab panglima perangnya sedang bertaruh nyawa dalam peperangan melawan bani Amon, Daud malahan bersantai-ria di istananya.

Daud benar-benar tidak dapat mewujudkan dirinya sebagai pelindung rakyatnya ketika ia jatuh dalam kesalahan yang fatal secara ganda. Perzinahannya dengan Batseba serta rencana liciknya untuk Uria menjadikannya jatuh masuk dalam jurang yang begitu teramat dalam.

Dengan kekuasaan Daud sebagai raja dan skenario jahatnya yang sangat lihai, rasanya waktu itu tidak mungkin ada yang mampu membongkar skandal perzinahan dan pembunuhan terhadap Uria. Walaupun Yoab selaku panglima perang sebenarnya mengetahui secara persis seluruh kejahatan dan kelicikan Daud, tetapi dia tidak mungkin berani menegur atau mengingatkan Daud. Apakah Allah juga ikut bungkam menyaksikan kejahatan Daud tersebut? Bukankah Allah sendiri yang telah memilih dan mengurapi Daud untuk menjadi raja atas umatNya? Apabila Allah saat itu ikut berdiam diri terhadap Daud, maka Dia akan menjadi “Allah yang amoral”. Sikap bungkam dengan membiarkan kejahatan tetap berlangsung berarti kita juga ikut menyetujui dan membenarkan kejahatan tersebut.

Tetapi tidaklah demikian sikap Allah. Dia adalah Allah yang kudus dan adil. Allah tidak segan-segan menghukum Daud. Bentuk hukuman Allah adalah: keturunan Daud akan tertimpa oleh pedang (II Sam. 12:10), dan isteri-isteri Daud akan diambil di depan matanya untuk diberikan kepada orang lain (II Sam. 12:11-12). Para penjahat mungkin dapat mewujudkan impiannya yang jahat, tetapi mereka pasti akan menuai dari apa yang telah ditaburkan. Demikian pula dengan kasus Daud. Dia juga harus membayar harga yang sangat mahal, bahkan para keturunannya tidak akan luput dari pedang. Daud juga harus mengalami rasa malu dan kesedihan yang sangat besar saat isteri-isterinya direbut dan digauli dengan paksa oleh Absalom anaknya. Walaupun Daud adalah seorang yang dipilih dan diurapi oleh Allah, tetapi tidak berarti dia memperoleh kekebalan atau dispensasi atas seluruh kesalahan dan dosa-dosanya. Justru intensitas hukuman Allah kepada Daud dan keturunannya lebih besar dari pada hasil skenarionya yang licik dan kejam terhadap Uria.

Hukuman Allah terhadap Daud menunjukkan hakikat Allah adalah kudus dan adil. Dia tidak pernah membiarkan kejahatan dan ketidakadilan menguasai kehidupan manusia. Selain itu Allah yang menyatakan diri sebagaimana yang disaksikan oleh Alkitab adalah Allah yang juga selalu berpihak kepada umat yang tertindas. Sehingga nyawa orang benar seperti Uria tidak pernah diabaikan. Padahal hakikat kebenaran harus selalu diperjuangkan dan diwujudkan sehingga menjadi suatu kenyataan hidup. Itu sebabnya dalam menegakkan keadilanNya Allah berpihak membela posisi Uria yang tertindas dengan melawan dan menghukum Daud. Kasih dan kesetiaan Allah kepada Daud tidak pernah membungkam atau melumpuhkan keadilanNya.

Yoh 6:1-21
Injil Yohanes menceritakan cerita-cerita pelayanan Yesus yang memusat pada tindakan melindungi orang-orang percaya. Perlindungan secara ekonomis dengan memberi makan bagi mereka yang kelaparan (ayat 1-15) serta perlindungan terhadap para murid yang sedang ada dalam bahaya maut oleh karena bahaya alam (ayat 15-21).

Efesus 3:14-21
Bagi umat percaya yang konsisten untuk menjadi pelindung dan pembela bagi sesamanya yang tertindas, maka doa rasul Paulus di Ef. 3:16-17 dapat dijadikan acuan dan landasan sikap. Karena di Ef. 3:16-17 rasul Paulus berdoa demikian: “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih”.

Di Ef. 3:20 rasul Paulus berkata: “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita”. Jika demikian, kasih Kristus menjadi landasan utama dari setiap karunia dan panggilan hidup kita untuk menjadi pembela dan pelindung setiap orang yang tertindas.

Pertanyaan untuk diskusi:
1.Sebutkan bentuk-bentuk penindasan yang mungkin terjadi di sekitar kita?
2.Apa yang biasa dikerjakan orang jika melihat penindasan terjadi di sekitar mereka?
3.Apa yang membuat kita terdorong untuk membela dan memberikan perlindungan pada mereka yang tertindas? Lihat tindakan Allah pada Daud dan lihat apa yang telah dilakukan Yesus dalam Injil.
4.Bekal apa yang harus kita miliki agar kita dapat menjadi pelindung bagi mereka yang tertindas? Lihat cara Natan serta bacaan Efesus 3.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013