Bahan PA sem 1


Bahan Pemahaman Alkitab, 22 Januari 2013

Sebab Pada-Mu Ada Kehidupan

Bacaan I          : Yesaya 62:1-5; Tanggapan: Mazmur 36:5-10;
Bacaan II: 1 Korintus 12:1-11; Bacaan III: Injil Yohanes 2:1-11

Tujuan:
Mengingatkan kepada umat bahwa sumber kehidupan adalah
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Mengajak umat untuk bersyukur atas kehidupan yang telah dilimpahkan.
Mendorong umat untuk menyatakan kasih yang memulihkan sebagai bagian dari rencana Allah yang memperhatikan kehidupan menurut karunia
yang diberikan secara khas.

v Dasar Pemikiran:
Saat ini gereja memasuki Minggu kedua setelah Epifania. Tuhan Yesus yang telah dibaptis mengawali karya pelayananNya di dunia. Telah tiba saatnya Ia hadir sebagai sumber kehidupan menyatakan sinar kasih kepada manusia melalui tanda-tanda-Nya. Bacaan Injil dari Yohanes 2:1-11, mengajak umat untuk juga turut merasakan keluarga di Kana yang menerima kasih Allah. Allah yang menolong keluarga di Kana adalah Allah yang juga dinantikan oleh Sion di dalam penggenapan janji keselamatan yang telah dinubuatkan oleh Yesaya yang dapat kita lihat pada bacaan I. Allah menolong orang-orang yang sedang dalam kesulitan hidup karena pada-Nya ada sumber kehidupan (hayat). Sumber kehidupan ini adalah Roh yang telah memberikan karunia umat untuk mengerjakan tugas panggilannya.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Yesaya 62:1-5
Nabi yang diutus membawa kabar baik kepada Sion diperhadapkan dengan suatu kota yang tidak aman dan umat yang telah jemu menantikan penggenapan keselamatan yang dijanjikan. Keadaan Sion seperti seseorang yang ditinggalkan suami, merasakan kesendirian dan kesunyian dalam menghadapi pergumulan hidup. Kehadiran suami adalah seperti terbitnya sinar kebenaran.
Namun, saat Tuhan belum bertindak, nabi akan terus-menerus berkarya sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya, dan keselamatannya menyala seperti suluh”. Apa yang dilakukan oleh nabi digerakkan oleh cintanya kepada Yerusalem, dan ia pun juga senantiasa menantikan saat Tuhan membenarkan dan memuliakan Sion. Kedatangan Tuhan melibatkan nabi yang terus-menerus menyuarakan suara kenabiannya.

Mazmur 36:5-10
Pemazmur menghayati bahwa kasih setia Tuhan akan melindunginya dari kejahatan yang telah dirancang oleh orang-orang fasik. Kasih setia Tuhan tampak dalam keadilan-Nya yang kokoh seperti gunung-gunung Allah. Artinya keadilan Tuhan tidak pernah lembek dan selalu tegak berdiri. Kasih setia yang demikian tentulah sangat bernilai bagi manusia karena dengan demikian manusia mampu untuk berlindung dalam naungan sayapNya. Di dalam naungan sayap Tuhan, manusia menerima pemeliharaan. Gambaran kasih Tuhan yang demikian besar: Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu” (ayat 8b-9). Mengapa pemeliharaan Tuhan terjadi? Sebab pada-Nya ada sumber hayat” (lih.Ayat 10).

1 Korintus 12:1-11
Rasul Paulus memberi penjelasan tentang karunia-karunia Roh. Karunia Roh akan menuntun seseorang untuk mengaku: Yesus adalah Tuhan”. Dengan karunia Roh, seseorang juga akan memiliki karya yang sesuai dengan karya Allah dengan cara yang khas. Karya itu dapat berupa kata-kata hikmat, pengetahuan, penyembuhan, mujizat, nubuat, berbahasa roh, dan menafsirkan bahasa roh. Seseorang yang dikaruniai Roh mengerjakan berbagai-bagai perbuatan ajaib berdasarkan kehendak Allah karena Allah sendiri yang mengerjakannya. Semuanya dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama.

Injil Yohanes 2:1-11
Ibu Yesus berkata kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur”. Perkataan itu menunjukkan kepekaan terhadap situasi krisis yang sedang dialami oleh penyelenggara pesta perkawinan. Saat Yesus memang belum tiba, tetapi hal yang dilakukan oleh Ibu Yesus setidaknya menjadi upaya dalam menantikan karya Allah yang akan dilakukan oleh Yesus. Penantian ini tidak hanya bersifat pasif, diam, dan hanya menantikan Yesus bertindak. Penantian ini dikerjakan secara aktif dalam tindakan nyata saat Ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Injil Yohanes menyebut bahwa apa yang dibuat oleh Yesus di Kana sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya. Dengan tanda itu, Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. Pengubahan air menjadi anggur bukan sekadar sebuah tindakan sosial, melainkan juga sebagai tindakan simbolik. Simbol dari transisi dari masa Perjanjian Lama ke masa Perjanjian Baru. Tuhan yang merintis transisi itu. Waktu Tuhan telah datang.

Harmonisasi Antar Bacaan
Atas dasar perenungan terhadap semua bacaan hari ini, penggenapan penantian umat yang sedang dalam krisis hidup begitu kuat terasa. Umat menantikan pertolongan Tuhan sebagai sumber kehidupan. Berharap datangnya pertolongan dari sumber kehidupan berarti menyerahkan diri sepenuhnya sekaligus terbuka terhadap karya Tuhan bagi hidup. Gereja juga dipanggil untuk menyatakan sinar kemuliaan Tuhan melalui kehadirannya bagi sesama yang sedang mengalami krisis kehidupan. Gereja, sebagai perwujudan kehadiran Kristus dan pekerjaan Roh Kudus, mengubah dari krisis menuju hidup.

Renungan Atas Bacaan
Mau apakah engkau dari pada-Ku, Ibu? Saat-Ku belum tiba. Kata-kata Yesus itu menunjukkan bahwa Ia mengetahui segala pergumulan manusia. Hidup manusia dalam kuasa Tuhan, baik dalam keadaan krisis maupun nyaman. Pemulihan manusia dari keadaan krisis menunjukkan kepada kita penolong manusia. Ia adalah Tuhan yang berkuasa dan sebagai sumber hidup.
Yesus menyatakan kuasa saat tuan rumah pesta perkawinan di Kana sedang mengalami krisis. Kuasa Yesus hadir pada saat yang tepat. Tuan rumah berada pada titik terendah dengan habisnya persediaan anggur perjamuan.

Ungkapan Maria membangkitkan harapan akan datangnya pertolongan. Oleh karena itu perlu persiapan untuk datangnya Sang Penolong. Di sinilah pentingnya kita senantiasa menyuarakan suara-suara kenabian, seperti halnya Yesaya, yaitu untuk tetap menantikan sinar kekuasaan Tuhan. Mengapa harus selalu bergantung harap hanya kepada Tuhan di tengah-tengah krisis hidup? Sebab padaNya ada kehidupan.
Dalam situasi krisis, gereja diajak untuk ambil bagian dalam proses pemulihan yang dikerjakan oleh Allah. Selain itu gereja, sebagai tubuh Kristus yang di dalamnya Roh bekerja, dipanggil untuk menyinarkan kasih dalam karya sesuai karunia yang telah diberikan-Nya bagi kita.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Pernahkah saudara mengalami masa krisis? Apa definisi masa krisis menurut saudara?
2.Bagaimana saudara mengatasi masa krisis saudara? Apa yang saudara lakukan?
3.Apa fungsi Alkitab, pimpinan Roh Kudus di dalam saudara menghadapi masa krisis?











Bahan Pemahaman Alkitab, 29 Januari 2013

KRISTUS, SANG PEMBEBAS

Bacaan I: Nehemia 8:1-10; Tanggapan: Mazmur 19;
Bacaan II: I Korintus 12:12-31a; Bacaan III: Injil Lukas 4:14-21

Tujuan:
Jemaat dapat menghayati karya pembebasan dalam Tuhan Yesus Kristus.

v Dasar Pemikiran:
Tema minggu ini masih berkaitan dengan perayaan epifania (petampakan Tuhan Yesus/permulaan pelayanan Tuhan). Minggu-minggu setelah epifania terus menyuarakan penyataan diri Tuhan Yesus, salah satunya sebagai Pembebas seperti tema hari ini.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Nehemia 8:1-10
Nehemia berasal dari suku Yehuda. Ia dibesarkan di pembuangan dan bekerja di istana kerajaan Persia sebagai juru minuman raja Artahsasta Longimanus dan permaisuri Damaspia. Nehemia dipakai Tuhan untuk membangun tembok Yerusalem yang telah menjadi reruntuhan.
Bacaan ini menceritakan keadaan Yerusalem yang sudah dibangun kembali. Ayat 1 menyebutkan: ”orang Israel telah menetap di kota-kotanya”. Hal ini menunjukkan dampak positif dari pembangunan tembok Yerusalem, yaitu keamanan mulai dirasakan oleh orang Israel. Nehemia, Ezra, dan orang-orang Israel meyakini bahwa semua itu berkat pertolongan Tuhan (6:16). Tuhan telah membebaskan umat yang selama ini menjadi tawanan di negeri asing.
Orang-orang Israel merayakan karya pembebasan Tuhan pada Hari Raya Pondok Daun. Orang-orang Israel meminta Ezra membacakan dan mengajarkan Taurat Musa yang mereka sambut dengan tangis bahagia. Orang-orang Israel merindukan Taurat. Mereka membutuhkan pengajaran Taurat. Suatu hal yang tidak mereka dapatkan di negeri pembuangan. Dengan dibangunnya kembali tembok Yerusalem, orang-orang Israel berharap dapat kembali membangun kehidupan mereka yang telah porak-poranda karena mengabaikan Hukum Tuhan. Orang-orang Israel menyadari pentingnya Taurat sebagai pedoman hidup umat Tuhan.

Mazmur 19
Mazmur ini mengungkapkan tentang kemuliaan Tuhan yang nyata dalam pekerjaan tangan dan Taurat-Nya. Semua ini merupakan buah perenungan Pemazmur. Pemazmur sungguh melihat dan merasakan keagungan Tuhan dalam hidup ini. Bagi Pemazmur, alam di sekitarnya menjadi bukti keagungan Tuhan. Keindahan alam memancarkan kemuliaan Tuhan. Alam bersaksi tentang karya Sang Pencipta. ”Suara mereka tidak terdengar”, kata Pemazmur, tetapi keberadaan mereka menjadi bukti dan saksi dari karya besar yang telah dilakukan Tuhan.
Pemazmur juga merasakan perjumpaan dengan Tuhan melalui Taurat-Nya. Dalam Taurat itu Tuhan menyatakan diri dan kehendak-Nya atas kehidupan ini. Betapa berharganya Taurat itu bagi mereka yang takut akan Tuhan, karena memberi petunjuk yang tepat untuk menjalani kehidupan.

I Korintus 12:12-31a
Bukan rahasia bahwa jemaat Korintus terancam perpecahan karena ada anggapan bahwa perbedaan adalah jurang pemisah. Baik perbedaan golongan (golongan Paulus, Apolos, Kefas, Kristus), maupun perbedaan karunia (masing-masing merasa lebih unggul dan tidak saling membutuhkan) telah membawa keretakan dalam jemaat.
Rasul Paulus menekankan bahwa semua orang percaya telah dipersatukan dalam Kristus. Orang-orang percaya adalah anggota-anggota Tubuh Kristus. Tuhan memberikan karunia dan peran yang berbeda kepada orang-orang percaya. Pemberian karunia yang berbeda itu bertujuan ”supaya jangan  terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan”. Sekilas kita menduga bahwa persamaan akan membawa persatuan. Tetapi sebetulnya persamaan bisa membuat manusia hidup sendiri-sendiri, tidak saling membutuhkan karena tidak bisa saling melengkapi. Sebaliknya, perbedaan bisa dipakai Tuhan untuk mempersatukan. Perbedaan menghadirkan kebutuhan untuk saling melengkapi dan saling mengisi.

Injil Lukas 4:14-21
”Tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”, demikian dikatakan Tuhan Yesus menanggapi perkataan dan sikap orang-orang Nazaret yang menolak diriNya. Orang-orang Nazaret sebetulnya bukan menolak Yesus sebagaimana mereka kenal selama ini, tetapi menolak Yesus sebagai Mesias.
Sudah sejak lama bangsa Israel mengharapkan kedatangan Mesias sebagai seorang Pembebas yang kuat dan berkuasa. Pembebas yang akan melepaskan bangsa Yahudi dari belenggu penjajah. Pembebas itu tidak mungkin seorang pemuda Nazaret yang sederhana seperti Yesus.
Orang-orang Nazaret tidak memahami makna Mesias yang sesungguhnya. Peran dan karya Mesias hanya dipandang dari sisi manusiawi. Arti terdalam kehadiran Mesias sebagai Pembebas atas belenggu dosa tidak mereka pahami. Kehadiran Mesias dalam diri Yesus yang menyadarkan umat akan dosa tidak diterima. Mereka justru ingin menyingkirkan Yesus jauh-jauh dari kehidupan mereka

Renungan Atas Bacaan
Pada dasarnya manusia menginginkan kebebasan. Manusia ingin bebas sebebas-bebasnya, tidak suka diatur atau dibatasi, sehingga peraturan atau hukum dianggap membelenggu dan layak untuk dilanggar. Tuhan Yesus, Sang Pembebas, menyatakan karya pembebasanNya. Pembebasan itu bermakna:
1.      Pembebasan atas belenggu dosa.
Di dalam Kristus Yesus,  Allah menebus manusia dari dosa dan membuat kita hidup di bawah kasih karunia Allah. Kebebasan yang diterima manusia berada dalam pimpinan Allah dan harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah.
2.      Pembebasan dari kungkungan tembok-tembok keakuan yang memisahkan manusia dengan Allah dan sesamanya.
Di dalam Yesus Kristus, Allah mempersatukan manusia dengan diri-Nya dan dengan sesama. Tuhan Yesus memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang supaya setiap talenta dapat digunakan untuk mempersatukan.
3.      Pembebasan yang berarti menyadarkan manusia akan kehadiran dan karya Allah di dalam hidupnya.
Tuhan Yesus hidup bersama dengan orang-orang Nazaret, tetapi mereka gagal melihat kehadiran Kristus dan tidak mampu merasakan karya-Nya. Kita pun sering tidak mampu merasakan kehadiran Kristus. Kesadaran akan kehadiran Kristus akan menguatkan dan memampukan kita menjalani kehidupan yang berkenan di hadapan-Nya.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Melalui Taurat, Tuhan memperkenalkan diri dan menyatakan kehendak-Nya atas umat (Nehemia). Pemazmur memuliakan Tuhan yang menyatakan diri melalui alam semesta dan TauratNya (Mazmur). Tuhan menyatakan kasih dan kehendak-Nya melalui berbagai karunia dan talenta (Korintus). Yesus menyatakan diri kepada orang-orang Nazaret sebagai ”yang diurapi Allah” (Lukas). Keempatnya mengungkapkan penyataan diri Tuhan

Pokok dan Arah Pewartaan
Mewartakan karya pembebasan dan kasih Tuhan dalam diri Tuhan Yesus Kristus

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Kebebasan seperti apa yang didapatkan oleh percaya di dalam YESUS Kristus?
2.Apakah konflik yang terjadi dalam jemaat Korintus merupakan dampak pengunaan kebebasan yang  salah? Bagaimana menurut saudara?
3.Mengapa orang Nasaret tidak dapat menerima Yesus Kristus?




