Renungan PSAK

Senin, 01 Oktober 2012
Bacaan : Pengkhotbah 11 :1-6.
BERBUAT LEBIH
Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik. 11:6
Suatu hari, sebuah tim sepak bola ditangani oleh seorang pelatih baru yang bernama Casey Seymour. Ketika latihan berakhir, para pemain diperintahkan untuk larikeliling lapangan sebanyak 10 putaran berturut-turut. Dan setiap yang menempuh jarak waktu paling lama harus mengulanginya. Para pemain tidak setuju dengan metode latihan yang baru ini. Mereka mengeluh karena mersa kelelahan menghadapi beratnya latihan.
Hingga tiba saat bertanding, para pemain baru merasakan manfaat latihan tersebut. Mereka menyadari bahwa karena latihan penutup itulah mereka dapat bermain dengan stamina yang prima sepanjang pertandingan. Dengan kekuatan fisik yang lebih maksimal, mereka dengan mudah memenangkan berbagai pertandingan.
Sebagian orang mungkin memiliki cara pandang yang keliru tentang keharusan untuk melakukan lebih. Banyak orang mengeluh dan menjadikan ini sebagai beban. Mereka berfikir bahwa yang dilakukannya adalah usaha sia-sia karena tidak menambah hasil, atau mungkin hanya menghasilkan sedikit yang tidak sebanding dengan usaha yang mereka lakukan. Sama seperti anak-anak didik Casey Seymour yang mengeluh ketika harus menjalani latihan penutup.
Saudara, perlu disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan, kita pun perlu melakuakan lebih banyak. Sama seperti sebuah latihan sebelum menghadapai pertandingan. Sebagai contoh seorang siswa perlu belajar dan berlatih mengerjakan banyak soal agar ia dapat menyelesaikan ujian dengan baik. Dalam bekerjapun kita juga perlu bekerja lebih banyak. Dimulai dari hal-hal kecil, misalnya : lebih disiplin dalam bekerja, dengan datang lebih awal dan pulang lebih akhir. Selain itun kita perlu bekerja lebih keras, mau belajar, tekun dan sabar dalam menjalani segala sesuatu, untuk  meningkatkan kwalitas diri yang maksimal. Memang berat rasanya. Tetapi percayalah bahwa usaha yang kita lakukan tidak akan sia-sia, semakin kita mau melakukan lebih, maka semakin banyak pula keberhasilan yang bisa kita dapatkan. Selamat bekerja. Tuhan memberkati. Amin.





Sabtu, 6 Oktober 2012
Bacaan : Keluaran 14:1-14

BERSUNGUT-SUNGUT atau TETAP BERSUKACITA

"Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?  Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?"  Keluaran 14:11

Dalam kehidupan ini terkadang 'langit tampak cerah dan tak berawan', tapi ada kalanya 'mendung dan gelap menggelayut di langit';  ada ujian dan rintangan.  Namun kita harus percaya bahwa di balik 'hujan' selalu ada 'pelangi yang indah'.  Bila semuanya diijinkan terjadi, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita bergumul sendirian.  Pemazmur berkata, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24).  Firman Tuhan yang kita baca hari ini mencontohkan kehidupan bangsa Israel yang tidak pernah mensyukuri kebaikan Tuhan.  Hari-hari mereka dipenuhi dengan ketidakpuasan dan keluh kesah.  Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang dicintai, dikasihi dan diberkati Tuhan.  Banyak mujizat yang telah mereka lihat, alami dan rasakan, namun tetap saja mereka bersungut-sungut setiap harinya, dari mulutnya tidak pernah keluar ucapan syukur.  Berbagai mujizat yang terjadi ternyata tidak cukup untuk mengubah sikap hati bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut, tetapi justru semakin menjadi-jadi.

