Renungan PSAK
Senin, 01
Oktober 2012
Bacaan : Pengkhotbah
11 :1-6.
BERBUAT LEBIH
Taburkanlah
benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada
petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan
berhasil, atau kedua-duanya sama baik. 11:6
Suatu hari,
sebuah tim sepak bola ditangani oleh seorang pelatih baru yang bernama Casey
Seymour. Ketika latihan berakhir, para pemain diperintahkan untuk larikeliling
lapangan sebanyak 10 putaran berturut-turut. Dan setiap yang menempuh jarak
waktu paling lama harus mengulanginya. Para pemain tidak setuju dengan metode
latihan yang baru ini. Mereka mengeluh karena mersa kelelahan menghadapi
beratnya latihan.
Hingga tiba
saat bertanding, para pemain baru merasakan manfaat latihan tersebut. Mereka
menyadari bahwa karena latihan penutup itulah mereka dapat bermain dengan
stamina yang prima sepanjang pertandingan. Dengan kekuatan fisik yang lebih
maksimal, mereka dengan mudah memenangkan berbagai pertandingan.
Sebagian orang
mungkin memiliki cara pandang yang keliru tentang keharusan untuk melakukan
lebih. Banyak orang mengeluh dan menjadikan ini sebagai beban. Mereka berfikir
bahwa yang dilakukannya adalah usaha sia-sia karena tidak menambah hasil, atau
mungkin hanya menghasilkan sedikit yang tidak sebanding dengan usaha yang
mereka lakukan. Sama seperti anak-anak didik Casey Seymour yang mengeluh ketika
harus menjalani latihan penutup.
Saudara, perlu disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan, kita
pun perlu melakuakan lebih banyak. Sama seperti sebuah latihan sebelum
menghadapai pertandingan. Sebagai contoh seorang siswa perlu belajar dan
berlatih mengerjakan banyak soal agar ia dapat menyelesaikan ujian dengan baik.
Dalam bekerjapun kita juga perlu bekerja lebih banyak. Dimulai dari hal-hal
kecil, misalnya : lebih disiplin dalam bekerja, dengan datang lebih awal dan
pulang lebih akhir. Selain itun kita perlu bekerja lebih keras, mau belajar,
tekun dan sabar dalam menjalani segala sesuatu, untuk meningkatkan
kwalitas diri yang maksimal. Memang berat rasanya. Tetapi percayalah bahwa
usaha yang kita lakukan tidak akan sia-sia, semakin kita mau melakukan lebih,
maka semakin banyak pula keberhasilan yang bisa kita dapatkan. Selamat bekerja.
Tuhan memberkati. Amin.
Sabtu, 6 Oktober
2012
BERSUNGUT-SUNGUT
atau TETAP BERSUKACITA
"Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?" Keluaran 14:11
Dalam kehidupan
ini terkadang 'langit tampak cerah dan tak berawan', tapi ada kalanya 'mendung
dan gelap menggelayut di langit'; ada ujian dan rintangan. Namun
kita harus percaya bahwa di balik 'hujan' selalu ada 'pelangi yang
indah'. Bila semuanya diijinkan terjadi, percayalah bahwa Tuhan tidak
pernah meninggalkan dan membiarkan kita bergumul sendirian. Pemazmur
berkata, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan
kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan
menopang tangannya." (Mazmur 37:23-24). Firman Tuhan yang kita
baca hari ini mencontohkan kehidupan bangsa Israel yang tidak pernah mensyukuri
kebaikan Tuhan. Hari-hari mereka dipenuhi dengan ketidakpuasan dan keluh
kesah. Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang dicintai, dikasihi dan
diberkati Tuhan. Banyak mujizat yang telah mereka lihat, alami dan rasakan,
namun tetap saja mereka bersungut-sungut setiap harinya, dari mulutnya tidak
pernah keluar ucapan syukur. Berbagai mujizat yang terjadi ternyata tidak
cukup untuk mengubah sikap hati bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut,
tetapi justru semakin menjadi-jadi.