Bahan Pemahaman Alkitab, 12 Pebruari 2013

Cahaya kemuliaan kristus
di dalam umat-nya

Bacaan I: Keluaran 34:29-35; Tanggapan: Mazmur 99
Bacaan II: 2 Korintus 3:12-4:2; Bacaan III: Lukas 9:28-36, (37-43)

Tujuan:
Warga Jemaat memahami arti dan makna Transfigurasi Kristus.
Warga Jemaat menghayati panggilannya memancarkan cahaya kemuliaan Kristus di dalam kehidupan sehari-hari.

v Dasar Pemikiran:
Peristiwa transfigurasi merupakan penyataan jati diri Kristus selaku Anak Allah sehingga manusia mengenal Dia selaku Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Salah satu pertanyaan teologis yang sering dikemukakan adalah, ”Apakah kemuliaan Yesus Kristus sebagai suatu yang telah ada sejak kekal atau kemuliaan yang dianugerahkan Allah karena ketaatan, kesalehan, dan kesucian yang berhasil dicapai oleh Yesus?” Pemahaman teologis yang kita terima mengajarkan bahwa kemuliaan Kristus telah ada sejak kekal karena Roh Kristus telah ada sebelum Dia menjadi manusia. Dengan demikian Kristus sejak kekal telah mulia sebab sehakikat dengan Allah.
Perlu disadari bahwa setiap orang percaya senantiasa mendapat perhatian dari masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, setiap orang Kristen harus dapat memberikan teladan yang baik bagi masyarakat di sekitarnya. Jadi, setiap orang percaya memiliki panggilan untuk memancarkan cahaya kemuliaan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

v Keterangan Tiap Bacaan:

Keluaran 34:29-35
Secara pribadi, Musa pernah mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan itu membuat Musa mengalami kehadiran Tuhan dalam dirinya, ditandai dengan wajah yang bersinar yaitu suatu kemuliaan, ketenteraman, dan semangat hidup. Oleh sebab itu, ketika menyadari bahwa Tuhan telah hadir dalam diri Musa, Harun dan orang-orang Israel yang tidak setia dan berdosa menjadi takut untuk mendekati Musa.
Cahaya kemuliaan Allah yang dipancarkan oleh Musa sebenarnya lebih tepat disebut sebagai hasil pantulan dari perjumpaan Musa dengan Allah saat dia berada di gunung Sinai. Ketakutan umat Israel melihat wajah Musa yang bersinar bukan disebabkan oleh pancaran keilahian Musa, tetapi karena kasih karunia Allah yang memungkinkan Musa berhadapan muka dengan-Nya.
Saat Musa kembali dengan dua loh batu yang baru, Harun dan orang-orang Israel sangat ketakutan. Mereka menyadari apabila Tuhan hadir maka mereka tidak mungkin bersembunyi dari dosa mereka. Agaknya manusia memang belum siap untuk menerima kehadiran Tuhan.

Mazmur 99
Pemazmur mengungkapkan penghayatannya bahwa Tuhan adalah Raja. Itu terbukti dari kekuasaan-Nya yang luar biasa melebihi kuasa apapun di dunia ini hingga ”membuat bangsa-bangsa gemetar”. Tuhan mendasarkan kekuasaan-Nya dengan hukum, keadilan, dan kebenaran. Dalam kekuasaan-Nya, Tuhan sebagai Raja senantiasa mendengar seruan permohonan umat dan memperhatikan kehidupan umat-Nya. Pemazmur juga menegaskan bahwa Tuhan itu Mahakudus.
      
II Korintus 3:12-4:2
Di dalam ayat 14-15, rasul Paulus berkata: ”Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka”. Sikap manusia yang utama sering kali bukan mencari bukti kebenaran, tetapi selalu berupaya meragukan setiap kebenaran dan bukti yang tersedia. Dengan demikian, walaupun begitu banyak bukti kebenaran yang tersedia, tidak berarti manusia selalu mempercayainya.
Rasul Paulus memaknai Kitab Keluaran 34 dalam hubungannya dengan pengenalan kepada Kristus. Menurut Paulus, Musa menyelubungi mukanya yang bersinar merupakan tindakan simbolik, bahwa manusia tidak memahami sinar kemuliaan Tuhan. Selubung Musa adalah penghalang untuk melihat kebenaran TUHAN. Selubung itu juga yang menghalangi manusia sehingga tidak mengenal kebenaran di dalam Kristus Yesus yang adalah Mesias. Dan jika hati manusia berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu dibuka.

Injil Lukas 9:28-36, (37-43)
Ayat 29 menyaksikan: ”Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan”. Cahaya kemuliaan Allah dalam peristiwa transfigurasi Kristus adalah sesuatu yang muncul dari diri-Nya sendiri. Dengan demikian, kemuliaan Ilahi yang dipancarkan oleh Kristus menunjuk kepada kemuliaanNya yang telah ada sejak kekal. Kemuliaan ilahi dalam peristiwa transfigurasi Kristus merupakan pancaran kepenuhan Allah yang berdiam di dalam diriNya.
Ayat 30 menyaksikan bahwa saat tubuh Kristus mengalami transfigurasi, datanglah Musa dan Elia. Kedatangan Musa dan Elia bukan sekedar percakapan tanpa arti. Sebaliknya kedatangan Musa dan Elia tersebut hendak membicarakan sesuatu yang begitu penting dan hakiki bagi karya keselamatan Allah. Ayat 31 menyaksikan isi atau misi dari kedatangan Musa dan Elia dalam peristiwa transfigurasi Kristus adalah: ”Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”.
Dalam peristiwa transfigurasi inilah kita dapat melihat jati diri Kristus sebagai Anak Allah. Akhirnya ayat 35 menyaksikan: ”Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: ’Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia’”.

Renungan Atas Bacaan
Cahaya kemuliaan Allah yang dipancarkan oleh Musa sebenarnya lebih tepat disebut sebagai hasil pantulan dari perjumpaan Musa dengan Allah saat dia berada di gunung Sinai. Cahaya wajah Musa yang membuat umat Israel menjadi takut bukan pancaran keilahian Musa, melainkan karena kasih karunia Allah yang memungkinkan Musa berhadapan muka denganNya. Namun tidak demikian halnya dengan peristiwa penyataan jati diri (transfigurasi) Yesus Kristus seperti yang disaksikan dalam Lukas 9:29: ”Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaianNya menjadi putih berkilau-kilauan”. Cahaya kemuliaan Allah dalam peristiwa penyataan jati diri Kristus adalah sesuatu yang muncul dari diri-Nya sendiri. Dengan demikian, kemuliaan ilahi yang dipancarkan oleh Kristus menunjuk kepada kemuliaanNya yang telah ada sejak kecil. Kemuliaan ilahi dalam peristiwa penyataan jati diri Kristus merupakan pancaran kepenuhan Allah yang berdiam di dalam diri-Nya.

Harmonisasi Bacaan
Orang percaya mengalami perjumpaan dengan Allah dengan mengakui kekuasaan Tuhan dan menyembah-Nya. Akibatnya orang percaya memiliki cahaya kemuliaan Allah untuk menjadi tanda kesaksian bagi sesama. Tuhan Yesus telah memberikan keteladanan tentang bagaimana menyinarkan kemuliaan Allah dalam segenap kehidupan-Nya.

Pokok dan Arah Pewartaan
Di Minggu Transfigurasi ini, kita, selaku umat percaya, diajak untuk merenungkan makna kemuliaan Kristus di tengah-tengah kenyataan hidup dan penderitaan umat manusia. Realitas penderitaan kita sehari-hari sering membuat hidup kita berada dalam belenggu kekelaman. Namun penyataan jati diri Kristus dapat memberikan kita cahaya pengharapan yang kokoh.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Apa perbedaan cahaya kemuliaan yang ada pada Musa dan yang ada pada Yesus?
2.Selubung apa yang ada pada diri kita sehingga kita tidak mampu melihat kemuliaan Allah dalam hidup kita?
3.Apakah orang lain sudah dapat melihat kemuliaan Allah dalam hidup orang percaya?

Bahan Pemahaman Alkitab, 19 Pebruari 2013

Tuntunlah Kami
Menurut Rencana-Mu, Menyatakan Keadilan dan Perdamaian

Bacaan I: Ulangan 26: 1-11; Tanggapan: Mazmur 91:1-2;9-16;
Bacaan II: Roma 10: 8b-13:10; Bacaan III: Injil Lukas 4:1-13

Tujuan:
Bersyukur atas penyertaan Tuhan terhadap GKJ selama ini
Mewujudkan syukur dengan menyatakan keadilan dan perdamaian

v Dasar Pemikiran:
Karya penyelamatan Allah teranyam dalam sejarah kehidupan manusia. Dengan demikian, teranyam pula dalam kehidupan GKJ yang berusia 82 tahun. Karya keselamatan itu sudah selayaknya direspon dengan penuh syukur, bukan hanya dalam bentuk ritual gerejawi atau ranah spiritual. Ranah sosial pun menjadi hal yang tidak terpisahkan.
Keadilan menjadi perhatian utama dunia saat ini sebab tanpa terwujudnya keadilan, tidak akan ada perdamaian. Dengan demikian keadilan harus terwujud dalam kehidupan gereja.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Ulangan 26:1-11
Menjelang masuk ke tanah perjanjian, orang Israel diberi perintah untuk selalu ingat akan kesetiaan dan karya Tuhan. Cara mengingat yang diperintahkan adalah dengan mempersembahkan hasil pertama tanah mereka. Cara ini sangat indah sebab dengan menyisihkan hasil pertama dari tanah, orang Israel akan selalu ingat bahwa Tuhanlah yang menyediakan tanah itu. Tuhan pula yang memberkati mereka sehingga dapat menuai hasil tanah itu. Itu berarti orang Israel juga harus selalu ingat untuk tidak mendaku tanah ataupun hasilnya sebagai semata-mata hasil kerja mereka.
Di pihak lain, persembahan itu tidak semata-mata bersifat spiritual. Pada saat yang sama, persembahan itu dirayakan bersama dalam sukacita bersama dengan orang Lewi dan orang asing yang tinggal di tempat itu. Itu berarti, relasi dengan Tuhan secara spiritual, pada saat yang sama memiliki dimensi sosial yang tidak boleh dilupakan.

Mazmur 91:1-2,9-16
Ayat 1-2 merupakan pengakuan awal pemazmur mengenai perlindungan yang diterimanya dari Tuhan. Pengakuan itu juga mencakup keyakinan akan kepastian pertolongan dari Tuhan.
Ayat 9-13 menjadi gambaran pertolongan yang diterima oleh orang-orang yang mau berlindung kepada Tuhan. Bukan berarti tidak akan mengalami hal-hal buruk, tetapi dalam kondisi apapun, Tuhan menyertai dan menolong. Tuhan menjagai kemah/tempat tinggal orang yang berserah kepada-Nya. Bahkan Tuhan mengutus malaikat/utusan-Nya untuk menjaga orang-orang yang percaya kepada-Nya. Orang-orang yang berada dalam lindungan-Nya juga akan menang melawan musuh/bahaya yang digambarkan sebagai singa dan ular.
Bagian terakhir, ayat 14-16, menggambarkan kata-kata Tuhan yang menyatakan perlindungan Ilahi. Pernyataan ini mengandung jaminan bahwa Tuhan menolong, memberikan keamanan, menjawab seruan, menyertai dalam kesesakan, meluputkan, memuliakan, mencukupi kebutuhan dasar, dan mengaruniakan keselamatan. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan peduli kepada orang yang percaya kepada-Nya.

Roma 10:8b-13
Pada bagian ini, Rasul Paulus hendak menekankan pada pentingnya mengakui Yesus sebagai Tuhan. Pengakuan itu berawal dari pengetahuan yang didapatkan dari Firman yang diterima. Namun tidak ada gunanya jika firman itu hanya diterima atau didengarkan. Firman itu harus berdiam dalam mulut dan hati. Rasul Paulus menggambarkannya dengan menyatakan bahwa dengan berdiamnya firman dalam hati, seseorang dapat beriman dan dengan demikian dibenarkan. Saat firman itu berdiam dalam mulut, seseorang dapat mengaku dan diselamatkan. Oleh karena itu tidak bisa dipisahkan antara iman yang membenarkan dengan pengakuan yang menyelamatkan.
Oleh karena iman dan pengakuan itu yang menjadi hal utama saat menerima Yesus sebagai Tuhan, Rasul Paulus berpendapat bahwa Hukum Taurat bukan menjadi hal utama dalam keselamatan. Dengan demikian, kabar sukacita keselamatan tidak hanya diterima oleh orang-orang yang berada di bawah Hukum Taurat. Konsekuensinya, orang percaya harus mengakui pula bahwa keselamatan itu adalah untuk semua orang. Baik orang Yahudi maupun Yunani sama-sama berhak atas keselamatan itu. Tidak ada pembedaan di antara bangsa yang berbeda.

Injil Lukas 4:1-13
Pencobaan Yesus terjadi di padang gurun. Agaknya itu adalah Padang Gurun Yudea yang membentang sepanjang 30 km di sebelah timur dataran tinggi Yerusalem sampai ke Sungai Yordan dan Laut Mati. Di situ Yesus menjalani puasa selama 40 hari. Angka empat puluh menjadi salah satu penanda bagi orang Yahudi, yaitu waktu yang panjang, tetapi terukur. 40 hari juga adalah waktu yang diambil oleh Musa dan Elia untuk berpuasa sebelum menjalankan tugas yang penting. Urutan pencobaan yang disajikan Lukas berbeda dengan Matius karena menempatkan pencobaan terakhir di Yerusalem, tempat Yesus kelak mengalami penderitaan.
Dalam mencobai Yesus, Iblis menggunakan sapaan Anak Allah. Hal itu menunjukkan bahwa Iblis hendak menyentuh sisi gengsi manusiawi Yesus, yaitu kebanggaan sebagai Anak Allah yang memiliki kuasa. Namun upaya itu gagal. Yesus tidak gila hormat, juga tidak merasa bahwa status-Nya sebagai Anak Allah memberi-Nya hak untuk menggunakan kuasa itu sekadar untuk membuktikan kehebatan-Nya.
Ketiga pencobaan yang dilancarkan oleh Iblis menyentuh tiga dimensi hasrat manusia, yaitu makanan/kebutuhan jasmani, kekuasaan, dan rasa percaya (trust). Yesus mengatasi ketiganya dengan otoritas firman Allah.

Renungan Atas Bacaan
82 tahun yang lalu, di Kebumen diselenggarakan sidang sinode pertama Pasamoewan Gereformeerd Djawi-Tengah, yang menandai awal perjalanan GKJ sebagai sebuah sinode mandiri. Tuhan telah membimbing para zendeling berniat dan berminat mengabarkan Injil di tanah Jawa, membentuk jemaat, dan membimbingnya dewasa. Tuhan menuntun jemaat-jemaat dewasa itu bergabung dalam klasis dan sinode. Kalau tidak berada dalam naungan perlindungan Tuhan, tidak akan terwujud.
82 tahun bukan waktu sebentar. Kesukaan berganti kedukaan pasti dialami. Godaan dan tantangan mewarnai perjalanan sejarah GKJ. Namun Tuhan tetap menjagai. Sudah selayaknya jika karunia yang sedemikian besar ditanggapi dengan syukur. Syukur yang seperti apa?
Bersediakah GKJ (secara lokal, klasikal, dan sinodal) tidak hanya mewujudkan ibadahnya dalam peribadahan liturgis, tetapi juga menyentuh ranah sosial? Sama seperti persembahan pertama hasil tanah orang Israel. Bukan hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial, berbagi dengan yang membutuhkan.
Maukah GKJ menjadi gereja yang terbuka? Tidak hanya berkutat dalam lingkup GKJ, tapi juga bersanding dengan gereja dan agama lain, menghargai kesetaraan gender dan alam ciptaan Tuhan. Sama seperti keselamatan tidak hanya untuk orang Yahudi.
Bisakah GKJ menjadi gereja yang rendah hati? Tidak mementingkan gengsi dan status sebagai orang yang telah diselamatkan. Sama seperti Yesus yang tidak menyalahgunakan status dan kekuasaan-Nya sebagai Anak Allah.
Allah kita adalah Allah Kehidupan. Kehidupan hanya bisa terwujud dengan baik jika ada keadilan yang membawa perdamaian di dalamnya. Bagaimana dengan GKJ di usia 82 tahun ini? Mari, dalam sukacita ulang tahun dan memasuki masa pra Paskah ini, kita bertelut dalam doa, ”Allah Kehidupan, tuntunlah kami menurut rencana-Mu menyatakan keadilan dan perdamaian”.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Pemazmur mengajak umat menyadari perlidungan Tuhan dan dengan demikian bersyukur. Ungkapan syukur mewujud dalam kesediaan berbagi (Ulangan), terbuka kepada orang lain (Roma), dan rendah hati, tidak menyalahgunakan kekuasaan yang ada atau mementingkan gengsi (Lukas).

Pokok dan Arah Pewartaan
Jemaat menghayati perjalanan kehidupan GKJ sebagai karya Tuhan yang layak disyukuri. Bukan hanya oleh GKJ sebagai sinode, tetapi juga oleh setiap bagian dari GKJ, termasuk gereja lokal dan warga gereja. Ungkapan syukur itu mewujud dalam penegakan keadilan, yang pada gilirannya membawa perdamaian.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Tunjukkan bukti pemeliharaan Allah dalam kehidupan GKJ Ambarawa?
2.Apa bentuk rasa syukur yang tepat dalam kita memperingati HUT Sinode jika kita kaitkan dengan bacaan-bacaan di atas?
3. ”Allah Kehidupan, tuntunlah kami menurut rencana-Mu menyatakan keadilan dan perdamaian”.
Apa arti kalimat di atas bagi hidup saudara dan bagi hidup GKJ Ambarawa?



