Ayat nas di atas menunjukkan bahwa bangsa Israel lebih senang hidup dalam perhambaan di Mesir daripada menjadi bangsa yang merdeka.  Bahkan mereka pun berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah karena tidak sabar menantikan Musa (baca Keluaran 32).  Bukankah kita juga sering tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan, lalu kita pun bersungut-sungut dan menggerutu setiap hari.  Karena persungutan, kita pun kehilangan sukacita.  Kata sukacita semakin jauh dari kamus hidup kita.  Perhatikanlah:  sukacita itu sesungguhnya diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita.  Tidak hanya itu, Tuhan juga melengkapinya dengan pengharapan, dan pengharapan itu tidak mengecewakan (baca Roma 5:5).  Karena imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.

Tidak selayaknya kita bersungut-sungut kepada Tuhan; seharusnya hati kita senantiasa bersukacita karena kasih dan kebaikanNya melimpah atas kita. Selamat menyambut hari Minggu. Tuhan Memberkati. Amin.













Senin, 8 Oktober 2012
Bacaan : 2 Korintus 12: 1-10
SATU JURUS

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 2 Kor.12:9.


Di sebuah kota kecil di Jepang terdapat seorang anak yang tidak memiliki lengan kiri. Meski demikian, anak itu ingin sekali berlatih bela diri judo. Anak itu kemudian mendatangi sebuah perguruan judo dan bertemu dengan seorang guru. Ketika tiba satnya berlatih, ternyata sang Guru hanya mengajarkan satu jurus. Dari bulan ke bulan ia hanya mempelajari jurus itu sehingga akhirnya ia naik tingkat yang lebih tinggi, dengan satu jurus yang sama. Ia bertanya-tanya kenapa ia tidak diajarkan jurus yang lain ? Namun sang Guru hanya diam membisu. Sang Guru mengikutsertakankannya di dalam sebuah turnamen Judo antar perguruan. Dengan mudah anak itu menjatuhkan semua lawannya, mulai dari babak penyisian hingga final. Tidak satupun petarung, bahkan yang jauh lebih professional dapat mengalahkannya. Ia mendapat juara satu.
Anak itu pun kemudian mengikuti kejuaraan-kejuaraan. Ia pun selalu mendapat juara satu. Walaupun begitu, ada sesuatu yang masih mengganjal dalam hati. Akhirnya ia memberanikan diri bertanya kepada kepada gurunya : ”Guru, bertahun-tahun menjadi murid guru, kenapa saya hanya mempelajari satu jurus saja, tidak seperti teman-teman yang lain? Apa karena saya hanya memiliki satu lengan?” Sang Guru menjawab : ”itu adalah jurus yang sangat mematikan, yang paling sulit dan tidak semua orang bisa melakukannya. Dan satu-satunya kelemahan dari jurus ini adalah dengan mengunci lengan kirimu”. Kini anak itu sadar, bahwa kekuatannya ada pada kekurangannya, yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh siapapun.
Saudara, untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kita perlu menggali dan mengembangkan. Cari penyebab dan jalan keluar agar kelemahan itu tidak menjadi hambatan bagi kita untuk tetap berkarya. Kita tidak perlu menutupi kekurangan diri kita tetapi kita optimalkan potensi yang ada. Hidup ini adalah perjuangan yang harus kita menangkan. Jangan sampai kalah dan berhenti hanya karena kekurangan yang kita meiliki. Karena dalam kelemahanlah Kuasa Tuhan akan dinyatakan dalam hidup kita, asalkan kita ma uterus berupaya untuk mengembangkan semua talenta yang kita miliki. Selamat bekerja Gusti Mberkahi. Amin.
Sabtu, 13 Oktober 2012
Bacaan : 1 Tesalonika 3: 11-13
Kuasa Kasih

Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih... Tesalonika 3:12

Hal-hal paling baik dan paling indah di dunia ini tidak bisa dilihat dengan mata, atau disentuh ... tetapi dirasakan dengan hati.