Ayat nas di
atas menunjukkan bahwa bangsa Israel lebih senang hidup dalam perhambaan di
Mesir daripada menjadi bangsa yang merdeka. Bahkan mereka pun berani
melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah karena tidak
sabar menantikan Musa (baca Keluaran 32).
Bukankah kita juga sering tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan, lalu
kita pun bersungut-sungut dan menggerutu setiap hari. Karena persungutan,
kita pun kehilangan sukacita. Kata sukacita semakin jauh dari kamus hidup
kita. Perhatikanlah: sukacita itu sesungguhnya diawali dari iman
yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Tidak hanya itu, Tuhan juga
melengkapinya dengan pengharapan, dan pengharapan itu tidak mengecewakan (baca Roma 5:5). Karena
imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.
Tidak selayaknya
kita bersungut-sungut kepada Tuhan; seharusnya hati kita senantiasa bersukacita
karena kasih dan kebaikanNya melimpah atas kita. Selamat menyambut hari Minggu.
Tuhan Memberkati. Amin.
Senin, 8
Oktober 2012
Bacaan : 2
Korintus 12: 1-10
SATU JURUS
"Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya
kuasa Kristus turun menaungi aku. 2 Kor.12:9.
Di sebuah kota
kecil di Jepang terdapat seorang anak yang tidak memiliki lengan kiri. Meski
demikian, anak itu ingin sekali berlatih bela diri judo. Anak itu kemudian
mendatangi sebuah perguruan judo dan bertemu dengan seorang guru. Ketika tiba
satnya berlatih, ternyata sang Guru hanya mengajarkan satu jurus. Dari bulan ke
bulan ia hanya mempelajari jurus itu sehingga akhirnya ia naik tingkat yang
lebih tinggi, dengan satu jurus yang sama. Ia bertanya-tanya kenapa ia tidak
diajarkan jurus yang lain ? Namun sang Guru hanya diam membisu. Sang Guru
mengikutsertakankannya di dalam sebuah turnamen Judo antar perguruan. Dengan
mudah anak itu menjatuhkan semua lawannya, mulai dari babak penyisian hingga
final. Tidak satupun petarung, bahkan yang jauh lebih professional dapat
mengalahkannya. Ia mendapat juara satu.
Anak itu pun
kemudian mengikuti kejuaraan-kejuaraan. Ia pun selalu mendapat juara satu.
Walaupun begitu, ada sesuatu yang masih mengganjal dalam hati. Akhirnya ia
memberanikan diri bertanya kepada kepada gurunya : ”Guru, bertahun-tahun
menjadi murid guru, kenapa saya hanya mempelajari satu jurus saja, tidak
seperti teman-teman yang lain? Apa karena saya hanya memiliki satu lengan?” Sang Guru
menjawab : ”itu adalah jurus yang sangat mematikan, yang paling sulit dan tidak semua
orang bisa melakukannya. Dan satu-satunya kelemahan dari jurus ini adalah
dengan mengunci lengan kirimu”. Kini anak itu sadar, bahwa kekuatannya ada pada
kekurangannya, yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh siapapun.
Saudara, untuk
mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kita perlu menggali dan mengembangkan.
Cari penyebab dan jalan keluar agar kelemahan itu tidak menjadi hambatan bagi
kita untuk tetap berkarya. Kita tidak perlu menutupi kekurangan diri kita
tetapi kita optimalkan potensi yang ada. Hidup ini adalah perjuangan yang harus
kita menangkan. Jangan sampai kalah dan berhenti hanya karena kekurangan yang
kita meiliki. Karena dalam kelemahanlah Kuasa Tuhan akan dinyatakan dalam hidup
kita, asalkan kita ma uterus berupaya untuk mengembangkan semua talenta yang
kita miliki. Selamat bekerja Gusti Mberkahi. Amin.
Sabtu, 13
Oktober 2012
Bacaan : 1
Tesalonika 3: 11-13
Kuasa Kasih
Kiranya Tuhan
menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih... Tesalonika 3:12
Hal-hal paling
baik dan paling indah di dunia ini tidak bisa dilihat dengan mata, atau
disentuh ... tetapi dirasakan dengan hati.