Bahan Pemahaman Alkitab, 26 Pebruari 2013

Pengorbanan Kristus
wujud kesetiaan janji keselamatan dari Allah

Bacaan I: Kejadian 15:1-12,17-18; Tanggapan: Mazmur 27;
Bacaan II: Filipi 3:17-4 :1 ; Bacaan III: Injil  Lukas 13:31-35

v Dasar Pemikiran:
Perjanjian Allah dengan Abraham adalah janji memberikan keturunan bagi Abraham sebagai bangsa yang besar, mendapat berkat, dan keselamatan dari Allah. Kesetiaan Allah dalam mewujudkan janji-Nya kepada Abraham dan keturunannya telah terbukti dalam kehidupan Abraham. Bahkan janji keselamatan menjadi sempurna dengan pengurbanan Tuhan Yesus di kayu salib. 

v Keterangan Tiap Bacaan:
Kejadian 15:1-12,17-18 (Perjanjian Allah dengan Abram)
Perikop ini menyajikan janji Tuhan kepada Abram, yaitu:
1.      Abram akan mendapat keturunan yang banyak seperti bintang di langit.
2.      Abram juga mendapat berkat suatu negeri yang menjadi  miliknya.
3.      Abram akan pergi ke nenek moyangnya dengan sejahtera dan dikuburkan saat rambutnya memutih atau dengan kata lain Abram akan berumur panjang.
4.      Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram dengan memberikan negeri dari sungai Mesir hingga sungai Efrat.
Selain pemberian, Tuhan pun berfirman mengenai gambaran bahwa keturunan Abram akan menjadi orang asing di suatu negeri, diperbudak dan dianiaya selama empat ratus tahun lamanya. Namun Tuhan tidak akan membiarkan keturunan Abram. Tuhan akan menghukum bangsa asing itu dan sesudahnya keturunan Abram akan keluar dari bangsa itu dengan membawa harta yang banyak.

Mazmur 27 (Aman dalam Perlindungan Tuhan)
Pemazmur mengungkapkan pengakuan bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya sehingga ia tidak takut menghadapi musuh-musuhnya. Tuhan melindunginya dari orang-orang yang mengancam dan penuh tipu daya. Tuhan memperhatikan hambaNya yang meminta tolong, memberi pertolongan, dan menunjukkan jalanNya.

Filipi 3:17-4 :1 (Nasihat-nasihat kepada jemaat)
Paulus mengingatkan jemaat di Filipi untuk meneladani hidup Rasul Paulus atau para rasul lainnya. Hal ini disebabkan oleh keperihatinan Rasul Paulus menyaksikan umat yang hidup sebagai seteru Kristus. Mereka adalah orang yang meributkan tentang sunat atau berpantang beberapa makanan untuk menunjukkan betapa mereka mengasihi Tuhan, padahal yang terjadi mereka lebih menekankan perkara duniawi. Supaya tidak binasa, Rasul Paulus mengingatkan umat akan kewargaan surga. Kehidupan umat yang senantiasa menantikan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat membuat umat selalu berdiri teguh dalam Tuhan.

Injil Lukas 13:31-35 (Yesus harus mati di Yerusalem, keluhan terhadap Yerusalem)
Dalam perikop ini dikisahkan beberapa orang Farisi yang mencoba menakut-nakuti Yesus untuk segera meninggalkan Yudea. Yesus tidak menunjukkan rasa takut-Nya, malah meminta mereka mengutarakannya kepada Herodes yang disimbolkan sebagai serigala. Yesus mengungkapkan karyaNya dan menyatakan bahwa pada hari yang ketiga semuanya selesai. Yesus merujuk akan kebangkitanNya pada hari yang ketiga. Yesus meratapi Yerusalem yang menjadi tempat para nabi dilempari batu dan dibunuh. Ia memiliki kerinduan mengumpulkan umatNya bagai induk ayam mengumpulkan anak-anaknya, namun umat tidak mau menerimaNya. Yesus juga bernubuat tentang umat yang meninggalkan Bait Allah karena runtuhnya Bait Allah, hingga mereka menyadari dan berkata:  ”Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan”.

Renungan Atas Bacaan
Allah telah memilih Abraham guna mengadakan perjanjian kekal dengan umat-Nya. Perjanjian kekal itu sempurna melalui pengurbanan Tuhan Yesus. Namun sayang, pada masa pelayanan Tuhan Yesus di antara bangsa Israel, banyak orang menolak-Nya. Namun Tuhan Yesus menubuatkan masa saat mereka akan menerima-Nya dan memuliakan nama-Nya. Oleh karena itu Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi agar tidak terlalu merisaukan perkara duniawi, melainkan hidup dengan menekankan perkara surgawi. Umat dipanggil kokoh berdiri teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus.
Melalui firman Tuhan pada khotbah saat ini, jemaat Tuhan, sebagai umat yang telah menerima keselamatan dari Tuhan, dipanggil untuk selalu menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan tetap teguh memegang keselamatan. Jemaat juga dipanggil menanggapi kesetiaan Tuhan dalam memberikan janji keselamatan kepada umat, dengan hidup dalam kesetiaan akan anugerah keselamatan.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Janji berkat Tuhan kepada Abraham adalah keturunan dan penyertaan. Ada masa ketika keturunan Abraham akan menderita, tetapi Tuhan tetap menyertai. Janji itu diteguhkan oleh Pemazmur yang merasakan aman dalam perlindungan Tuhan. Yesus mengingatkan orang-orang yang tidak menerimaNya bahwa akan datang saatnya mereka menerima keselamatan melalui pengurbanan-Nya. Dalam pergumulan iman inilah Rasul Paulus menasihati dan mengajak umat untuk lebih memikirkan perkara surgawi sehingga mereka tetap ada dalam kesetiaan dan kekuatan iman.

Pokok dan Arah Pewartaan
Janji keselamatan yang diberikan kepada Abraham dan anak  keturunannya terjadi di sepanjang hidup. Bukan hanya untuk keturunan dalam arti makna duniawi, melainkan juga untuk keturunan Abraham secara rohani. Kesetiaan janji keselamatan diberikan Tuhan melalui pengurbanan Tuhan Yesus bagi semua orang yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan hidup baru dalam kesetiaan kepada Tuhan.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Abram mendapatkan janji Allah. Dan dia percaya pada janji tersebut. Apa janji Allah pada setiap orang percaya?
2.Abram mendapati banyak tantangan dalam percaya kepada janji Allah. Sebutkan apa saja tantangan yang dihadapi?
3. Tantangan apa saja yang dihadapi orang kristen untuk memegangi janji Allah?

























Bahan Pemahaman Alkitab, 19 Maret 2013
Pertobatan
Dengan Segenap Hati

Bacaan I:  Yesaya 43:16-21; Tanggapan:  Mazmur 126;
Bacaan II: Filipi 3:4b-14 ; Bacaan III: Injil  Yohanes 12:1-8

v Dasar Pemikiran:
Hidup sesungguhnya adalah anugerah Tuhan dan patut dipersembahkan kembali kepada-Nya. Namun karena rupa-rupa sebab, orang atau sekelompok umat bisa kehilangan orientasi diri dan kehidupannya, bahkan melupakan Tuhan, sumber kehidupannya. Untuk itulah pertobatan menjadi penting dan mesti dengan segenap hati.
Teks-teks Alkitab di Minggu kelima Pra-Paskah ini disediakan untuk menjadi cermin bagi diri dan kehidupan kita. Melaluinya kita diajak untuk mengumuli kembali tentang diri kita, perjumpaan dengan Tuhan, dan perubahan hidup sebagai buah dari perjumpaan itu.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Yesaya 43:16-21
Konteks teks ini adalah tentang pembebasan umat Israel dari pembuangan di Babel. Pada masa itu Deutero-Yesaya mengajak umat untuk kembali menyadari (bertobat) bahwa Yahwe-lah pencipta mereka. Penghukuman yang mereka alami dan kehancuran Yerusalem adalah akibat dari dosa-dosa mereka. Umat diajak kembali merenungkan peristiwa Keluaran bukan sebagai sejarah masa lalu, tetapi sebagai sesuatu yang sedang terjadi pada masa kini. Karya penyelamatan Allah atas umat-Nya bukan hanya terjadi pada masa lampau atas nenek moyang mereka, tetapi kini berulang dan terjadi atas mereka. Untuk itu Allah menghendaki umat-Nya memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan.

Mazmur 126
Syair sederhana, tetapi indah, ini sangat mungkin dinyanyikan oleh umat Israel tidak lama setelah mereka kembali dari pembuangan di Babel pada tahun 538 sM. Itu sebabnya mereka memohon supaya Tuhan, sumber pengharapan umat, memulihkan keadaan mereka.
Ayat 1-3 dengan jelas mengungkapkan kegembiraan besar yang terjadi di Yerusalem. Ayat 4 mengingatkan umat untuk terus berdoa kepada Tuhan supaya Ia senantiasa campur tangan di dalam kehidupan umat, antara lain dengan memberikan kesuburan atas tanah mereka. Ayat 5-6 mengungkapkan bahwa kerja keras yang mereka lakukan akan diberkati oleh Tuhan.

Filipi 3:4b-14
Pada bagian ini Paulus mengungkapkan kembali latar belakang kehidupan dan kisah pertobatannya. Ia seorang Yahudi tulen, setia dan taat pada peraturan keagamaan, seorang Farisi yang bersemangat dan militan, sehingga ia menganiaya jemaat. Tetapi perjumpaannya dengan Sang Kristus telah mengubah segalanya. Ia mengakui bahwa Allah melalui Sang Kristuslah penyelamatnya. Bukan pembenaran oleh diri sendiri dengan menaati hukum Taurat. Itu pula sebabnya, Paulus mengajak jemaat untuk mengikuti teladan Sang Kristus dan menjadi serupa dengan-Nya. Ia tahu bahwa ia belum sempurna, tetapi ia berusaha mengejar kesempurnaan itu dengan sekuat tenaga.

Injil Yohanes 12:1-8
Kisah pengurapan ini mirip dengan penuturan di dalam Markus 14:1-11 dan Matius 26:1-6 (Lukas 7:36-50 memiliki kerangka dan alur waktu yang berbeda). Markus dan Matius menempatkan peristiwa itu di rumah Simon, orang Kusta. Yohanes menempatkan peristiwa itu di rumah Maria, Marta, dan Lazarus.
Maria meminyaki kaki Tuhan Yesus dan menyekanya dengan rambutnya (ay. 2-3). Tindakan Maria itu diprotes oleh Yudas Iskariot sebab minyak narwastu itu seharga 300 dinar (= upah satu tahun seorang pekerja).
Bagi Maria tindakannya itu merupakan ungkapan kasih dan hormatnya kepada Tuhan Yesus. Ia tidak memperhitungkan nilai ekonomis minyak narwastu murni itu, bahkan harga dirinya. Perjumpaannya dengan Tuhan Yesus bukan hanya telah menyadarkan dan membuka perspektif hidupnya, tetapi juga telah memperbaharui hidupnya sehingga ia ingin memberikan yang terbaik bagi-Nya.
Sebaliknya, di hadapan orang banyak Yudas Iskariot tampil sebagai pembela orang miskin. Namun ia memiliki motif lain. Ia ingin uang dalam kas yang dipegangnya bertambah sehingga dapat digunakannya untuk kepentingan pribadi.
Tuhan Yesus menanggapi dengan memakai tindakan Maria sebagai simbolisasi persiapan pemakaman-Nya yang akan terjadi kemudian (ay. 7).

Renungan Atas Bacaan
Hidup di dalam dosa pasti tidak menyenangkan. Apalagi jika disertai dengan penghukuman dari Tuhan. Dengan kekuatan sendiri, kita sering kali tidak sanggup mengatasinya. Untuk itulah dibutuhkan penolong dan penyelamat. Hanya Tuhanlah yang mampu menjadi penolong dan penyelamat sejati.
Dalam keberdosaannya, umat Israel harus menanggung penghukuman dan pembuangan di Babel. Masa-masa sulit itu mengingatkan kembali akan masa lalu yang harus dihadapi oleh nenek moyang mereka saat ditindas di Mesir. Sejarah pahit itu kembali terulang. Tuhan pun kembali menunjukkan kasih-Nya yang menyelamatkan.
Ketika kebebasan dan keselamatan benar-benar diperoleh dan dirasakan, sukacita dan syukurlah yang dirasakan oleh umat Israel. Mereka pun menyadari bahwa untuk melanjutkan kehidupan, mereka tetap membutuhkan campur tangan Tuhan supaya kerja keras mereka di tanah yang diberikan Tuhan terus diberkati.
Paulus pun mengalami pertobatan yang benar-benar mengubah orientasi diri dan kehidupannya. Ia ingin melupakan masa lalunya dan mengarahkan diri ke depan dalam iman dan teladan Sang Kristus.
Ketulusan hati Maria dalam menyatakan syukur kepada Tuhan Yesus, sekalipun menimbulkan kritik/protes dari Yudas Iskariot, ternyata juga dipakai oleh Tuhan Yesus untuk persiapan penguburan-Nya. Sesuatu yang sungguh tidak diduga oleh Maria sebab ia hanya ingin memberikan yang terbaik kepada Tuhan Yesus dari yang ada padanya.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Pertobatan bisa terjadi dan diperlukan atas sekelompok orang atau seseorang. Dalam pertobatan, yang dibutuhkan adalah kesungguhan dan ketulusan hati. Jika kita mampu melakukannya, hal itu semata-mata karena kasih Tuhan. Untuk itu, bersyukurlah dengan memuji nama-Nya dan memberikan milik kita yang terbaik kepada Tuhan.

Pokok dan Arah Pewartaan
Tuhan menghendaki umat-Nya hidup dalam pertobatan yang tulus, dengan segenap hati. Pertobatan yang demikian akan menghasilkan perubahan orientasi diri dan kehidupan. Kehidupan umat Israel dan Paulus contohnya.
Ketika kasih Tuhan telah dinyatakan, jangan lupa mengucap syukur dengan segenap hati. Umat Israel dan Maria memberikan contoh ungkapan syukur itu.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Di dalam PPAG disebutkan ada Pertobatan Dasar dan ada Pertobatan Senantiasa. Jelaskan hal tersebut berdasar pengertian saudara!
2.Apa yang terjadi pada Paulus dalam kesaksiannya dalam kitab Filipi?
3.Apa pendapat saudara tentang ekspresi pertobatan yang ditunjukkan oleh Maria dalam injil Yohanes?










Bahan Pemahaman Alkitab, 26 Maret 2013

PERJANJIAN BARU
OLEH DARAH KRISTUS

Bacaan I: Yesaya 50: 4-9a; Tanggapan: Mazmur 31: 9-16; Bacaan II: Filipi 2: 5-11; Bacaan III: Injil Lukas 22: 14-23: 56 (*fokus di 22: 14-20)

 

Tujuan:
Umat turut ambil bagian dalam sengsara Kristus,
yaitu berkurban demi kebaikan orang lain
Umat mempercayakan diri kepada Tuhan ketika menghadapi penderitaan.

v Dasar Pemikiran:
Hari ini gereja merayakan Minggu Palmarum yang disebut juga Minggu Sengsara. Gereja memperingati peristiwa Yesus masuk ke Yerusalem untuk menggenapi misi-Nya di kayu salib. Ia mengurbankan nyawa-Nya supaya semua orang bisa hidup. Panggilan ini juga menjadi panggilan para pengikut-Nya. Pengikut Yesus dipanggil untuk memberi diri bagi sesama. Laksana pelayan, para pengikut-Nya harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan orang lain. Seperti lilin, ia harus rela tubuhnya habis terbakar untuk menerangi dan menghangatkan sekitarnya. Tuhan akan menolong dan membela umat-Nya yang menderita demi orang lain. Mereka juga akan ditinggikan-Nya.

v  Keterangan Tiap Bacaan:
Yesaya 50:4-9a
Orang menderita akibat kesalahan yang diperbuatnya merupakan hal yang wajar. Namun hamba Tuhan yang diberitakan dalam bacaan ini justru menderita karena melakukan hal yang benar. Ketika menyampaikan kebenaran, ia malah dihina dan disiksa laksana penjahat. Akan tetapi ia tidak melawan siksaan dan penghinaan yang ditujukan kepadanya.
Hamba adalah orang yang bekerja untuk memenuhi kehendak majikannya. Dalam tradisi Israel saat itu, seorang hamba bekerja bukan demi upah, melainkan karena ia adalah kepunyaan majikannya. Hamba Tuhan hidup untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dalam sebutan itu ada tuntutan untuk taat mutlak. Jadi bukan sekadar taat melaksanakan tugas sepanjang tidak merugikan dirinya atau tidak ada risiko. Seiring dengan itu, terdapat penyerahan diri yang mutlak kepada Tuhan. Ia tidak perlu membela diri karena Tuhan yang akan membelanya.
Tidak disebutkan secara eksplisit orang yang disebut sebagai hamba Tuhan. Orang Israel meyakini ia adalah Mesias. Hamba Tuhan memang harus menderita. Namun penderitaannya ini justru akan memenangkan banyak orang. Pengabdian dan penderitaannya akan memberi hidup kepada orang-orang (Yes. 53:4-5,10-11).