Anda mungkin pernah membaca kata mutiara yang sangat menyentuh hati tersebut. Hanya mungkin Anda tidak pernah tahu sebelumnya bahwa pengarang kata mutiara tersebut adalah Helen Keller, seorang wanita yang buta tuli sejak berusia 19 bulan. Karena cacat itulah Helen bertumbuh menjadi anak yang susah diatur. Dia tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar suara apapun. Dia tak bisa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
Rasanya hampir mustahil untuk membuat Helen bisa berkomunikasi karena ia buta sekaligus tuli.

Adalah seorang Anne Sullivan yang penuh dengan kasih mencoba mengajari Helen untuk bisa berkomunikasi. Anne mengajari Helen untuk membaca gerakan tangannya di atas telapan tangan Helen. Setelah sekian lama tanpa hasil, akhirnya Helen bisa mengerti juga dengan apa yang dimaksud Anne lewat sentuhannya di atas telapak tangannya. Semenjak itu kemampuan belajarnya jauh di atas orang normal meski ia buta dan tuli. Sampai hari ini kita mengenal Helen Keller sebagai seorang pembicara yang luar biasa, menjadi berkat bagi banyak orang dan jasanya terus dikenang sampai sekarang. Meski namanya jarang dibicarakan, saya sangat salut dengan Anne Sullivan.

Mengajari orang buta- tuli bukan hal yang mudah, dan rasanya juga mustahil. Namun karena ia didorong oleh kasih, maka tak ada kata menyerah atau putus asa, bahkan akhirnya hal yang tidak mungkin pun menjadi mungkin! Kasih lah yang pada akhirnya mengubah kehidupan seseorang.

Kasih membuat perilaku suami berubah, bukan omelan. Kasih membuat pernikahan yang tawar menjadi manis, bukan kemewahan yang kita berikan. Kasih membuat anak-anak kita menjadi taat, bukan hadiah-hadiah yang kita berikan. Ada kuasa di dalam kasih. Kasih akan mengubah. Kasih akan memulihkan. Kasih akan memperbarui. Kasih akan membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Itu sebabnya anugerah terbesar adalah ketika kita menerima kasih dan perbuatan terbesar adalah ketika kita membagikan kasih.

Ijinkan kasih bekerja dan memerintah kehidupan kita. Selamat bekerja. Tuhan Memberkati. Amin.








Senin, 15 Oktober 2012
Bacaan : Amsal 24: 23-27

MEMBANGUN KEDISPLINAN

Memandang bulu dalam pengadilan tidaklah baik. Siapa berkata kepada orang fasik: "Engkau tidak bersalah", akan dikutuki bangsa-bangsa, dilaknatkan suku-suku bangsa. Amsal 24:23b-25.

Suatu hari, ada seorang manager baru bermasalah dengan semua karyawannya. Pasal, mereka sering terlambat masuk kerja. Hamper setiap hari, sang manager mendapai kantornya masih sepi meskipun sudah lewat jam masuk kerja. Setelah diselidiki, ternyata di kantor ada seorang karyawan senior di bagian administrasi yang sering melakukan demikian. Karena usianya jauh lebih tua, sang manager merasa sungkan untuk menegurnya. Malahan ia member sedikit dispensasi pada jam kerjanya, dengan maksud agar ia tetap bekerja dengan maksimal dengan kelonggaran yang telah diberikan sang manager tadi.

Namun yang terjadi adalah karyawan senior itu tidak berubah perilakunya yang datang terlambat, dan yang lebih parah lagi, rekan-rekannya malah mengikuti perilakunya yang tidak disiplin.