Anda mungkin
pernah membaca kata mutiara yang sangat menyentuh hati tersebut. Hanya mungkin
Anda tidak pernah tahu sebelumnya bahwa pengarang kata mutiara tersebut adalah
Helen Keller, seorang wanita yang buta tuli sejak berusia 19 bulan. Karena
cacat itulah Helen bertumbuh menjadi anak yang susah diatur. Dia tidak bisa
melihat dan tidak bisa mendengar suara apapun. Dia tak bisa berkomunikasi
dengan dunia sekitarnya.
Rasanya hampir
mustahil untuk membuat Helen bisa berkomunikasi karena ia buta sekaligus tuli.
Adalah seorang
Anne Sullivan yang penuh dengan kasih mencoba mengajari Helen untuk bisa
berkomunikasi. Anne mengajari Helen untuk membaca gerakan tangannya di atas
telapan tangan Helen. Setelah sekian lama tanpa hasil, akhirnya Helen bisa
mengerti juga dengan apa yang dimaksud Anne lewat sentuhannya di atas telapak
tangannya. Semenjak itu kemampuan belajarnya jauh di atas orang normal meski ia
buta dan tuli. Sampai hari ini kita mengenal Helen Keller sebagai seorang
pembicara yang luar biasa, menjadi berkat bagi banyak orang dan jasanya terus
dikenang sampai sekarang. Meski namanya jarang dibicarakan, saya sangat salut
dengan Anne Sullivan.
Mengajari orang
buta- tuli bukan hal yang mudah, dan rasanya juga mustahil. Namun karena ia
didorong oleh kasih, maka tak ada kata menyerah atau putus asa, bahkan akhirnya
hal yang tidak mungkin pun menjadi mungkin! Kasih lah yang pada akhirnya
mengubah kehidupan seseorang.
Kasih membuat
perilaku suami berubah, bukan omelan. Kasih membuat pernikahan yang tawar
menjadi manis, bukan kemewahan yang kita berikan. Kasih membuat anak-anak kita
menjadi taat, bukan hadiah-hadiah yang kita berikan. Ada kuasa di dalam kasih.
Kasih akan mengubah. Kasih akan memulihkan. Kasih akan memperbarui. Kasih akan
membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Itu sebabnya anugerah terbesar adalah
ketika kita menerima kasih dan perbuatan terbesar adalah ketika kita membagikan
kasih.
Ijinkan kasih
bekerja dan memerintah kehidupan kita. Selamat bekerja. Tuhan Memberkati. Amin.
Senin, 15
Oktober 2012
Bacaan : Amsal
24: 23-27
MEMBANGUN
KEDISPLINAN
Memandang bulu
dalam pengadilan tidaklah baik. Siapa berkata kepada orang fasik: "Engkau
tidak bersalah", akan dikutuki bangsa-bangsa, dilaknatkan suku-suku
bangsa. Amsal 24:23b-25.
Suatu hari, ada
seorang manager baru bermasalah dengan semua karyawannya. Pasal, mereka sering
terlambat masuk kerja. Hamper setiap hari, sang manager mendapai kantornya
masih sepi meskipun sudah lewat jam masuk kerja. Setelah diselidiki, ternyata
di kantor ada seorang karyawan senior di bagian administrasi yang sering
melakukan demikian. Karena usianya jauh lebih tua, sang manager merasa sungkan
untuk menegurnya. Malahan ia member sedikit dispensasi pada jam kerjanya,
dengan maksud agar ia tetap bekerja dengan maksimal dengan kelonggaran yang
telah diberikan sang manager tadi.
Namun yang
terjadi adalah karyawan senior itu tidak berubah perilakunya yang datang
terlambat, dan yang lebih parah lagi, rekan-rekannya malah mengikuti
perilakunya yang tidak disiplin.