Mazmur 31:10-16
Pemazmur mengadukan kesusahannya kepada Tuhan dalam doa. Tidak disebutkan dengan jelas penderitaan yang dialaminya. Ia hanya menggambarkan bahwa penderitaannya membuatnya sakit, baik sakit fisik, psikis (jadi bahan omongan orang), maupun rohani. Penderitaan tersebut melumpuhkannya, membuatnya bagaikan orang mati; seperti bejana yang rusak, sudah tidak bisa dipakai lagi, tidak ada gunanya selain dibuang. Ia menyampaikan keluhan kepada Tuhan (ay. 10-14). Ia datang kepada-Nya meminta kelepasan dan perlindungan dari sumber penderitaannya.
Berikutnya tampak peralihan dari putus asa kepada keyakinan. Pemazmur mengeluh sekaligus percaya kepada Tuhan. Tuhan mengetahui penderitaannya dan pasti akan bertindak. Ia belum melihat perbuatan Tuhan itu. Dengan kata lain, penderitaan itu masih berlangsung. Namun ia tetap percaya kepada-Nya. Keyakinan ini bukan bertumpu pada bukti, melainkan pada perjanjian. Dulu Tuhan telah melepaskan Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Peristiwa itulah yang menjadi dasar perjanjian antara Tuhan dan Israel. Tuhan bertanggung jawab atas keselamatan umat-Nya. Sebaliknya, umat mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Inilah yang membuat pemazmur yakin untuk menyerahkan masa depannya ke dalam tangan Tuhan (ay. 16a).

Filipi 2:5-11
Paulus mengingatkan jemaat Filipi bahwa Kristus telah menjadi hamba dan mendorong mereka untuk meneladani-Nya. Ada bahaya munculnya penyesat di tengah jemaat. Salah satu ciri penyesat adalah suka menonjolkan diri. Mereka menggebu-gebu bersaksi di depan umat, tetapi kesaksiannya malah banyak menceritakan dirinya sendiri.
Paulus menasihati jemaat supaya mengubah pikiran dan perasaan lalu meneladani Kristus. Kristus mengosongkan diri-Nya demi kebaikan bersama. Ia pantas menonjolkan diriNya, tetapi itu tidak dilakukanNya. Sebaliknya, Ia justru merendahkan diriNya dan menjadi sama dengan manusia yang hina.
Percaya kepada Kristus mengubah kehidupan seseorang. Umumnya orang cenderung berpusat pada diri sendiri, egois, mencari kepentingannya sendiri. Namun Kristus mengubah arah hidupnya menjadi ke luar. Ia tidak mencari kebaikan untuk diri sendiri. Sebaliknya, Ia mencari kebaikan untuk orang lain. Hal inilah yang membuat Allah meninggikan Yesus. Orang yang turut teladan-Nya pun akan ditinggikan-Nya.

Lukas 22: 14-23:56 (fokus di 22:14-20)
Perjamuan makan malam terakhir yang dilakukan Yesus bersama keduabelas murid-Nya sarat dengan pengajaran. Malam itu merupakan perjamuan Paskah orang Yahudi. Mereka makan daging domba dan roti tak beragi, serta minum anggur. Perayaan ini dilakukan untuk memperingati peristiwa pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir. Perjamuan itu menekankan tulah kesepuluh. Rumah yang di pintunya diolesi darah domba, lolos dari maut. Yesus mendemonstrasikan hal yang akan dialami-Nya di kayu salib dalam lambang roti dan anggur. Ia akan mengalami siksaan dan kematian. Namun itu semua harus terjadi untuk menyempurnakan Paskah pembebasan dari tanah Mesir. Roti yang terpecah dan anggur yang tercurah menggambarkan tubuh dan darah-Nya yang dikurbankan demi pembebasan manusia secara total. Pengubanan-Nya bukan sekadar melepaskan manusia dari penindasan, tetapi juga dari dosa dan kejahatan yang menguasai hati manusia, serta dari kematian.
Pengurbanan darah-Nya menjadi tanda (meterai) perjanjian baru antara Tuhan dan umat manusia. Perjanjian baru itu merupakan penggenapan nubuat Yeremia (Yeremia 31:31-34). Yang diperbarui bukan sesuatu yang ada di luar, melainkan sesuatu yang di dalam, yaitu inti kehidupan manusia: batin dan hati. Dan Tuhan mengampuni dosa semua orang.

Harmonisasi Bacaan
Bacaan kali ini saling berkaitan. Pokok pemberitaannya adalah Kristus yang berkurban demi keselamatan manusia. Ini juga menjadi panggilan para pengikut Kristus, yaitu rela berkurban demi kebaikan sesamanya. Yesus dan para pengikut-Nya sanggup menjalani panggilan ini karena mempercayakan diri sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan yang akan membela dan meninggikan mereka.

Renungan Atas Bacaan
Setiap orang tahu bahwa ia tidak mampu hidup sendiri sehingga membutuhkan sesama. Namun orang juga sanggup memangsasesama demi kepentingannya sendiri. Ada yang mencuri milik sesama, mulai dari mencuri ide sampai harta benda. Ada juga yang sanggup menyakiti hati dengan menggunjingkan, memaki, meremehkan, atau menjelek-jelekkan sesama supaya dirinya sendiri tampak baik di hadapan orang lain. Tidak sedikit juga orang yang memperalat sesama demi memperoleh keuntungan pribadi. Pendek kata, manusia sanggup mengorbankan orang lain demi kepentingannya.
Hamba Tuhan menerima penolakan dan penghinaan dari sesamanya. Ia menderita bukan karena kesalahannya. Namun, penderitaan dan pengabdiannya ini di kemudian hari akan memenangkan banyak orang. Itulah pemberitaan tentang Hamba Tuhan yang cocok dengan kehidupan Yesus. Ia memang menderita laksana penjahat, tetapi sesungguhnya Ia tidak bersalah. Pengurbanan-Nya di kayu salib demi menyelamatkan manusia. Pengobanan-Nya bukan sekadar melepaskan manusia dari penindasan, tetapi juga dari dosa dan kejahatan yang menguasai hati manusia, serta dari kematian. Pembebasan dari dosa dan kejahatan yang menguasai hati manusia tampak dalam pembaruan inti kehidupan manusia, yaitu batin dan hati. Inilah Perjanjian Baru yang dimeterai dengan darah-Nya.
Yang dilakukan oleh Yesus menentang arus. Di saat orang berlomba-lomba mencapai posisi puncak; bahkan dengan menginjak-injak sesama, Yesus justru melakukan yang sebaliknya. Ia memberikan nyawaNya untuk keselamatan orang lain. Ia merendah. Yesus tidak mengedepankan kepentinganNya. Sebaliknya, Ia mengutamakan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Inilah panggilan hidupNya: melayani dan memberikan nyawaNya untuk hidup orang lain.
Pengikut Kristus juga dipanggil untuk menjalani panggilanNya, yaitu berkurban demi kebaikan orang lain. Tidak ada yang sanggup menjalani panggilan ini tanpa pertolonganNya.

Pokok Permenungan
Apa makna penderitaan dan kematian Yesus bagi perutusanku?
Pertanyaan di atas mengarahkan pada permenungan untuk bersama-sama mencari konsekuensi menjadi pengikut Kristus. Menjadi pengikut Kristus memiliki konsekuensi turut menderita bersama Kristus. Namun penderitaan itu hanya akan bermakna bila untuk dan demi Kristus. Dari penderitaan dan kematian Kristus, kita mendapatkan perjanjian baru sebagai milik Tuhan yang kekal. Dari sinilah, untuk selanjutnya kita bisa kritis pada penderitaan yang kita alami. Terutama setelah menjawab ”ya dengan segenap hati” atas rahmat baptisan, rahmat confessio dei (sidi), rahmat tahbisan sebagai pendeta, rahmat peneguhan sebagai penatua/diaken, rahmat hidup berkeluarga, pun pula rahmat perutusan yang menjadi kekhasan kita hidup di dunia. Kekritisan itu akan tampak dalam kesadaran dan sikap kita terhadap penderitaan yang dialami. Penderitaan yang dialami bukan karena kesalahan kita, akan mengarahkan kita untuk bersyukur karena turut ambil bagian dalam penderitaan Kristus. Penderitaan yang dialami karena kesalahan dan pelanggaran kita, akan mengarahkan kita pada pertobatan dan percaya pada belas kasih Tuhan.

Pokok dan Arah Pewartaan

Pokok Pewartaan:
Perjanjian Baru Oleh Darah Kristus

Arah Pewartaan:
1.Umat turut ambil bagian dalam sengsara Kristus, yaitu berkurban demi kebaikan orang lain
2.Umat mempercayakan diri kepada Tuhan ketika menghadapi penderitaan

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Berkurban demi kebaikan orang lain. Itu yang telah dilakukan Kristus. Kalau kita mau mengikuti jejak Kristus, apa hambatan terbesarnya?
2.Menurut saudara mengapa Kristus mampu berkurban demi kebaikan orang lain?
3.Kita belajar dalam kehidupan berkeluarga. Kurban apa saja yang telah dilakukan setiap anggota keluarga bagi anggota keluarga yang lain? Sebutkan!








Bahan Pemahaman Alkitab, 9 April 2013

Yesus yang Bangkit Itu,
Yesus yang Disalibkan

Bacaan I: Kisah Para Rasul 5:27-32; Tanggapan:         Mazmur 118:14-29;
Bacaan II: Wahyu 1:4-8; Bacaan III: Injil Yohanes 20:19-31

Tujuan:
Jemaat yakin bahwa Yesus yang bangkit adalah Yesus yang disalib
Jemaat mendapat teladan mengenai kesaksian berdasar iman.

v Dasar Pemikiran:
Keraguan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati bisa menggoyahkan iman. Namun melalui bukti-bukti yang diberikan sendiri oleh Yesus dan kesaksian para rasul, kita bisa yakin bahwa yang kita imani adalah kebenaran. Jika hidup dijalani dalam iman yang benar, tentunya juga harus disertai perbuatan-perbuatan dalam kebenaran.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Kisah Para Rasul 5:27-32
Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, ....
Ini adalah kali ke dua Petrus dan rasul yang lain berada di hadapan Mahkamah Agama. Kembali mereka diperhadapkan pada perintah untuk tidak mengajar dalam Nama Yesus. Hanya saja, pada pertemuan kali ini larangan yang diberikan disertai perasaan bahwa dengan pengajaran itu, Petrus dan kawan-kawan hendak menanggungkan kesalahan pada diri Mahkamah Agama.
Menanggapi hal itu Petrus menegaskan bahwa pengajaran dalam Nama Yesus bukan dalam rangka membalas dendam atau membuat para pemimpin agama merasa bersalah. Petrus mengutarakan bahwa tindakan mereka mengajar adalah wujud ketaatan kepada Allah, yang melebihi ketaatan kepada manusia. Berikutnya, Petrus mengungkapkan bahwa yang diajarkan semata-mata kenyataan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus yang telah disalibkan. Petrus bahkan menyebut Allah sebagai Allah nenek moyang kita. Dengan demikian Petrus hendak menunjukkan bahwa janji Allah kepada Abraham tergenapi dalam diri Yesus. Selain itu, Petrus mengungkapkan bahwa Yesus ditinggikan. Kini jabatan-Nya adalah Pemimpin dan Juruselamat. Kata yang dipakai untuk menyebut Juruselamat adalah Sōter yang berarti Pembebas.

Mazmur 118:14-29
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
Mazmur 118 ini merupakan nyanyian pujian yang mengungkapkan ungkapan syukur kepada Tuhan. Ayat 14-18 merupakan ungkapan kemenangan oleh karena Tuhan melepaskan umat-Nya dari kematian. Ayat 19-29 tampak seperti nyanyian kesukaan saat memasuki Bait Allah. Pintu gerbang kebenaran menjadi jalan masuk ke Bait Allah. Istilah itu menunjukkan bahwa orang yang hendak masuk ke Bait Allah harus hidup dengan benar.
Satu ayat yang sering dikaitkan dengan Yesus adalah ayat 22. Orang yang hendak dibunuh oleh lawan diumpamakan sebagai batu yang telah dibuang. Namun dalam kasih Tuhan, dia menerima kehidupan kembali, diumpamakan sebagai batu penjuru. Dari hal yang dianggap tidak berguna, berubah menjadi penjuru. Ayat ini diasosiasikan dengan Yesus karena dalam iman Kristen, Yesus adalah contoh terpenting dalam karya keselamatan.

Wahyu 1:4-8
... dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati ....
Kitab Wahyu sering dianggap sebagai kitab yang sulit. Itu disebabkan oleh karena sifatnya yang merupakan sastra apokaliptik. Dalam tulisan berjenis apokaliptik, penulis menyingkapkan sedikit dari peristiwa yang akan datang. Karena hanya disingkapkan sedikit, tentu menimbulkan kesulitan tersendiri bagi pembaca, terlebih jika terentang jarak dan waktu yang cukup panjang. Namun sebenarnya kitab Wahyu adalah sebuah surat untuk tujuh jemaat di Asia Kecil. Ketujuh jemaat itu mewakili semua masalah yang dihadapi oleh jemaat Kristen di Asia Kecil pada waktu itu. Bentuk surat itu tampak dari salam yang tercantum dalam ayat 4-5.
Salam ini bersifat trinitarian dan merupakan salah satu bentuk tertua dalam jemaat Kristen. Salam itu mendoakan kasih dan damai bagi jemaat. Sumber kasih dan damai itu adalah Allah, yang di situ digambarkan seperti saat Allah menampakkan diri kepada Musa, tetapi dalam bentuk yang dimodifikasi. Yang pertama ini menggambarkan Bapa. Ketujuh Roh menunjuk kepada Roh Kudus. Yang terakhir, disebutkan Kristus.
Pemahaman mengenai Kristus di sini menunjukkan pernyataan iman mengenai kebangkitan-Nya dari orang mati. Hal ini menjadi inti dari iman Kristen.

Injil Yohanes 20:19-31
Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.
Apa yang bisa menjadi bukti bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian? Kubur kosong tidak bisa membuktikan itu karena bisa saja mayat Yesus hilang karena dicuri atau disembunyikan. Penampakan Yesus juga bisa disanggah karena bisa saja yang disalib bukan Yesus atau Yesus hanya berpura-pura mati. Namun penampakan Yesus dengan bekas paku di tangan dan bekas tombak di lambung, tidak terbantahkan lagi. Semua orang tahu bahwa dalam proses penyaliban, Yesus dipaku tangan-Nya dan ditusuk lambung-Nya. Ia yang menampakkan diri kepada para murid, adalah sungguh-sungguh Yesus yang telah disalib tiga hari yang lalu. Bukan rekayasa.

Renungan Atas Bacaan
Kebangkitan Yesus yang terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu masih sering menjadi sumber pertanyaan bagi banyak orang. Bagaimana mungkin seorang yang sudah mati tiga hari bisa bangkit lagi? Jangan-jangan hanya bualan para murid-Nya? Atau sebenarnya Yesus hanya pura-pura mati atau yang disalib bukan Yesus?
Penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya menunjukkan bahwa Ia benar-benar Yesus yang tiga hari sebelumnya mati di salib. Bekas paku di tangan-Nya dan bekas tombak di lambung-Nya menjadi bukti bahwa itu sungguh-sungguh Dia.
Selain itu, rasanya tidak mungkin Petrus dan kawan-kawannya berani dengan lantang bersaksi di hadapan Mahkamah Agama kalau yang diungkapkan bukan kebenaran. Pada masa kitab Wahyu ditulis pun sudah terwujud salam yang menyebutkan iman kepada Kristus yang bangkit.
Itu semua mengarahkan ingatan kita kepada batu yang telah dibuang oleh tukang bangunan, tetapi digunakan oleh tukang bangunan yang lain sebagai batu penjuru. Yesus yang ditolak oleh orang Yahudi telah menerima kemuliaan dari Bapa-Nya. Bagaimana respon kita yang percaya kepada Yesus yang bangkit?
Mazmur 118 menuntun kita dengan mengajak memasuki pintu gerbang kebenaran. Pintu gerbang kebenaran menggambarkan pintu Bait Allah. Dengan sebutan itu berarti seharusnya orang yang masuk beribadah dalam Bait Allah adalah orang-orang yang melakukan kebenaran. Sudahkah kita lakukan?