Saudara, tidak ada kesuksesan tanpa kedislinan. Disiplin akan membentuk karakter. Dan karakter yang baik akan mendorong manusia memiliki sikap dan perilaku yang baik. Sikap dan perilaku yang baik itulah yang akan mengantarnya menuju kesuksesan secara pribadi maupun kelompok. Untuk mewujudkan kedisiplinan, sebagai seorang pemimpin, kita harus tegas dalam menjalankan kepimpinan. Kita tidak hanya memiliki hak dan wewenang, namun juga kewajiban untuk menegur baik itu sesama rekan kerja, bawahan, bahkan atasan. Sebagai pemimpin kita wajib memberikan sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin. Ketegasan dalam mendisiplinkan anggota akan menentukan kemajuan kelompok yang kita pimpin. Jika sanksi tidak segera diberikan, maka setiap orang akan bertindak semaunya sendiri. Akibatnya, produktivitas akan menurun dan kekacauan akan terjadi.

Saudara, selain sanksi, teguran dan kritik, jangan segan untuk member pujian atas prestasi yang mungkin pernah mereka capai. Terus beri pengertian dan dorongan bagi mereka yang mungkin melakukan kesalahan, untuk menjadi lebih baik lagi. Dengan cara ini, mereka akan lebih antusias dalam menjaga kedisiplinan.

Selamat Bekerja. Tuhan Memberkati. Amin.

Renungan :
Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat. Pengkotbah 8:11.





Sabtu, 20 Oktober 2012
Bacaan : Mazmur 25 : 1-22.
Bersikap Jujur

"Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau."                         
                                                                                                                          Mazmur 25:21

Beberapa tahun yang lalu, saya melakukan kesalahan yang fatal. Karena dengki, saya mencuri uang bulek (tante). Ketika saya didakwa, saya mengelak dengan 1001 alasan. Dua tahun kemudian saya pun mengakuinya. Bagi saya mengakui kesalahan tidak membuat harga diri saya rendah. Justru inilah sikap yang seharusnya di lakukan. Bersikap jujur. Oleh karena itu saya tidak malu menyaksikan ini.

Banyak orang sulit untuk jujur, bahkan terhadap dirinya sendiri. Keteledoran atau kesalahan apa pun selalu ada dalih untuk menyalahkan orang lain atau pun menyalahkan keadaan. Apa pun alasannya adalah dalih untuk membenarkan diri. Matius 25 menceritakan seseorang yang menerima satu talenta menyalahkan tuan yang empunya talenta. Ironis bukan! Koq tidak langsung berkata: "maaf, aku salah!" Begini kan urusannya cepat selesai. Sekali pun sikap ini sepele, tidak semua orang dapat melakukannya. Hanya orang- orang yang berjiwa besarlah yang mampu melakukannya.

Pergumulan Daud di dalam doa mengingatkan perjalanan hidupnya. Daud mengintrospeksi dirinya di hadapan Tuhan. "kiranya ketulusan dan kejujuran mengawal aku . . ." (Mazmur 25:21). Daud menyadari sikap hidup jujur adalah hal yang prinsip di hadapan Tuhan. Maka, tidak heran jika Allah mendaftarkan Hukum Taurat yang ke-9 "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu." (Keluaran 20:16).

Hukum ini mengemukakan bahwa Tuhan begitu menghargai kebenaran. Ketika orang bersikap tidak jujur, yang terjadi bukannya saling menolong, tetapi merongrong. Bukan memberdayakan, tetapi memperdayakan. Ketidakjujuran hanya dapat di lunasi dengan kejujuran. Bukannya menutupi ketidakjujuran dengan kebohongan. Beranikah Anda jujur terhadap Allah, manusia, dan diri sendiri?.