Saudara, tidak
ada kesuksesan tanpa kedislinan. Disiplin akan membentuk karakter. Dan karakter
yang baik akan mendorong manusia memiliki sikap dan perilaku yang baik. Sikap
dan perilaku yang baik itulah yang akan mengantarnya menuju kesuksesan secara
pribadi maupun kelompok. Untuk mewujudkan kedisiplinan, sebagai seorang
pemimpin, kita harus tegas dalam menjalankan kepimpinan. Kita tidak hanya
memiliki hak dan wewenang, namun juga kewajiban untuk menegur baik itu sesama
rekan kerja, bawahan, bahkan atasan. Sebagai pemimpin kita wajib memberikan
sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin. Ketegasan dalam mendisiplinkan
anggota akan menentukan kemajuan kelompok yang kita pimpin. Jika sanksi tidak
segera diberikan, maka setiap orang akan bertindak semaunya sendiri. Akibatnya,
produktivitas akan menurun dan kekacauan akan terjadi.
Saudara, selain
sanksi, teguran dan kritik, jangan segan untuk member pujian atas prestasi yang
mungkin pernah mereka capai. Terus beri pengertian dan dorongan bagi mereka
yang mungkin melakukan kesalahan, untuk menjadi lebih baik lagi. Dengan cara
ini, mereka akan lebih antusias dalam menjaga kedisiplinan.
Selamat
Bekerja. Tuhan Memberkati. Amin.
Renungan :
Oleh karena
hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia
penuh niat untuk berbuat jahat. Pengkotbah
8:11.
Sabtu, 20
Oktober 2012
Bacaan : Mazmur
25 : 1-22.
Bersikap Jujur
"Ketulusan
dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau."
Mazmur 25:21
Beberapa tahun
yang lalu, saya melakukan kesalahan yang fatal. Karena dengki, saya mencuri
uang bulek (tante). Ketika saya didakwa, saya mengelak dengan 1001 alasan. Dua
tahun kemudian saya pun mengakuinya. Bagi saya mengakui kesalahan tidak membuat
harga diri saya rendah. Justru inilah sikap yang seharusnya di lakukan.
Bersikap jujur. Oleh karena itu saya tidak malu menyaksikan ini.
Banyak orang
sulit untuk jujur, bahkan terhadap dirinya sendiri. Keteledoran atau kesalahan
apa pun selalu ada dalih untuk menyalahkan orang lain atau pun menyalahkan
keadaan. Apa pun alasannya adalah dalih untuk membenarkan diri. Matius 25 menceritakan
seseorang yang menerima satu talenta menyalahkan tuan yang empunya talenta.
Ironis bukan! Koq tidak langsung berkata: "maaf, aku salah!" Begini
kan urusannya cepat selesai. Sekali pun sikap ini sepele, tidak semua orang
dapat melakukannya. Hanya orang- orang yang berjiwa besarlah yang mampu
melakukannya.
Pergumulan Daud
di dalam doa mengingatkan perjalanan hidupnya. Daud mengintrospeksi dirinya di
hadapan Tuhan. "kiranya ketulusan dan kejujuran mengawal aku . .
." (Mazmur 25:21). Daud menyadari sikap hidup jujur adalah hal yang
prinsip di hadapan Tuhan. Maka, tidak heran jika Allah mendaftarkan Hukum
Taurat yang ke-9 "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu."
(Keluaran 20:16).
Hukum ini
mengemukakan bahwa Tuhan begitu menghargai kebenaran. Ketika orang bersikap
tidak jujur, yang terjadi bukannya saling menolong, tetapi merongrong. Bukan
memberdayakan, tetapi memperdayakan. Ketidakjujuran hanya dapat di lunasi
dengan kejujuran. Bukannya menutupi ketidakjujuran dengan kebohongan. Beranikah
Anda jujur terhadap Allah, manusia, dan diri sendiri?.
Selamat hari
Sabtu. Tuhan Memberkati. Amin.
Senin, 22
Oktober 2012
Bacaan :
Lukas 21 : 1-4
MURAH HATI
Lalu Ia berkata
:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari
pada semua orang itu.” Lukas 21:3.
Pada tahun
1972, seorang pemulung dari China bernama Lou Xiaying menemukan seorang bayi di
sebuah tempat pembuangan sampah. Ia kemudian mengadopsi dan membesarkannya.