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Petrus bersaksi mengenai Yesus yang telah bangkit setelah mati disalib. Pemazmur mengingatkan bahwa Tuhan menyelamatkan umat-Nya, sehingga yang dianggap tidak berharga menjadi penjuru. Salam dalam Wahyu menunjukkan iman kepada Kristus yang pertama bangkit dari kematian. Yohanes menceritakan bahwa yang bangkit sungguh-sungguh Yesus, karena Ia dapat menunjukkan bekas luka-Nya.

Pokok dan Arah Pewartaan
Jemaat diingatkan bahwa kebangkitan Yesus bukan sekadar dongeng. Selain itu Jemaat juga didorong untuk menjadi saksi, seperti Petrus dan para rasul.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Apa yang anda lakukan jika ada orang yang tidak percaya kepada kebangkitan Kristus?
2.Menurut saudara apa bukti utama kebangkitan Kristus? Sebutkan!
3.Bagaimana wujud hidup yang bersaksi tentang kebangkitan Kristus?


Bahan Pemahaman Alkitab, 16 April 2013

INDAHNYA KASIH KRISTUS MEMBERI KEKUATAN BARU

Bacaan I: Kisah Para Rasul 9:1-6; Tanggapan: Mazmur 30
Bacaan II: Wahyu 5:11-14; Bacaan III: Injil Yohanes 21:1-19

Tujuan:
Jemaat diajak menyadari bahwa menerima kasih Kristus
dengan sungguh-sungguh akan berdampak terhadap kebaruan hidup
 baik  bagi diri sendiri maupun bagi sesama manusia.

v Dasar Pemikiran:
Hari ini adalah Minggu Paskah III. Minggu Paskah III merupakan bagian dari penantian para murid akan karya Roh Kudus yang akan tercurah. Roh Kudus berkarya secara dinamis dan mengubah kepribadian seseorang secara ajaib. Sebagaimana karya Roh Kudus pada diri Saulus, seorang penghujat, penganiaya jemaat Tuhan dan seorang yang ganas perilakunya. Kini dia telah menjadi pengikut Kristus melalui peristiwa penglihatan di jalan menuju Damsyik.
Pribadi yang telah berubah membutuhkan kekuatan dan dukungan, agar perubahan yang sudah terjadi tidak mengalami penurunan. Dalam rangka itulah, raja Daud berseru kepada Tuhan: ”TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur” (Mazmur 30:3-4).
Hidup kita tidak jauh berbeda dengan kedua tokoh tersebut. Bahkan para murid yang pada waktu itu mengalami ketakutan dan kebingungan setelah ditinggal oleh Tuhan Yesus, juga membutuhkan dukungan. Kepergian Tuhan seolah-olah menjadikan mereka patah arang. Akan tetapi kasih Kristus, sungguh-sungguh memberikan kekuatan baru.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Kisah Para Rasul 9:1-6
Manusia membutuhkan manusia lain untuk dapat hidup. Hidup perlu didukung dalam kebersamaan dengan sesama. Dukungan positif akan menghasilkan sikap dan tindakan positif. Sebaliknya, dukungan negatif dapat menyuburkan praktik kolusi dan nepotisme yang merugikan. Contoh nyata kolusi terjadi dalam peristiwa pembantaian pengikut Kristus oleh Saulus. Sebelum melakukan pembunuhan terhadap murid-murid Tuhan, dinyatakan bahwa  ”Saulus menghadap Imam Besar dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem” (Kisah Para Rasul 9:1-2). Kolusi tersebut membuat Saulus lebih berani, sebab menerima dukungan resmi dari pemerintah dan pemimpin agama.
Akan tetapi selanjutnya dinyatakan bahwa dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia (Kisah Para Rasul 9:3). Melalui peristiwa itu, Saulus diubah oleh Tuhan menjadi Paulus yang setia mengikuti-Nya. Kasih Kristus membuat Paulus memperoleh kekuatan baru, sehingga dapat menghasilkan karya positif dalam kehidupan. Bahkan lebih dari separuh bagian Alkitab Perjanjian Baru, merupakan hasil karya pemikiran dan pergumulan Paulus.

Mazmur 30:1-13
Mazmur adalah sebuah Kitab yang berisi nyanyian dan  doa. Nyanyian sebagai cara umat mengucap syukur kepada Tuhan, sedangkan doa adalah permohonan yang dinaikkan umat kepada Tuhan. Dalam Mazmur tanggapan ini kita diajak untuk melihat ucapan syukur raja Daud atas proses pentahbisan Bait Allah. Bait Allah adalah tempat Allah hadir memberikan kekuatan dan berkat. Disanalah Allah berdiam dan berkarya. Setiap orang dipanggil untuk senantiasa bersyukur di hadapan Tuhan, sebab Dialah Allah yang murah hati: ”Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mazmur 30:5-6).
Kemurahan hati Allah, adalah sumber kekuatan umat. Manusia dapat melanjutkan hidup jika mendapatkan kemurahan hati Allah. Sebagai contoh, misalnya: kehidupan yang kita jalani adalah berkat kemurahan Allah melalui kepedulian orang tua, saudara, teman, sahabat, maupun tetangga dan orang-orang di sekitar kita. Tanpa kemurahan yang demikian, mustahil kita dapat hidup di dunia ini.

Wahyu 5:11-14
Allah adalah pribadi yang berkuasa selama-lamanya, di bumi dan di Sorga. Dialah Anak Domba yang dikorbankan menjadi tebusan bagi dosa-dosa manusia. Dia layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian (Wahyu 5:12). Sebagai manusia berdosa, kita dipanggil dan diberi kesempatan untuk menerima kemuliaan sebagaimana diterima oleh Anak Domba Allah. Menerima Anak Domba Allah sebagai Juru Selamat, berarti juga menerima kekuatan baru sebagai modal menghadapi beragam tantangan hidup.
Kini para malaikat menyanyikan kekuatan kuasa dalam kemuliaanNya. Ada tujuh hal besar yang dimiliki: 1). Kuasa untuk melakukan mujizat dan penebusan; 2). Kekayaan, sebab Ia adalah khalik langit dan bumi; 3). Hikmat yang menyingkap segala rahasia kehidupan; 4). Kekuatan untuk mengalahkan segala penguasa udara dan alam maut; 5). Hormat, sebab bertekuk lutut segala yang ada di langit, di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa; 6). Kemuliaan, sebab Dia adalah Anak Tunggal Allah; 7). Puji-pujian atau ungkapan syukur, sebab Dialah sumber berkat.

Injil Yohanes 21:1-19
Hidup ini ibarat perlombaan lari marathon. Setiap orang adalah pelari yang sedang berjuang mencapai garis akhir. Selain kecepatan, dibutuhkan juga ketahanan fisik dan konsentrasi. Dalam perikop ini, nampaknya ketahanan para murid sedang diuji. Mereka telah mencari ikan sepanjang malam, akan tetapi tidak menangkap apa-apa. ”Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada"” (Yohanes 21:4-5). Lalu Tuhan Yesus memerintahkan mereka untuk menebarkan jala ke arah kanan perahu. Perintah-Nya seolah-olah menyemangati kembali para murid untuk mencoba sekali lagi. Mujizat pun terjadi! Jala mereka penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.
Tuhan Yesus datang tepat waktu ketika menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. Mungkin para murid sudah mulai hilang asa ketika bersiap mendarat. Akan tetapi Tuhan datang memberikan kekuatan baru. Kehadiran-Nya mewarnai suasana hati para murid. Berdampak nyata dan memberi perubahan berarti.

Renungan Atas Bacaan:
Hidup yang dijalani manusia, perlu didukung dalam kebersamaan dengan sesama. Dukungan positif akan menghasilkan tindakan mulia. Sebaliknya, dukungan negatif dapat menyuburkan kejahatan. Contohnya adalah peristiwa pembantaian pengikut Kristus oleh Saulus. Sebelum melakukan pembantaian, Saulus menghadap Imam Besar dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:1-2). Kolusi membuat Saulus lebih berani, sebab menerima dukungan resmi dari pemerintah dan pemimpin agama.
Akan tetapi dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia (Kisah Para Rasul 9:3). Lalu Saulus diubah oleh Tuhan menjadi Paulus yang setia mengikutiNya. Kemurahan hati Allah, telah mengubah tindakan negatif menjadi positif. Dengan demikian, maka manusia patut bersyukur atas kemurahanNya: Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihiNya, dan persembahkanlah syukur kepada namaNya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai (Mazmur 30:5-6).
Kemurahan hati Allah terhadap Saulus, ditunjukkan juga kepada para murid di pantai danau Tiberias. Pada waktu itu mereka telah mencari ikan sepanjang malam, namun tidak menangkap apa-apa. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada" (Yohanes 21:5). Lalu Yesus memerintahkan mereka menebarkan jala ke arah kanan perahu. Mujizat pun terjadi! Jala mereka penuh ikan-ikan besar: 153 ekor banyaknya. Kemurahan hati Allah dan kasih Kristus telah membawa dampak positif bagi umat. Mari kita jadikan sebagai kekuatan baru untuk melanjutkan hidup.

Harmonisasi Bacaan Leksionari:
Manusia membutuhkan manusia lain untuk dapat hidup. Hidup perlu didukung dalam kebersamaan dengan sesama. Akan tetapi manusia tidak boleh lupa akan kemurahan hati Allah sebagai sumber kekuatan umat. Kemurahan hati Allah, adalah kekuatan baru sebagai modal menghadapi beragam tantangan hidup. Mari kita sadari bersama bahwa Dialah pribadi yang Maha Hadir.

Pokok Pewartaan:
Indahnya Kasih Kristus Memberi Kekuatan Baru.

Arah Pewartaan:
1.Menyadari bahwa manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup.
2.Mengakui bahwa hidup ini pun perlu ditunjang dengan makanan rohani, yaitu Firman.
Kesadaran diri untuk dekat dengan Tuhan dan kemauan untuk senantiasa berusaha memperbaharui diri.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Saulus telah mengalami pengalaman disapa Tuhan Yesus sehingga berubah menjadi Paulus. Perubahan apakah yang telah terjadi pada Saulus?
2.Perubahan apakah yang terjadi pada para murid ketika Tuhan Yesus menjumpai mereka di pantai danau Tiberias?
3.Menurut kitab Wahyu, mengapa kita harus percaya bahwa Allah mampu merubah hidup kita?










Bahan Pemahaman Alkitab, 23 April 2013

UMAT YANG MENGENAL
SUARA SANG GEMBALA

Bacaan I: Kisah Para Rasul 9: 36-43; Tanggapan: Mazmur 23
Bacaan II: Wahyu 7:9-17; Bacaan III: Injil Yohanes 10:22-30
  
Tujuan:
Mengingatkan kembali kepada umat tentang peran Gembala
dalam kehidupan umat sebagai domba
Mengajak orang percaya mampu untuk mendengar dan
mengenal suara Sang Gembala

v Dasar Pemikiran:
Keberadaan domba-domba tidak akan pernah terlepas dari peran dan bimbingan Sang Gembala. Untuk menjadi domba yang baik tentunya akan selalu mendengar suara Sang Gembala. Jika Tuhan Yesus memakai perumpamaan yang menggambarkan umat Tuhan sebagai domba-domba-Nya, maka Sang Gembala itu tidak lain adalah Allah sendiri yang akan memimpin dan menuntun domba-domba-Nya agar tidak tersesat. Penting bagi domba-domba untuk mengenal suara Sang Gembala di tengah keramaian suara-suara yang seringkali menawarkan jalan yang tidak benar dan menjauhkan domba-domba dari Sang Gembala yang sejati.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Kisah Para Rasul 9: 36-43
Kisah ini di mulai dengan seorang murid yang bernama Tabita Dorkas, terkenal karena kasihnya di gereja Yope (Kis 9:36) sedang menderita sakit lalu meninggal dunia. Murid-murid yang lain mendengar bahwa Rasul Petrus ada di Lida untuk menjumpai sekelompok orang Kristen yang mungkin telah lari ke sana pada masa perserakan, disebabkan oleh penganiayaan di Yerusalem. Maka mereka mengirim utusan tugasnya memberitahu Rasul Petrus untuk segera datang. Kemudian Petrus datang dan setelah itu berlutut dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhan Tabita, akhirnya Tabita bangkit dari kematiannya dan tersiarlah kabar baik itu di seluruh kota Yope.

Mazmur 23
Dengan mempergunakan perumpamaan yang terdapat dalam Perjanjian Lama, bahwa Allah menyamakan diri-Nya dengan seorang gembala untuk melukiskan kasih-Nya yang besar bagi umat-Nya. Melalui  perumpamaan itu  hendak di lukiskan sebuah maksud bahwa Allah, melalui Kristus dan oleh Roh Kudus, demikian memperhatikan setiap anak-Nya sehingga Ia ingin mengasihi, memelihara, melindungi, membimbing, dan dekat dengan anak-Nya, sebagaimana dilakukan oleh seorang gembala yang baik dengan domba-dombanya sendiri. Demikianlah orang percaya adalah domba-domba Tuhan. Kita adalah milik-Nya dan menjadi sasaran khusus kasih sayang dan perhatian-Nya. Gembala yang Baik membangkitkan dan menghidupkan kembali jiwa  melalui kuasa dan kasih karunia-Nya. "Ia membimbing aku" dengan Roh Allah pada jalan yang benar, yang sesuai dengan jalan kekudusan-Nya. Tanggapan selaku orang-orang percaya adalah ketaatan: aku mengikuti Gembala dan mendengarkan suara-Nya (Yoh 10:3-4); maka domba yang baik tidak akan mengikuti "suara orang-orang asing".

Wahyu 7:9-17
Yohanes menggambarkan sebuah pemandangan di sorga tentang suatu kumpulan besar orang dari semua bangsa yang diselamatkan oleh iman kepada Kristus. Mereka akan tinggal bersama-sama dengan Allah, bebas dari kesakitan dan dukacita. Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhta-Nya di sorga diiringi isi sorga. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba (pasal 5), lalu dilanjutkan dengan berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, pasal 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya.

Injil Yohanes 10:22-30
Perumpamaan Yesus  dalam perikop ini menggambarkan pekerjaan sehari-hari seorang gembala. Setiap hari gembala itu memasuki kandang melalui pintu, bukan dengan memanjat dari tempat lain. Lalu ia membawa kawanan dombanya ke luar, ke tempat yang banyak rumputnya. Ia harus melindungi kawanan domba itu dari penyamun dan serigala. Pada malam hari Ia membawa kawanan domba itu pulang ke kandangnya. Hal itu adalah hal yang biasa bagi orang-orang Yahudi dan banyak kesusasteraan mereka mengenai gembala.
Dengan perumpamaan dan keterangan yang diberikanNya, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala (dan juga Raja) bagi seluruh bangsa Israel: Tetapi Ia bukan hanya Gembala bagi bangsa Israel saja, melainkan bagi "domba-domba lain" (ayat 16), yakni bangsa asing juga. Tangan Tuhan Yesus dan tangan Allah Bapa melakukan pekerjaan yang sama, yaitu melindungi domba-dombaNya. Allah begitu mengenal domba-dombaNya begitu pula domba mengenal suara Sang Gembala. Mereka memiliki kesatuan dalam tujuan dan pekerjaan, suatu kesatuan yang unik. Kesatuan yang dimiliki Anak dan Bapa  lebih mendasar yaitu mempunyai kesatuan dalam hal tujuan, yang tidak lain adalah menyelamatkan domba-domba-Nya.

Renungan Atas Bacaan:
Perumpamaan Gembala yang baik mengingatkan kita sebagai domba-dombaNya untuk terus mengenalNya lebih dekat melalui kehendak dan suara-Nya yang sering bergema dalam kehidupan kita sebagai umatNya. Suara dan kehendakNya yang menuntun dan membimbing akan terus di rasakan oleh umatNya yang setia, sebagaimana di dalam Wahyu yang menyatakan penyertaan Tuhan akan senantiasa ada sampai dipersatukan dalam kehidupan kekal di Sorga.

Harmonisasi Bacaan:
Tuhan Yesus menggambarkan diriNya sebagai Gembala yang baik, yang memberikan kehidupan bagi domba-dombaNya. Sang Gembala yang sejati adalah Tuhan yang memberikan kehidupan bagi umatNya seperti halnya Tabita yang sembuh dan hidup kembali. Bagi domba-domba yang setia sampai kedatanganNya akan memiliki kehidupan kekal bersama Gembala di dalam kehidupan di Sorga.