Selamat hari Sabtu. Tuhan Memberkati. Amin.
Senin, 22 Oktober 2012
Bacaan : Lukas 21 : 1-4
MURAH HATI
Lalu Ia berkata :”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.” Lukas 21:3.
Pada tahun 1972, seorang pemulung dari China bernama Lou Xiaying menemukan seorang bayi di sebuah tempat pembuangan sampah. Ia kemudian mengadopsi dan membesarkannya. Selang beberapa tahun, ia menemukan seorang bayi lagi di tempat yang sama. Ia tergerak hatinya untuk membawanya pulang dan membesarkannya. Lou menemukan bahwa ternyata di tempat itu banyak sekali bayi dibuang. Sampai saat ini, Lou telah mengadopsi dan membesarkan 30 orang anak di rumahnya.
Tindakan Lou mengundang simpati dari masyarakat. Dalam sebuah surat kabar bernama Daily Mail, seorang tetangganya berkata, “ Kisah Lou ini telah membuat malu pemerintah China, pihak sekolah, dan kalangan lainnya yang selama ini tidak melakukan apa-apa. Lou tidak punya uang dan kekuasaan, tetapi dia rela menyelamatkan anak-anak tersebut dari kematian.”
Kekayaan atau kemiskinan seseorang tidak ditentukan oleh seberapa besar materi yang dimilikinya, namun dari seberapa besar ia memberikan apa yang ada padanya baginorang lain yang membutuhkan. Ia juga tidak berbicara soal uang namun soal mental dan karakter. Sama seperti yang dilakukan Lou pada anak-anak yang terbuang itu. Hal serupa disampaikan Yesus ketika Ia sedang berada di Bait Allah. Waktu itu ada seorang janda yang hanya sanggup memberikan persembahan sebesar dua peser. Namun Yesus member pengertian bahwa pemberian janda itu adalah pemberian terbesar karena janda itu member bukan dari kelebihannya melainkan dari kekurangannya. Tuhan sangat menghargai ketuluan dan keikhlasan yang besar dari janda itu.
Saudara, ingatlah bukan besar pemberian yang dilihat Tuhan, namun besarnya ketulusan dan keikhlasan hati kita dalam member itulah yang Tuhan nilai. Keberhasilan yang kita peroleh tidak ada artinya jika kita tidak mau member. Sebab firman Tuhan berkata :” Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Lukas 6:38.
Anak-anak yang dikirimkan Tuhan kepada kita, marilah kita layanidengan tulus dan ikhlas. Selamat Bekerja Tuhan Memberkati. Amin.
Renungan :
Kita tidak perlu menunggu menjadi kaya untuk bermurah hati, tapi bermurah hatilah maka kita menjadi kaya.



Sabtu, 27 Oktober 2012
Bacaan : Yohanes 13 : 14-15
Melayani Dengan Cinta

“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Di dalam natur kita sebagai manusia, kita cenderung lebih suka untuk dilayani daripada melayani. Sama seperti murid-murid Yesus, kita lebih suka menjadi yang terbesar daripada menjadi yang terkecil. Hal ini disebabkan karena manusia sejak kejatuhannya dalam dosa telah dipenuhi oleh kesombongan. Yesus datang ke dunia ini dengan bersenjatakan kerendahan hati untuk mengalahkan dunia yang dipenuhi oleh kesombongan. Walaupun Dia merupakan anak Allah, Raja dari segala Raja tetapi Dia rela dilahirkan di kandang domba yang hina dan mati disalib laksana seorang penjahat. Yesus memberikan teladan sebagai seorang pemimpin sejati yang lebih suka melayani daripada dilayani.

Memikul salib dan penyangkalan diri (kehendak) akan menghasilkan kematian terhadap diri sendiri. Bukti nyata dari seseorang yang telah mengalam i kematian terhadap diri sendiri adalah timbulnya kerinduan untuk melayani orang lain. Semakin seseorang mati terhadap dirinya maka ia semakin rindu untuk melayani orang lain.

Dr. Ravi Zacharias berkata:” Kita begitu mudah mengklaim hak-hak kita sampai-sampai kita mengubur tuntutan yang memanggil kita untuk melayani.” Konflik yang terjadi dalam sebuah rumah tangga umumnya ditimbulkan karena masing-masing pihak lebih menuntut haknya untuk dilayani daripada melayani. Suami dan isteri masing-masing maunya menang sendiri dan tidak mau mengalah. Jika keduanya terus bertahan dengan keegoannya maka konflik tidak akan bisa diselesaikan dengan baik. Lalu komunikasi menjadi terganggu dan bila tidak terjadi pemberesan maka bisa mengarah kepada perceraian.