Selang beberapa tahun, ia menemukan seorang bayi lagi di tempat yang sama. Ia
tergerak hatinya untuk membawanya pulang dan membesarkannya. Lou menemukan
bahwa ternyata di tempat itu banyak sekali bayi dibuang. Sampai saat ini, Lou
telah mengadopsi dan membesarkan 30 orang anak di rumahnya.
Tindakan Lou
mengundang simpati dari masyarakat. Dalam sebuah surat kabar bernama Daily
Mail, seorang tetangganya berkata, “ Kisah Lou ini telah membuat malu
pemerintah China, pihak sekolah, dan kalangan lainnya yang selama ini tidak
melakukan apa-apa. Lou tidak punya uang dan kekuasaan, tetapi dia rela
menyelamatkan anak-anak tersebut dari kematian.”
Kekayaan atau
kemiskinan seseorang tidak ditentukan oleh seberapa besar materi yang
dimilikinya, namun dari seberapa besar ia memberikan apa yang ada padanya
baginorang lain yang membutuhkan. Ia juga tidak berbicara soal uang namun soal
mental dan karakter. Sama seperti yang dilakukan Lou pada anak-anak yang
terbuang itu. Hal serupa disampaikan Yesus ketika Ia sedang berada di Bait Allah.
Waktu itu ada seorang janda yang hanya sanggup memberikan persembahan sebesar
dua peser. Namun Yesus member pengertian bahwa pemberian janda itu adalah
pemberian terbesar karena janda itu member bukan dari kelebihannya melainkan
dari kekurangannya. Tuhan sangat menghargai ketuluan dan keikhlasan yang besar
dari janda itu.
Saudara,
ingatlah bukan besar pemberian yang dilihat Tuhan, namun besarnya ketulusan dan
keikhlasan hati kita dalam member itulah yang Tuhan nilai. Keberhasilan yang
kita peroleh tidak ada artinya jika kita tidak mau member. Sebab firman Tuhan
berkata :” Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang
dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam
ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Lukas 6:38.
Anak-anak yang
dikirimkan Tuhan kepada kita, marilah kita layanidengan tulus dan ikhlas.
Selamat Bekerja Tuhan Memberkati. Amin.
Renungan :
Kita tidak
perlu menunggu menjadi kaya untuk bermurah hati, tapi bermurah hatilah maka
kita menjadi kaya.
Sabtu, 27
Oktober 2012
Bacaan : Yohanes
13 : 14-15
Melayani Dengan
Cinta
“Jadi jikalau
Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib
saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu,
supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
Di dalam natur
kita sebagai manusia, kita cenderung lebih suka untuk dilayani daripada
melayani. Sama seperti murid-murid Yesus, kita lebih suka menjadi yang terbesar
daripada menjadi yang terkecil. Hal ini disebabkan karena manusia sejak
kejatuhannya dalam dosa telah dipenuhi oleh kesombongan. Yesus datang ke dunia
ini dengan bersenjatakan kerendahan hati untuk mengalahkan dunia yang dipenuhi
oleh kesombongan. Walaupun Dia merupakan anak Allah, Raja dari segala Raja
tetapi Dia rela dilahirkan di kandang domba yang hina dan mati disalib laksana
seorang penjahat. Yesus memberikan teladan sebagai seorang pemimpin sejati yang
lebih suka melayani daripada dilayani.
Memikul salib
dan penyangkalan diri (kehendak) akan menghasilkan kematian terhadap diri
sendiri. Bukti nyata dari seseorang yang telah mengalam i kematian terhadap
diri sendiri adalah timbulnya kerinduan untuk melayani orang lain. Semakin
seseorang mati terhadap dirinya maka ia semakin rindu untuk melayani orang
lain.
Dr. Ravi
Zacharias berkata:” Kita begitu mudah mengklaim hak-hak kita sampai-sampai kita
mengubur tuntutan yang memanggil kita untuk melayani.” Konflik yang terjadi
dalam sebuah rumah tangga umumnya ditimbulkan karena masing-masing pihak lebih
menuntut haknya untuk dilayani daripada melayani. Suami dan isteri
masing-masing maunya menang sendiri dan tidak mau mengalah. Jika keduanya terus
bertahan dengan keegoannya maka konflik tidak akan bisa diselesaikan dengan
baik. Lalu komunikasi menjadi terganggu dan bila tidak terjadi pemberesan maka
bisa mengarah kepada perceraian.
