mas Ef Kabluk

MATERI PEMBINAAN GURU DAN KARYAWAN
YAYASAN PSAK SEMARANG
Bulan September 2012

Bacaan :  Ibrani 12: 1-17, 1 Korintus 10: 13

Saudara-saudara yang terkasih,
Pada suatu hari ada seorang guru biologi mengajar murud-muridnya mengenai bagaimana seekor ulat menjadi kupu-kupu. Sambil meletakkan kepompong di mejanya, ia mengatakan bahwa kupu-kupu akan berjuang sendiri untuk bisa keluar dari kepompong. Tetapi tidak ada satu makhlukpun yang bisa membantunya kecuali dirinya sendiri. Setelah mengatakan seperti itu ia pun meninggalkan kelas.
Murid-muridpun menanti kupu-kupu itu keluar dari kepompong. Tak lama kemudian tampak seekor kupu-kupu sedang berjuang keras untuk bisa keluar dari kepompongnya. Yang lain juga demikian, bahkan ada yang tampak mengalami kesulitan. Melihat hal seperti itu, ada seorang siswa yang merasa kasihan. Lalu ia membantu kupu-kupu itu keluar dari kepompongnya, dengan cara menyobek ujung kepompong itu agar lubangnya menjadi lebih lebar. Memang kupu-kupu itu bisa keluar, merasakan kebebasan, tetapi sayang, tidak lama kemudian kupu-kupu itu mati.
Ketika guru tersebut masuk ke kelas dan mengetahui apa yang terjadi, ia sangat menyayangkan hal tersebut bisa terjadi. Ia  menjelaskan bahwa menolong kupu-kupu keluar dari kepompong sama saja membunuhnya. Sebab sudah merupakan hukum alam bahwa perjuangan seekor kupu-kupu untuk keluar dari kepompongnya sebenarnya akan melatih  sayap dan tubuhnya menjadi semakin kuat.

Saudara-saudara yang terkasih,
Sebenarnya Tuhan menginginkan agar kita sebagai anak-anak-Nya memiliki iman yang kokoh kuat. Memiliki kepribadian yang mampu menyinarkan citra Kristus dengan sebaik-baiknya. Tuhan juga ingin agar kita anak-anak-Nya tidak mudah terpengaruh dan mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Sebab hal tersebut jelas-jelas akan menjerumuskan kita sendiri menuju pada kehancuran dan dosa.
Nah untuk maksud tersebut,  kadang Allah membiarkan kita ketika kita harus menghadapi kesulitan dan beban berat. Ketika kita harus menghadapi penderitaan dan kesengsaraan. Tidak jarang kita merasakan seolah-olah kita ditinggalkan oleh sahabat-sahabat kita. Kita dibiarkan berjuang sendiri mengatasi segala persoalan kita.
Bagaimana sikap kita apabila kita menerima keadaan yang semacam itu?

Saudara-saudara yang terkasih,
Ada orang yang kemudian mengeluh dan terus mengeluh, mengatakan betapa beratnya hidup ini, dsb. Ada yang kemudian lari mencari hiburan-hiburan duniawi. Ada yang misuh-misuh menyalahkan siapapun yang bisa disalahkan. Ada yang malah pengin bunuh diri. Tetapi ada pula yang sejak awal menyadari bahwa hidup ini tidak mudah, karena itu apabila terjadi kesulitan dan penderitaan itu sudah hal yang lumrah. Ada yang menyadari sejak awal bahwa yang namanya melayani itu memang tidak selamanya kepenak, kadang-kadang harus menelan “pil” yang amat “pahit” juga. Ada juga yang berkeyakinan bahwa mereka pasti mampu mengatasi segala kesulitan dan penderitaan yang dihadapi, sebab (1) semuanya itu tidak akan melebihi kekuatan mereka. (2) Allah tidak akan membiarkan mereka beroleh beban melebihi kekuatan mereka. (3) Tuhan pasti memberi jalan keluar (1 Kor 10:13).

Saudara-saudara yang terkasih,
Kita tidak ada bedanya dengan kupu-kupu yang harus berjuang untuk keluar dari kepompong. Kita diharapkan untuk tidak cengeng, tidak “kebakaran jenggot” , tidak mudah menyerah kalah, tidak lalu menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan. Sadarilah itu semua bagian dari rancangan Tuhan untuk melatih “otot-otot” iman kita dan kesungguhan kita mengikut Yesus.
Memang ketika kita menerima “gemblengan” Tuhan tersebut tidak mengenakkan. Namun percayalah, ada rencana Tuhan yang indah untuk anak-anak-Nya, yakni bertumbuh dan dibentuk sesuai dengan kehendak-Nya (Ibr. 12: 11).


Bahan refleksi:
Mari kita renungkan keberadaan kita masing-masing: seperti apakah kita selama ini? Sudah seperti kupu-kupu yang siap berjuang keluar dari kepompong? Atau masih suka terus menerus tinggal dalam kepompong?
Selamat beraktivitas. Tuhan  memberkati.


semarang, september 2012
efrayim pw

Catatan:
Materi ini masih perlu dikembangkan lebih dalam oleh para Pendamping Spiritual, disesuaikan dengan kebutuhan setempat.




Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013