Bila hubungan kita dengan orang lain tidak di dalam Tuhan pasti akan berakhir dengan kekecewaan. Hal ini disebabkan setiap manusia memiliki naluri untuk mencari kepuasan melalui hubungan dengan sesamanya. Padahal tidak ada seorangpun manusia yang dapat memberikan kepuasan penuh kepada orang lain. Hanya hubungan dengan Tuhan yang dapat memberikan kepuasan sejati kepada manusia. Hanya orang yang telah menemukan kepuasan sejati melalui hubungan dengan Kristus mampu melayani dengan cinta yang sejati.

Oleh karena itu hal utama yang perlu kita kejar dalam hidup ini adalah mengalami kepenuhan Allah sehingga lewat itu hidup kita akan benar-benar dipuaskan. Dari kepuasan itu akan lahir sebuah pelayanan yang dilandasi oleh cinta bukan kewajiban. Yesus berkata : “ Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”

Hanya manusia yang telah menerima kasih dari Kristus yang mampu memberikan kasih yang tanpa syarat itu. Terimalah cintaNya dan layanilah orang lain dengan cinta itu ! Selamat Bekerja. Tuhan yang penuh Kasih Memberkati Kita. Amin.



Senin, 29 Oktober 2012
Bacaan : Amsal 16 : 16-19.

NARSIS

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”
Di Yunani, ada seorang pemuda yang sangat tampan bernama Narcisuss. Karena ketampanannya, banyak gadis yang jatuh cinta. Tapi Narcisuss adalah orang yang sombong dan selalu memuji dirinya sendiri. Ia menganggap gadis-gadis itu tidak cocok untuk dirinya karena kecantikan mereka biasa-biasa saja, tidak sebanding dengan ketampanannya.
Suatu hari seorang gadis sangat cantik bernama Echo, menyatakan cintanya pada Narcissuss. Narcissus menolaknya. Ia beranggapan bahwa kecantikan Echo tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ketampanann Narcissus. Echo sakit hati dan sangat marah. Ia mengutuk Narcissus, bahwa suatu hari Narcissus akan jatuh cinta pada bayangannya sendiri.
Beberapa hari kemudian, ketika ia duduk di tepi danau, ia melihat bayangannya sendiri dan jatuh cinta kepadanya. Ia menghampiri bayangannya dengan masuk ke dalam danau itu. Ia pun tenggelam dan akhirnya mati. Sampai sekarang nama narcissus digunakan sebagai istilah untuk orang yang sombong dan terlalu bangga akan dirinya sendiri, yang kini kita kenal dengan istilah ‘narsis’.
Saudara, rasa rendah diri memang tidak baik bagi perkembangan diri kita. Namun sikap berbangga diri secara berlebihan juga sangat membahayakan perjalanan hidup kita. seseorang tidak akan pernah dihargai kerena kesombongannya. Kisah di atas mengajarkan kepada kita agar kita berhati-hati dengan sikap sombong. Pepatah mengatakan,” Diatas langit masih ada langit.” Sehebat apapun keberhasilan yang telah kita capai, pasti ada orang lain yang jauh lebih hebat dari kita. jika menyombongkan apa yang ada pada diri kita yang mungkin belum seberapa di mata orang lain, orang lain akan memandang rendah kita dan kita akan merasa malu.
Kesombongan bukan hanya menjadi penghambat keberhasilan kita, lebih dari itu kesombongan menjadi penghancur yang luar biasa. Maka dari itu, hindarilah kesombongan tetapi marilah kita lakukanlah apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita dengan tulus dan rendah hati. Karena kerendahan hati kitalah yang nantinya membawa kita ke tempat tinggi. Amin.


Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009