Pokok pewartaan dan Arah Pewartaan:
Kebahagiaan yang sejati yaitu tidak lain ketika kita menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita. Sesungguhnya Tuhan adalah sumber kebahagiaan dalam kehidupan kita di dunia ini maupun kehidupan nanti di Surga.     

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Penggembalaan atas Dorkas dilakukan Allah lewat Petrus yang sujud berdoa sehingga Dorkas menjadi hidup kembali. Apakah saudara percaya bahwa Allah mengutus orang-orang tertentu (penatua, diaken, pendeta) untuk menggembalakan saudara?
2.Bagaimana cara kita bisa “mendengar” suara Gembala Sejati?
3.Baca kembali Mazmur 23. Berkat apa saja yang akan diberikan gembala bagi domba?












Bahan Pemahaman Alkitab, 30 April 2013

supaya kamu saling mengasihi

Bacaan I: Kisah Para Rasul 11:1-8; Tanggapan:  Mazmur 148
Bacaan II: Wahyu 21:1-6; Bacaan III: Injil Yohanes 13:31-35

Tujuan:
Jemaat menyadari bahwa setiap perbuatan kasih mereka merupakan bukti bahwa mereka benar-benar pengikut Kristus

v Keterangan Tiap Bacaan:

Kisah Para Rasul 11:1-18: Pertanggungjawaban Petrus atas Pembaptisan Kornelius
Bacaan ini merupakan episode penutup dari cerita tentang Petrus dan Kornelius yang dimulai pada awal bab 10. Lukas menceritakan kisah tentang Petrus dan Kornelius dengan panjang lebar   untuk menekankan arti penting kisah ini bagi sejarah awal gereja perdana, khususnya kaitannya dengan posisi orang non Yahudi dalam gereja. Hal ini terlihat di ayat 15, "...turunlah Roh Kudus ke atas mereka,  sama seperti dahulu ke atas kita..” (lihat  ketidakmampuan Petrus untuk mencegah pembaptisan karena turunnya Roh Kudus atas keluarga Kornelius dalam 10:47). Pembaca selanjutnya diajak pada kesimpulan dalam ayat 18: ”...Jadi kepada bangsa-bangsa lain Allah juga mengaruniakan pertobatan yang memimpin pada hidup”.
Penting diperhatikan juga pigura cerita ini, di mana ada perubahan/transformasi pada ayat 1 dan ayat 18. Kata "mendengar" dari ayat 1 dan ayat 18 ada perubahan suasana.Dalam ayat 1, sidang seolah ada dalam suasana  tidak bersukacita, ada dalam suasana tuduhan atas tindakan Petrus karena bergaul dan makan dengan orang yang tidak disunat (11:2-3). Dalam ayat 18 kata "mendengar" ada dalam suasana tenang, yang artinya tuduhan dan kritikan  telah dijawab dan dipertanggungjawabkan secara teologis oleh Petrus. Dalam ayat 4 sampai 17, Petrus menjawab tuduhan dengan menceritakan "langkah demi langkah" secara detail dari pengalamannya. Perlu dicatat bahwa Petrus tiga kali mendengar suara dari surga (ayat 10) . Pengulangan sampai 3 kali menunjukkan bahwa Petrus benar-benar  ada di titik keyakinan, bahwa yang sedang dilakukan adalah benar. Demikian pula datangnya tiga orang  (ayat 11) dan suara Roh Kudus di ayat 12. Itu semua mau menunjuk bahwa Petrus benar-benar yakin kalau perbuatannya adalah ada dalam perintah Allah.

Mazmur 148: Undangan untuk Memuji Tuhan
Semua ciptaan (malaikat, matahari, bulan, bintang dan langit) diundang untuk memuji Tuhan (ayat 1-4). Bahkan ditandaskan, baiklah semuanya (ayat 5) memuji Tuhan. Demikian pula dalam ayat 5-14 disebutkan hal ajakan kepada semua mahkluk. Sikap inklusif dari ajakan ini akan semakin memuncak pada Mazmur 150:6 :”...Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan...”.
Sikap inklusif dari ajakan terlihat dari pengulangan kata “segala/segenap/semua” (ayat 2, 3, 7, 9-11, 14), serta terlihat dari frase "di sorga", "di tempat tinggi" (ayat 1) yang menunjuk pada ciptaan yang ada di langit dan frase “di bumi” yang menunjuk kepada segala makhluk di bumi. Sorga dan bumi yang berarti mencakup seluruh ciptaan, seluruh alam semesta, baik yang hidup maupun yang mati.
Penyebutan semua benda hidup maupun benda mati baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah, mungkin terlihat membosankan. Namun ajakan ini yang menyebut satu persatu bertujuan untuk menumbuhkan rasa “hadir” di mana ada sukacita karena bisa berpartisipasi.
Dari Mazmur ini terlihat bahwa Tuhan rupanya benar-benar mencintai dunia dengan segala isinya. Dan Tuhan mengundang kita untuk mencintai juga, demi Tuhan, demi penciptaan, dan untuk kepentingan kita semua. Dari Mazmur 148  kita semakin sadar siapa sesungguhnya manusia dalam kaitannya dengan ciptaan yang lain, di mana manusia diciptakan oleh Allah untuk hidup berdampingan dan memuji Tuhan bersama-sama segenap mahkluk ciptaan yang lain.

Wahyu 21:1-6: Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
Gereja memahami bahwa peristiwa Yesus Kristus menimbulkan perubahan besar. Sama seperti Yesus, setelah sengsara dan mati, selanjutnya dibangkitkan dan dimuliakan; demikian juga atas diri orang percaya. Paulus dalam 1 Korintus 15 berbicara tentang kebangkitan kita. Paulus yakin bahwa badan-badan ini akan dibangkitkan dan berubah menjadi "tubuh rohani", seperti benih berubah menjadi tanaman yang tumbuh. Kebangkitan menjanjikan baik kontinuitas dan diskontinuitas. Hal yang sama juga diyakini oleh Penulis Wahyu 21:1-6. Namun janji itu meluas tidak hanya terbatas pada gereja dan orang percaya. Semakin meluas untuk semua ciptaan. 
Ayat 5 mengatakan bahwa Allah menjadikan segala sesuatu baru. Segala sesuatu akan dibuat baru, bukan digantikan oleh hal-hal baru dan berbeda. Hasil penciptaan tidak ditinggalkan atau dibuang, atau diijinkan untuk pergi ke neraka. Di sini ada kontinuitas penciptaan. Namun ada diskontinuitas, “sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (ayat 4). Apa yang dimaksud “segala sesuatu yang lama”? Tentu yang dimaksud bukan kemenangan Anak Domba atas kematian, dan juga bukan umat dan para saksi yang setia, serta bukan belas kasih Allah yang duduk di atas tahta.
Segala sesuatu yang lama tentunya adalah kejahatan  manusia (yang diceritakan dalam bagian awal kitab Wahyu), penghujatan dan arogansi manusia, pemberontakan terhadap Allah, penindasan dan kekerasan yang dilakukan kekaisaran, kekuatan binatang dan Babel yang  menyesatkan bangsa-bangsa, sikap kompromi  dari gereja-gereja atas kejahatan, semua yang telah membawa duka dan murka atas dunia. Itu semua yang dikatakan telah berlalu. Dan itu hilang untuk selamanya. 
Dalam ayat 1 disebutkan bahwa tidak ada laut lagi. Ini karena menurut penulis  Wahyu, laut telah menjadi sumber dan dasar operasional bagi kekuatan jahat berbaris melawan Allah dan umat Allah. Juga penunjukan binatang dari laut yang merupakan personifikasi kerajaan kegelapan. Dengan laut dihapus, dunia tidak akan tergelincir lagi ke dalam mimpi buruk dosa. Keselamatan dibayangkan dalam teks ini bukan sebagai kembali ke Eden atau mundur kembali ke alam, tetapi sebagai kehidupan sebuah kota yang penuh dengan keselamatan.
Dalam penglihatan Yohanes (ayat 2), harapan terakhir adalah bahwa kita tidak pergi ke surga ketika kita mati. Keselamatan tidak kita akan pergi kepada Tuhan, tetapi Tuhan datang kepada kita. Bagi Yohanes, keselamatan bukan berarti bahwa Yerusalem yang dihancurkan oleh Roma akan dibangun kembali, karena keselamatan tidak ditemukan dalam arti geografis atau surgawi. Keselamatan hanya ditemukan dalam Allah. Kita sering berbicara tentang keselamatan sebagai "pergi ke surga," tapi itu cukup hanya jika kita menyadari bahwa "surga" adalah sebuah metafora untuk tinggal di dalam Allah. 
Ayat 3 mengacu pada Yehezkiel 37:27 di mana ada janji kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Namun berbeda dengan Yehezkiel di mana janji itu diperuntukkan khusus untuk Israel, kitab Wahyu memperluas bahwa janji juga diperuntukkan bagi  segala bangsa di bumi yaitu segala bangsa di bumi yang telah ditipu oleh binatang  dan diperintah oleh Babel.
Allah akan menghapus segala air mata, maut, perkabungan, ratap tangis dan dukacita (ayat 4). Ini tentu saja salah satu gambar yang paling mengharukan dalam Kitab Suci. 

Yohanes 13:31-35
Pada akhir Perjamuan Terakhir Yesus berbicara kepada para murid (minus Yudas) tentang pemuliaan-Nya. Yudas telah pergi untuk memulai menjalankan rencananya. Dan dalam kematian-Nya, Yesus akan memuliakan Allah. Yohanes menekankan tema ini dari awal Injil-Nya. Bagi Yohanes, kematian Yesus adalah kurban persembahan yang layak bagi kekudusan dan kasih Allah.
Sekaligus di saat terakhir-Nya Tuhan Yesus memberikan perintah baru kepada para murid. Yaitu perintah untuk saling mengasihi sama seperti Yesus telah mengasihi mereka.

Injil Kemuliaan  (ayat 31-33)
Dalam bagian ini Tuhan Yesus berbicara tentang kemuliaan-Nya. Untuk memahami arti kemuliaan-Nya kita perlu memperhatikan konteks cerita kitab Yohanes. Berikut beberapa ayat yang berbicara tentang kemuliaan Yesus: Kemuliaan-Nya ada sebelum dunia dijadikan (17:5) dan kemuliaan-Nya Ia bawa saat datang ke dalam dunia (1:14). Pada saat yang sama, kemuliaan yang melekat dalam diri-Nya,  tidak mencapai kepenuhannya sampai ia telah menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya, yang telah  mengutus Dia (7:39; 17:4). Jadi, meskipun kemuliaan-Nya sudah ditampilkan di depan murid-murid di Kana (2:11), Ia berjanji akan menunjukkannya lagi melalui sakitnya Lazarus (11:4), dan Ia berjanji lagi untuk Martha di  makam Lazarus (11:40), namun dalam arti sebenarnya, hanya dengan penangkapan, penyaliban, dan kematian itulah saat  tiba bagi Dia untuk dimuliakan (17:1; 22). 
Pemuliaan Bapa oleh Anak tidak berhenti pada Yesus. Kapasitas untuk memuliakan Tuhan meluas ke pengikut Kristus dan diletakkan pada orang percaya sebagai sebuah perintah: "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku" (15:8).

Injil Kasih (ayat 34-35)
Dalam bagian ini Tuhan Yesus memberikan perintah untuk saling mengasihi. Sebagaimana disebut pada bagian atas bahwa para murid juga dipanggil untuk memuliakan Allah, sama seperti Yesus yang memuliakan Allah dengan mengasihi para murid-Nya. Menurut Yesus Inti dari memuliakan Allah ada pada perbuatan saling mengasihi yang dilakukan oleh para murid. Saling mengasihi sama seperti Yesus mengasihi menuntut adanya kehendak dan ketaatan.  Yesus menyatakan ini secara jelas sebanyak tiga kali. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (14:15), "Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia" (14:23), dan "…jikalau kamu menuruti perintah-Ku,  kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" ( 15:10 a). Kasih kepada Allah dan ketaatan kepada Allah menjadi hampir identik. Namun, ini bukan ketaatan karena itu tugas atau perintah. Kasih/ketaatan mengalir keluar dari persekutuan dengan Kristus. Dan itu menjadi tujuan kita, semakin kita mengenal Allah. Dan jika kita mengasihi seperti Kristus, cinta yang kokoh, abadi, dan setia, kita akan mencintai sampai akhir (13:1). Mencintai sampai mati.

Renungan Atas Bacaan
Ada beberapa pokok renungan  dalam keempat bacaan di atas:
Pada gereja perdana, tembok agama menjadikan Petrus harus mampu mempertanggungjawabkan pembaptisannya pada Kornelius. Apakah pada saat ini penghayatan agama-agama masih menaruh batu sandungan bagi para pengikutnya untuk dapat mengekspresikan kasih Allah bagi semua ciptaan? Apakah bentuk batu sandungan yang ada sampai saat ini?
Kitab Mazmur dan Wahyu menantang gereja dan orang percaya untuk lebih memperdalam penghayatan keselamatan secara kosmik. Sejauh mana penghayatan ekologis dapat kita gali dari tafsiran atas kedua kitab di atas?
Tindakan atau aksi apa yang dapat dilakukan oleh gereja untuk mempertegas bahwa gereja adalah kumpulan orang yang telah menerima kasih dan terpanggil untuk mengasihi semua ciptaan?

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Identitas orang percaya sebagai pengikut Kristus adalah ketika orang percaya mampu mengasihi seperti Kristus mengasihi mereka. Kasih Kristus adalah representasi ulang kasih Allah. Yaitu kasih inklusif dan universal yang terwujud bagi semua ciptaan, semua mahkluk yang ada di peristiwa Penciptaan.
Dengan kemampuan untuk menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Kristus, orang percaya telah masuk pada tindakan inti memuliakan Allah. Sehingga melalui ekspresi identitas tersebut orang percaya telah menjadikan kasih Allah dinikmati oleh setiap mahkluk yang berhak mendapatkannya. Inilah kondisi dimana langit yang baru dan bumi yang baru dapat terwujud di dalam kehidupan.

Pokok dan Arah Pewartaan
Jemaat didorong untuk menunjukkan bukti dan saksi kehidupan bahwa mereka adalah orang yang telah menerima kasih Kristus. Selain panggilan untuk terus menerus menghayati dan bersyukur atas kasih dan pengorbanan Kristus, penekanan juga diberikan untuk belajar hidup secara benar sebagaimana teladan hidup yang sudah diberikan Kristus. Syukur apabila setelah kebaktian jemaat diajak untuk melakukan aksi nyata sebagai wujud saling mengasihi.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Menurut uraian bahan di atas, apa yang menjadi identitas orang percaya?
2.Dengan Kasih yang tanpa diskriminasi kita dapat memuliakan Allah. Mengapa bisa begitu? Jelaskan!
3.Hidup gereja tanpa kasih. Mungkinkah itu?















Bahan Pemahaman Alkitab, 14 Mei 2013

PERSATUAN: BUAH ROH KUDUS
MEMPERBARUI HIDUP UMAT

Bacaan I: Kisah Para Rasul 16:16-34; Tanggapan: Mazmur 97
Bacaan II: Wahyu 22:12-14,16-17,20-21; Bacaan III: Injil Yohanes 17:20-26

Tujuan:
Jemaat memahami bahwa karya Roh Kudus
mendatangkan pembaharuan dalam hidup bergereja.
Jemaat memahami bahwa salah satu buah karya Roh Kudus adalah mewujudkan persatuan di dalam hidup bergereja

v Dasar Pemikiran:
Masalah persatuan sepertinya sudah menjadi barang yang langka dalam kehidupan bersama saat ini. Adanya perbedaan selalu dilihat dari sudut pandang kepentingan pribadi atau kelompok yang berujung pada pertikaian dan perpecahan. Hal ini tidak hanya kita soroti dalam kehidupan berbangsa saja, di mana toleransi dan kerukunan sangat kurang diperhatikan. Jika kita mau jujur, gereja sebagai tubuh Kristus pun juga mengalami perpecahan. Sangat ironis, apabila gereja yang diberi mandat untuk mewujudkan damai sejahtera justru di dalam gereja sendiri belum menampakkan damai sejahtera. Gereja yang secara institusional dikelola oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus kembali diingatkan dan disadarkan akan tugas panggilannya. Secara ilahi kehadiran dan pertumbuhan gereja adalah buah karya Roh Kudus yang membimbing dan memampukan umat. Namun ketika terjadi pertumbuhan gereja yang disebabkan oleh karena perpecahan apakah ini dapat disebut sebagai buah karya Roh Kudus juga? Sebuah pertanyaan reflektif yang menggugah kesadaran kita dalam menanggapi tugas panggilan Tuhan. Buah dari karya Roh Kudus adalah memperbaharui hidup umat agar memiliki semangat persatuan dalam hidup bergereja

v Keterangan Bacaan Alkitab:
Kisah Para Rasul 16:16-34
Pada mulanya, pelayanan Paulus diterima dengan baik. Ada beberapa orang yang mendengar kotbah dari Paulus. Salah satunya adalah Lidia yang kemudian dibaptis bersama dengan orang-orang seisi rumahnya. Tetapi keberhasilan ini tidak berlanjut pada hari-hari berikutnya. Seorang perempuan yang mempunyai roh tenung terus-menerus mengikuti dan menggangu Paulus. Karena merasa terganggu Paulus pun mengusir roh jahat yang merasuki perempuan itu. Persitiwa ini ternyata memicu masalah yang besar bagi Paulus dan Silas. Atas tuduhan yang dilontarkan oleh tuan-tuan perempuan yang dirasuki roh jahat tadi, Paulus akhirnya dijebloskan ke penjara. Meski menderita di dalam penjara, Paulus dan Silas tetap berdoa dan memuliakan Tuhan. Dan terjadilah gempa bumi yang merusak sendi-sendi penjara sehingga pintu penjara menjadi terbuka. Seorang kepala penjara ketakutan saat melihat pintu penjara terbuka dan mengira bahwa Paulus dan Silas telah melarikan diri. Ia pun berusaha untuk bunuh diri. Tetapi Paulus dan Silas memperlihatkan diri bahwa mereka masih tetap berada di dalam penjara. Peristiwa ini yang menumbuhkan iman kepala penjara dan pada akhirnya ia beserta keluarganya dibaptis. Ternyata Tuhan tetap menjaga dan membimbing Paulus meski mengalami penderitaan.