Bila hubungan
kita dengan orang lain tidak di dalam Tuhan pasti akan berakhir dengan
kekecewaan. Hal ini disebabkan setiap manusia memiliki naluri untuk mencari
kepuasan melalui hubungan dengan sesamanya. Padahal tidak ada seorangpun
manusia yang dapat memberikan kepuasan penuh kepada orang lain. Hanya hubungan
dengan Tuhan yang dapat memberikan kepuasan sejati kepada manusia. Hanya orang
yang telah menemukan kepuasan sejati melalui hubungan dengan Kristus mampu
melayani dengan cinta yang sejati.
Oleh karena itu
hal utama yang perlu kita kejar dalam hidup ini adalah mengalami kepenuhan
Allah sehingga lewat itu hidup kita akan benar-benar dipuaskan. Dari kepuasan
itu akan lahir sebuah pelayanan yang dilandasi oleh cinta bukan kewajiban.
Yesus berkata : “ Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu
saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi.”
Hanya manusia
yang telah menerima kasih dari Kristus yang mampu memberikan kasih yang tanpa
syarat itu. Terimalah cintaNya dan layanilah orang lain dengan cinta itu !
Selamat Bekerja. Tuhan yang penuh Kasih Memberkati Kita. Amin.
Senin, 29
Oktober 2012
Bacaan : Amsal
16 : 16-19.
NARSIS
“ Kecongkakan
mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”
Di Yunani, ada
seorang pemuda yang sangat tampan bernama Narcisuss. Karena ketampanannya,
banyak gadis yang jatuh cinta. Tapi Narcisuss adalah orang yang sombong dan
selalu memuji dirinya sendiri. Ia menganggap gadis-gadis itu tidak cocok untuk
dirinya karena kecantikan mereka biasa-biasa saja, tidak sebanding dengan
ketampanannya.
Suatu hari
seorang gadis sangat cantik bernama Echo, menyatakan cintanya pada Narcissuss.
Narcissus menolaknya. Ia beranggapan bahwa kecantikan Echo tidak ada apa-apanya
jika dibandingkan dengan ketampanann Narcissus. Echo sakit hati dan sangat
marah. Ia mengutuk Narcissus, bahwa suatu hari Narcissus akan jatuh cinta pada
bayangannya sendiri.
Beberapa hari
kemudian, ketika ia duduk di tepi danau, ia melihat bayangannya sendiri dan
jatuh cinta kepadanya. Ia menghampiri bayangannya dengan masuk ke dalam danau
itu. Ia pun tenggelam dan akhirnya mati. Sampai sekarang nama narcissus
digunakan sebagai istilah untuk orang yang sombong dan terlalu bangga akan
dirinya sendiri, yang kini kita kenal dengan istilah ‘narsis’.
Saudara, rasa
rendah diri memang tidak baik bagi perkembangan diri kita. Namun sikap
berbangga diri secara berlebihan juga sangat membahayakan perjalanan hidup
kita. seseorang tidak akan pernah dihargai kerena kesombongannya. Kisah di atas
mengajarkan kepada kita agar kita berhati-hati dengan sikap sombong. Pepatah mengatakan,”
Diatas langit masih ada langit.” Sehebat apapun keberhasilan yang telah kita
capai, pasti ada orang lain yang jauh lebih hebat dari kita. jika menyombongkan
apa yang ada pada diri kita yang mungkin belum seberapa di mata orang lain,
orang lain akan memandang rendah kita dan kita akan merasa malu.
Kesombongan
bukan hanya menjadi penghambat keberhasilan kita, lebih dari itu kesombongan
menjadi penghancur yang luar biasa. Maka dari itu, hindarilah kesombongan
tetapi marilah kita lakukanlah apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita
dengan tulus dan rendah hati. Karena kerendahan hati kitalah yang nantinya
membawa kita ke tempat tinggi. Amin.