Mazmur 97
Kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan sangat dirasakan oleh pemazmur. Sehingga ia pun menggambarkan betapa besarnya kuasa Tuhan atas dunia ini. Bahkan allah-allah lain pun tidak ada tandingannya jika dibandingkan dengan Tuhan. Sampai allah-allah ini tunduk menyembah kepada Tuhan. Jika demikian tidak ada kuasa lain di dunia ini yang dapat menandingi kuasa Tuhan. Pengakuan ini yang membawa pemazmur untuk menaruh percaya dan harapannya kepada Tuhan saja. Hubungan cinta kasih antara manusia dengan Tuhan akan mendatangkan sukacita bagi manusia sendiri. Selama manusia hidup dalam kebenaran Tuhan, maka hidupnya akan aman. Tuhan sebagai ‘penjaga’ hidup manusia tentu tidak akan tinggal diam saat melihat orang yang dikasihiNya didera oleh orang-orang jahat. Untuk itulah pemazmur mengajak agar setiap orang juga menaruh percaya dan pengharapannya hanya kepada Tuhan. Karena Dialah yang berkuasa atas kehidupan ini.

Wahyu 22:12-14,16-17,20-21
Kehidupan iman bagaikan sebuah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Menyelesaikan perjalanan kehidupan iman sampai kepada garis akhir bukanlah persoalan yang mudah. Orang-orang percaya mesti konsisten dengan pernyataan imannya dan memiliki kewaspadaan penuh. Agar apa yang diupayakan selama di dunia ini akan menuai hasil yang indah di saat mencapai garis akhir kehidupan. Akhir dari Kitab Wahyu ini memberikan sebuah peringatan bagi orang percaya sehingga dapat memelihara iman dengan penuh kesetiaan kepada Yesus Kristus. Karena kitab Wahyu memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Alpha dan Omega, Dia yang akan memberikan penghakiman kepada manusia di akhir zaman. Melalui penghakiman itu, setiap orang akan menerima upah berdasarkan perbuatannya. Mereka yang hidup dalam cinta kasih Allah akan memperoleh hak atas pohon kehidupan. Semua ini dapat ditempuh jika setiap orang mau menanggapi panggilan Tuhan dan mau menerima air kehidupan dari Tuhan sendiri. Kesaksian ini menegaskan agar setiap orang percaya bersedia dengan sungguh-sungguh menjalani hidup yang penuh cinta-kasih dan setia kepada Tuhan Yesus. Sampai pada akhirnya setiap orang percaya akan mencapai garis finish dengan penuh sukacita.

Injil Yohanes 17:20-26
Masalah persatuan di antara para murid ternyata menjadi keprihatinan bagi Tuhan Yesus. Hal ini terlihat dalam doa Tuhan Yesus untuk para murid yang menyiratkan adanya masalah tentang kesatuan di antara mereka. Apalagi tindakan Tuhan Yesus mendoakan para murid ini terjadi menjelang Ia akan ditangkap dan disalib. Nampaknya Yesus sudah pernah melihat sendiri pertikaian di antara para murid yang memperebutkan siapa yang terbesar di antara mereka. Ketika bersama dengan Yesus saja para murid tidak waspada dalam menjaga kesatuan, apalagi jika nanti mereka akan berpisah dengan Sang Guru. Sehingga Yesus berdoa bagi para murid sebagai kepedulian dan cinta kasih-Nya sekaligus juga menaruh harapan agar para murid bisa peka serta waspada untuk menjaga kesatuan. Doa Yesus tidak hanya ditujukan bagi para murid saja, melainkan juga setiap orang yang percaya kepada-Nya. Hal ini menegaskan bahwa masalah kesatuan dalam kehidupan bersama orang-orang percaya sangatlah rentan. Pertikaian dan perselisihan sungguh dapat merusak kesatuan seperti yang diharapkan oleh Yesus. Setiap orang percaya sadar bahwa sebenarnya kuasa Yesus ada dalam diri mereka. Kuasa Yesus yang memberikan semangat persatuan dalam kehidupan bersama orang-orang percaya.

Renungan Atas Bacaan
Sebuah komunitas yang ditinggalkan oleh seorang pemimpin yang berkharisma dan sangat berpengaruh tentu menyisakan masalah tersendiri bagi anggota komunitas tersebut. Mereka mengalami kebimbangan dan kebingungan untuk menentukan arah tujuan bagi komunitasnya. Parahnya lagi jika semangat persatuan dalam komunitas itu menipis maka bisa dipastikan terjadi perpecahan di dalamnya. Situasi semacam ini tentu pernah dialami oleh para murid Yesus. Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga kini mereka tinggal seorang diri tanpa adanya figur Sang Guru yang selalu bersama dengan mereka. Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga bukanlah berarti putusnya karya Tuhan bagi para murid. Jauh sebelum persitiwa tersebut, Tuhan Yesus pernah memberikan janji kepada para murid bahwa mereka tidak akan sendirian. Pada saatnya nanti akan datang Roh Kudus yang memberikan penghiburan dan kekuatan. Janji ini menegaskan akan kasih setia Tuhan bagi umat-Nya. Tuhan senantiasa menjaga dan menghibur  dalam setiap langkah juang kita. Tidak ada lagi ketakutan dan kekhawatiran. Hanya tinggal bagaimana tanggapan kita atas janji Tuhan tersebut.

Harmonisasi Bacaan
Persekutuan bersama orang-orang percaya memiliki banyak sekali tantangan dan hambatan. Baik itu muncul dari dalam persekutuan sendiri maupun dari luar persekutuan. Diperlukan kewaspadaan agar persatuan dalam kehidupan umat dapat terpelihara. Untuk mengupayakan hal tersebut, setiap orang percaya diberi kekuatan dan penghiburan melalui karya Roh Kudus. Sehingga kehidupan umat senantiasa diperbaharui.

Pokok dan Arah Pewartaan
Karya umat dalam memelihara kehidupan berimannya senantiasa dituntun oleh Roh Kudus. Karya Roh Kudus memampukan setiap orang percaya sehingga dapat mengatasi persoalan-persoalan yang muncul. Utamanya adalah menjaga persatuan dalam kehidupan bersama. Karena yang memanggil, mengumpulkan serta menumbuhkan umat adalah Tuhan sendiri, maka sangat diperlukan semangat kebersamaan dalam menghadapi beragamnya persoalan.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Mengapa penulis Injil Yohanes merasa perlu berbicara mengenai persatuan setiap orang kristen? Apa-apa saja yang dapat memecah kehidupan bersama orang percaya?
2.Hal apa saja yang perlu dilakukan oleh orang percaya untuk menghayati dan menjaga persatuan di antara orang percaya?




























Bahan Pemahaman Alkitab, 21 Mei 2013

Roh Kudus Memperbarui Sikap Hidup Orang Percaya

Bacaan I: Kejadian 11:1-9; Tanggapan: Mazmur 104:24-34,35b;
Bacaan II: Kis.Para Rasul 2:1-21; Bacaan III: Injil Yohanes 14:8-17,25-27

Tujuan:
Jemaat mengalami perubahan dalam sikap hidup setiap hari
menuju kepada sikap hidup dalam pimpinan Roh Kudus.

v Keterangan Tiap Bacaan:
Kejadian 11: 1 – 9
Bacaan ini berupa narasi (cerita) tentang permulaan tersebarnya penduduk bumi. Dalam cerita tersebut Tuhan tidak berkenan penduduk bumi berbahasa dan berlogat yang sama, sehingga mereka dipaksa Tuhan supaya tercerai-berai. Tersebarnya penduduk bumi diawali oleh niatan penduduk bumi di kawasan tertentu untuk menjaga kesatuan mereka dan memperkokoh identitas kebersamaan mereka dengan membangun menara yang diharapkan dapat mencapai langit.
Narasi tersebut menampilkan kesan Tuhan tidak menyukai mereka berkumpul di suatu tempat, dengan satu bahasa mereka dan dengan logat yang sama. Tuhan menghendaki mereka tersebar, kemudian bahasa mereka pun menjadi beragam. Narasi ini bukan sebuah pemaparan dari kajian keilmuan bagaimana manusia mengisi seluruh bumi atau permulaan bahasa yang dipakai. Akan tetapi lebih memberikan pesan bahwa manusia di muka bumi (dalam pengertian yang lebih luas), membutuhkan bahasa agar dapat berhubungan di antara sesama manusia itu.

Mazmur 104:24-34, 35b
Serangkaian ungkapan mengagungkan nama Tuhan, dinyatakan oleh pemazmur. Bahwa alam tempat tinggal manusia dan semua yang ada di dalamnya dijadikan oleh Tuhan. Pemazmur mengungkapkan keinginannya untuk senantiasa memuliakan Tuhan selagi dia masih diberi waktu untuk hidup. Rupanya bagian kehendak pemazmur inilah sebagai wujud manusia yang sadar akan siapa dirinya, maka tidak ada hal lain yang lebih berarti kecuali menaikkan pujian bagi Tuhan.

Kisah Para Rasul 2:1-21
Kisah peristiwa pasca kenaikan Tuhan Yesus yang amat besar adalah dalam bagian bacaan ini, karena memuat permulaan para murid diberikan kemampuan setaraf dengan gurunya, dan seperti janji yang diberikan oleh Yesus sebelum Ia naik ke sorga, mereka harus tinggal di Yerusalem. Tepat di hari yang strategis di mana banyak orang berkumpul, di hari itu Hari Raya Pentakosta, hari perayaan ucap syukur umat Yahudi atas panenan gandum. Di hari itu dapat digambarkan banyak orang yang berkumpul untuk menikmati pesta bersama. Roh Kudus yang dijanjikan Tuhan Yesus menghinggapi mereka dalam wujud lidah-lidah api, dan segera terjadi perubahan, di mana mereka yang berkumpul itu menggunakan bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu, untuk mengatakannya.
Penggunaan bahasa menjadi media sangat penting dalam peristiwa turunnya Roh Kudus. Melalui bahasalah manusia mengerti pesan yang hendak disampaikan. Bahasa sekaligus alat komunikasi paling ampuh. Apalagi jika komunikasi itu menggunakan bahasa yang mudah dan dapat dimengerti oleh pendengarnya.
Karena kuasa Roh Kudus memberikan kemampuan berbahasa,  para rasul mewartakan perihal Yesus Kristus dan karyanya bagi manusia, dan dengan kemampuan berbahasa itu Petrus mewartakan kesaksiannya dengan sangat berani.  Dan hasilnya waktu peristiwa itu juga,  ada kira-kira tiga ribu orang dibaptis. Sungguh kekuatan bahasa yang dipakai Roh Kudus menjadi cara ampuh bagi penyampaian Injil Yesus Kristus itu.

Injil Yohanes 14:8-17, 25-27
Percakapan Filipus dengan Yesus menyoal Bapa yang dinyatakan oleh Yesus itu berada menjadi satu  pada diri Yesus, sehingga Yesus meminta agar Filipus percaya kepada Bapa dan kepada-Nya. Penyebutan Bapa itu memang membutuhkan penjelasan dari Yesus sendiri karena Filipus memang belum memahami yang dimaksud Yesus itu tentang Bapa. Perihal Bapa di dalam Yesus dan Yesus  di dalam Bapa itu menjadikan penegasan atas kuasa dari manakah Yesus itu. Sekaligus meneguhkan iman percaya para murid bahwa setelah Yesus naik ke sorga maka akan ada penggantinya yang berasal dari sorga itu pula, namun Ia bukan pribadi lain dan berbeda sama sekali dan juga bukan manusia, akan tetapi dari Bapa dan Yesus sendiri, yakni Roh Kebenaran, kata Yesus, namun yang dimaksudkan adalah Roh Kudus dalam pengertian yang sejajar dengan itu (ayat 26). Roh Kudus itu yang akan mengajarkan segala sesuatu dan senantiasa berperan untuk mengingatkan dan menunjuk semua pekerjaan-Nya  kepada Yesus Kristus.

Renungan Atas Bacaan:
Pewartaan apapun namanya pasti akan menggunakan bahasa, entah bahasa isyarat, morse atau bahasa tutur yang diucapkan manusia. Arti bahasa itu menjadi sangat penting, karena melalui bahasa, manusia dapat berbicara dan mengerti apa yang dibicarakan, sehingga ia segera menanggapi. 
Manusia bertempat tinggal di berbagai belahan dunia dengan berbagai macam bahasa yang dipakainya. Kondisi tersebut tidaklah begitu mudah untuk saling segera mengerti jika orang dari tempat berbeda mengucapkan sesuatu maksud tertentu. Peristiwa turunnya Roh Kudus menjadikan para murid dapat segera berkata-kata dengan berbagai bahasa. Mujizat dari turunnya Roh Kudus itu adalah pewartaan menggunakan bahasa, dan bahasa yang dipilih pertama kali oleh Roh Kudus, karena dengan bahasalah kesaksian tentang Yesus Kristus itu serentak saat itu juga, dapat dimengerti oleh berbagai macam orang dari latar belakang berbagai bangsa.

Renungan Bacaan Leksionari:
Tuhan menghendaki kehidupan ini kehidupan yang di dalamnya manusia dan Tuhan di dalam kebersamaan. Ia hadir di dalam Yesus Kristus yang meneguhkan juga hal kehadiran Allah itu sendiri. Kelak ketika Yesus Kristus pun harus selesai dalam karyaNya sebagai manusia itu, realitas kebersamaan manusia dengan Tuhan tetap terpelihara.  Maka Yesus menjanjikan turunnya Roh Kudus untuk menyertai para murid, agar nama Yesus diwartakan oleh Roh Kudus itu ke seluruh bumi.

Pokok dan Arah Pewartaan
Peristiwa turunnya Roh Kudus diarahkan menjadi landasan kekuatan baru dalam kehidupan jemaat di era sekarang ini. Terbentuknya pemahaman iman yang disegarkan dengan peristiwa turunnya Roh Kudus itu, kiranya dapat mempengaruhi jemaat hidup dalam kesalehan.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Apa perbedaan antara peristiwa di menara Babil dan peristiwa Pentakosta? Apa penyebab perbedaan tersebut?
2.Pimpinan Roh Kudus atas para murid dalam peristiwa Pentakosta ternyata sangat efektif dalam pemberitaan Injil. Menurut saudara mengapa hal itu bisa terjadi?
3.Perbedaan-perbedaan yang ada di muka bumi perlu dijembatani agar orang dapat saling mengerti dan memahami. Dibutuhkan “SATU BAHASA’ untuk mempersatukan manusia. Bagaimana pendapat saudara tentang pernyataan di atas?















Bahan Pemahaman Alkitab, 28 Mei 2013

HIDUP DIPIMPIN OLEH ROH TUHAN

Bacaan I: Amsal 8:1-4, 22-31;  Tanggapan: Mazmur 8
Bacaan II: Roma 5:1-5; Bacaan III: Injil Yohanes 16:12-15

Tujuan:
Jemaat menghayati bahwa Allah
adalah satu-satunya sumber kebenaran yang sejati.
Jemaat mau dan mampu
mempraktikkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. 

v Dasar Pemikiran:
Manusia terus bergumul untuk dapat hidup secara benar. Tema “Hidup Dipimpin oleh Roh Tuhan” menjadi relevan dengan situasi tersebut, agar manusia mengerti mana yang benar dan mana yang tidak, sekaligus mau dan mampu mewujudkan kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya itu karena kemauan menerima Roh Allah yang membimbing. Apalagi, dalam hidup ini ada banyak hal yang menyesatkan manusia, sehingga menyimpang dari kebenaran. Entah itu pemaksaan kehendak, ketidaktahuan akan kebenaran, serta ketakutan maupun keraguan. Karena itu, penting untuk menghayati iman bukan sebatas religiositas atau ritualisme, melainkan spritualitas yang bermuara pada relasi umat dengan Tuhan, yang pasti akan berdampak pada relasi antara manusia dengan sesama dan alam semesta.
Minggu Trinitas adalah minggu di mana umat Kristiani menghayati kembali karya penyelamatan Allah, yang hadir sebagai Bapa, Anak dan Roh. Maka penting bagi umat untuk menyadari siapa dirinya di hadapan Allah, agar relasi yang dibina dalam iman terus tumbuh manjadi relasi yang intim, karena Allah berkenan hadir secara dekat dalam hidup kita. Harapannya, iman kepada Allah Tritunggal tak berhenti pada bahasa dogmatis yang miskin inspirasi, tetapi sungguh-sungguh mengejawantah dalam kehidupan nyata, dalam suasana keselamatan.
v Keterangan Tiap Bacaan:
Amsal 8:1-4, 22-31
Amsal ini berisi ajaran tentang kebijaksanaan hidup, bagi manusia yang sedang hidup dalam bahaya kemerosotan moral. “Hikmat” (Ibr: khokma; Eng: wisdom) dan “kepandaian” (Ibr: tabun; Eng: understanding) dipersonifikasikan oleh penulis Kitab Amsal, ibarat orang yang “berseru-seru” dan “memperdengarkan suaranya” di berbagai tempat dan keadaan. Ada perbedaan prinsipil antara hikmat dan kepandaian. Kepandaian mengacu pada pengertian, pengetahuan, dan pemahaman. Sedangkan hikmat lebih mengacu pada bagaimana kepandaian itu mengejawantah dalam praktik kehidupan nyata dan tindakan. Maka dalam bagian bacaan ini, penekanan Amsal lebih besar pada hikmat.
Hikmat dipaparkan sebagai sesuatu yang telah ada sejak semula, bahkan disebut “sebagai permulaan pekerjaan-Nya” (ay 22) dan “sebelum bumi ada” (ay 23). Personifikasi hikmat berlanjut dengan melukiskannya ibarat “anak kesayangan” Tuhan yang “senantiasa bermain-main di hadapan-Nya” (ay 30). Hal ini menggambarkan bahwa hikmat yang berasal dari Tuhan itu ada di sekeliling umat manusia, mudah dijumpai, bahkan senantiasa berseru kepada manusia. Amsal hendak mengingatkan manusia untuk peka dan sadar akan adanya hikmat itu, agar kehidupan manusia benar-benar dibimbing oleh hikmat Allah, bukan ajaran moral yang menyimpang.

Mazmur 8
Mazmur 8 berisi refleksi tentang betapa “kecil”nya manusia di hadapan Allah setelah pemazmur (Daud) menyaksikan ciptaan Allah yang begitu besar dan indah. Mazmur ini sekaligus mengungkapkan betapa Allah menempatkan manusia yang “kecil” itu dalam kemuliaan. Kata-kata “apakah manusia...” dan “siapakah anak manusia…” (ay 5) melukiskan betapa pemazmur bisa merasa (ngrumangsani) keberadaan manusia sebagai ciptaan yang “kecil” di hadapan Allah. Meski demikian, Allah telah mengingatnya, mengindahkannya, membuatnya hampir sama seperti Allah, memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, membuatnya berkuasa atas ciptaan-Nya.
Mazmur 8 ini dibuka dan ditutup oleh kalimat/ frase yang sama: “Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” (ay. 2 dan 10). Artinya, refleksi Daud ini ada dalam kerangka penghayatan dan kekaguman kepada Tuhan. Daud melihat, mengamati, sekaligus merefleksikan kenyataan hidupnya sebagai manusia ciptaan Tuhan. Daud tidak hanya merefleksikan hidupnya, tetapi juga hidup umat manusia. Berawal dari pengamatan dan kepekaan akan ciptaan Allah, berujung pada pengakuan tentang betapa mulianya Tuhan di bumi.

Roma 5:1-5
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma berisi ajaran tentang prinsip iman Kristen, dalam konteks pergumulan jemaat Roma, jemaat Roma sedang berdebat soal status atau kedudukan orang Kristen (yang berlatar belakang) Yahudi yang belum sepenuhnya dapat lepas dari ajaran Hukum Taurat, dalam relasinya dengan orang Kristen non-Yahudi yang tidak tumbuh dalam tradisi Hukum Taurat. Dalam rangka menjelaskan hal itu, Paulus menegaskan bahwa orang Kristen adalah orang-orang berdosa yang telah dibenarkan (dari akar kata dikaios). Pembenaran itu semata berdasarkan iman, bukan karena perbuatan. Kata “pembenaran” dipinjam oleh Paulus dari istilah pengadilan. Orang Kristen itu ibarat orang yang terdakwa bersalah, dan sudah sepantasnya dihukum. Namun orang tersebut “dibenarkan”, bukan dihukum. Karya pembenaran Allah itu memungkinkan manusia “beroleh jalan masuk... menuju kasih karunia...”
Sebagai manusia yang telah menerima dan merasakan karunia Allah – yaitu keselamatan jemaat Roma pertama-tama dinasihati untuk tidak mempersoalkan latar belakang/ status, karena iman kepada Kristus tidak dibatasi oleh golongan apapun. Selanjutnya, dalam perikop ini Paulus menguatkan jemaat Roma untuk beriman dengan teguh walaupun menghadapi berbagai ancaman, karena pengharapan iman sebagai orang Kristen adalah pengharapan yang pasti.

Injil Yohanes 16:12-15
Bacaan ini  berisi wejangan Yesus kepada para murid-Nya, dalam suasana perpisahan. Walaupun Yesus hendak berpisah dengan mereka, Ia menegaskan bahwa akan datang Roh Allah yang diutus bagi para murid. Roh itu selain disebut sebagai “Penghibur” (Yoh 16:7), juga disebut “Roh Kebenaran” (ay 13). Kata “roh” diterjemahkan dari kata pneuma yang menunjuk pada spirit/ semangat. Kata “kebenaran” diterjemahkan dari kata aletheia (Eng: truth) yang menunjuk pada hakikat/ esensi kebenaran. Mengacu pada kesejatian. Bandingkan dengan kata dikaiosune (Eng: righteous) yang mengacu pada praktik hidup yang benar di hadapan Allah. Di beberapa ayat lain kata itu juga diterjemahkan sebagai “keadilan”. Artinya, pemilihan kata aletheia menjadi penting untuk mengacu pada esensi kebenaran, yang bersifat mutlak. Kebenaran (truth) yang menjadi spirit para pengikut Kristus, agar pada nantinya bisa bertindak benar (right).
Roh Kebenaran yang akan memimpin para murid “ke dalam seluruh kebenaran”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Yesus meyakinkan para murid-Nya, untuk tetap hidup dalam kesejatian, bukan kepalsuan. Roh Allah memiliki sifat membawa orang pada kualitas hidup yang sejati itu.

Renungan Atas Bacaan:
Dalam hidupnya, manusia senantiasa bergumul soal bagaimana menjadi orang yang benar. Benar menurut ajaran agama, menurut nilai-nilai budaya, menurut moralitas, hukum, dan menurut ukuran-ukuran lain yang dipegangnya. Demikian juga orang Kristen setiap hari harus terus merenung, apakah tindakan, ucapan serta pikiran saya itu benar di hadapan Allah? Apalagi ada begitu banyak tantangan yang membuat manusia hidup secara tidak benar. Entah berlawanan dengan kebenaran atau setidaknya menyimpang dari kebenaran itu.
Berkaitan dengan itu, refleksi atas bacaan minggu ini menolong kita untuk terus berupaya mewujudkan kehidupan yang benar di hadapan Allah. Bagaimana kebenaran bukan sekadar berhenti pada tataran diskusi dan pemahaman, melainkan menjadi sesuatu yang mewujud dalam praktik kehidupan orang beriman. Menariknya, ketiga bacaan dan Mazmur tanggapan minggu ini menyoroti relasi manusia dengan Allah. Dan bukankah iman adalah soal relasi manusia dengan Allah? Allah yang mencipta semesta, Allah yang menjadi sumber hikmat, Allah yang berkarya menyelamatkan manusia dengan jalan membenarkan manusia itu, Allah yang juga hadir dalam Roh untuk membimbing manusia kepada kebenaran.

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Tema “kebenaran” menjadi sentral dalam bacaan kita minggu ini. Sumber kebenaran yang sejati adalah Allah sendiri yang hadir dalam Roh. Namun, menurut Amsal, Allah juga hadir dalam segenap ciptaan-Nya, yaitu ‘hikmat’ dan ‘pengertian’ yang berseru-seru, untuk membawa manusia mengerti kehendak Allah. Hikmat dan pengertian yang bisa kita jumpai dalam hidup keseharian.

Pokok dan Arah Pewartaan
Karya keselamatan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus tak pernah bisa dipisahkan. Allah yang menciptakan semesta adalah Allah yang berkenan menyelamatkan ciptaan-Nya itu, termasuk membenarkan manusia yang berdosa. Allah juga hadir dalam Roh yang membimbing manusia untuk hidup benar. Maka beriman pada Allah berarti menjalin relasi yang intim dengan-Nya, Sang Sumber Kebenaran.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Untuk menghayati iman bukan sebatas religiositas atau ritualisme, melainkan spritualitas yang bermuara pada relasi umat dengan Tuhan, yang pasti akan berdampak pada relasi antara manusia dengan sesama dan alam semesta. Apa maksud kalimat di atas?
2.Konsep Allah Trinitas adalah merupakan hasil pergumulan gereja yang mendapati bahwa Allah telah secara sempurna menyelamatkan manusia melalui Penciptaan (Allah Bapa), Penebusan dan pengampunan dosa (Yesus Kristus), serta Pembaharuan (Roh Kudus). Bagaimana cara saudara menjelaskan hal ini kepada mereka yang menganggap bahwa Allah orang Kristen ada 3?
















Bahan Pemahaman Alkitab, 12 Juni 2013

MEMBAGIKAN KASIH ALLAH
BAGI KAUM MARJINAL

Bacaan I: I Raja-raja 17:8-16, (17-24); Tanggapan: Mazmur 146
Bacaan II: Galatia 1:11-24; Bacaan III: Injil Lukas 7:11-17

Tujuan:
Jemaat bersedia membagikan kasih Allah kepada sesama,
baik melalui tutur kata maupun tindakan nyata

v Dasar Pemikiran:
Saat ini, betapa sulit mengambil sikap “membagikan” apa yang kita miliki demi membuat orang lain mendapatkannya. Kerelaan untuk membagi hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki. Perlekatan kita yang begitu kuat dengan apa yang kita miliki membuat kita sulit membebaskan diri. Dan itulah belenggu yang memenjarakan kita sehingga kita tidak dapat mengambil sikap berbagi. Oleh karena itu, sekecil apapun tindakan kita, sejauh itu menghadirkan hal positif, bukan tidak mungkin juga akan menghasilkan yang positif pula, baik bagi mereka yang menerimanya maupun bagi kita yang memberinya. Kerelaan membagi yang dilakukan dengan tulus tidak akan membuat diri kita kehilangan. Sementara itu, mempertahankan habis-habisan segala sesuatu yang kita anggap sebagai milik kita, juga tidak akan membuat kita dapat menikmati hidup secara berkelimpahan. Yang namanya kehilangan dan kelimpahan itu bukan karena apa yang kita miliki, tetapi karena apa yang dapat kita bagikan.
Bahan khotbah di Minggu ke-3 setelah Pentakosta ini, mengarahkan jemaat untuk tidak menjadi pribadi yang egoisme, namun supaya menjadi pribadi yang bisa berbagi kasih kepada sesama sebagaimana yang diteladankan oleh Yesus.

v Keterangan Tiap Bacaan:
I Raja-raja 17 : 8 – 16, ( 17 – 24 )
“Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya” (ay 15). Tugas perutusan dari Tuhan untuk menemui seorang janda di Sarfat bukanlah hal yang mudah bagi Elia. Ada pergumulan tersendiri, sebegitu tegakah dirinya yang harus meminta air dan roti kepada seorang janda yang jelas-jelas tidak punya apa-apa kecuali hanya segenggam tepung dan sedikit minyak. Sebagai pihak yang diminta, janda tadi pun juga mengalami pergumulan. Ada ujian kepercayaan manakala barang milik kepunyaannya yang terakhir itu harus diserahkan kepada Elia. Keajaiban memang terjadi, Elia dan janda serta anaknya mendapat kecukupan makanan. Peristiwa keajaiban berikutnya adalah kematian dan hidupnya kembali anak, yang mana telah membuat janda tersebut berinstropeksi sedemikian besarkah dosanya. Dua peristiwa tentang yaitu kecukupan makanan dan hidupnya kembali sang anak dari kematian, telah membuat mata rohani janda tadi terbuka untuk dapat mempercayai firman Tuhan.

Mazmur 146
“Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya” (ay 6), … yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar (ay 7b). Pemazmur mengaku bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bersandar dan sumber pertolongan. Ketika di tengah dunia ada pergumulan tentang siapakah yang layak dijadikan sebagai tempat harapan dan penolong. Pemazmur menemukan jawaban bahwa berdasar penyelidikannya, umat Israel harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan saja, bukan kepada para pemimpin dunia atau kekayaan. Tuhan pantas dijadikan sebagai satu-satunya harapan dan penolong sebab Tuhan adalah pencipta dan empunya kuasa. Sebagai pencipta bahkan kesetiaan-Nya telah berpadu dengan belas kasihan. Adapun perwujudan belas kasih-Nya itu nampak, salah satunya yakni aktif dan bekerja melalui bidang sosial (ay 7).

Galatia 1:11–24
“Dan mereka memuliakan Allah karena aku” (ay. 24). Ada pergumulan bagi Paulus tatkala Injil yang diberitakannya disadari  bukan sebagai Injil yang datang dari orang lain melainkan yang diterimanya langsung dari Allah. Buktinya adalah jikalau dahulu Paulus pernah sangat fanatik dalam hukum Taurat  dan pernah juga menjadi penganiaya besar dari Jemaat Allah, namun kini berubah. Paulus berbalik arah dan sadar bahwa ia telah diselamatkan serta terpilih untuk tugas pelayanan. Tugas pelayanan Paulus yaitu bersaksi tentang perubahan yang dialaminya.  Sedangkan ladang pelayanannya merupakan tempat-tempat yang sulit dan berat, yaitu daerah di mana ia pernah melakukan penganiayaan. Lalu bagaimana tanggapan mereka yang dahulu pernah dianiaya oleh Paulus? Di luar dugaan, ternyata mereka tidak menuntut balas dan tidak menghina terhadap Paulus, tetapi justru mereka dapat memuliakan Allah. Jika direnungkan kenapa Paulus dapat bersaksi tentang Injil, semua itu karena Paulus punya keberanian dan mau menanggung resiko akan apa yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya.

Injil Lukas 7:11-17
“tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (ay. 13). Perjumpangan dengan sekelompok orang yang sedang berduka di pintu gerbang kota Nain membuat Yesus beserta rombongan berhenti. Apalagi saat dilihat-Nya seorang janda ikut menghantar usungan orang mati, di mana yang meninggal tadi adalah anak laki-laki satu-satunya.  Lantas bagaimana kondisi janda  sepeninggal anak tadi, apakah ia harus hidup sebatang kara? Inilah yang agaknya dirasakan oleh Yesus, maka setelah Ia melihat janda itu, “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan”. “Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” merupakan titik pangkal sikap hati Yesus sebelum melakukan sikap perbuatan berikutnya. “Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” disusul dengan sikap ucapan yang menentramkan “jangan menangis!”. Tidak selesai sampai di situ, Yesus pun menyusulnya dengan karya nyata lain yaitu  ‘menyentuh’ sekaligus sikap perintah  ‘bangkit’ bagi orang mati tadi.
Jelas bagi kita bahwa ada tiga rangkaian perbuatan Yesus: yakni tergeraknya hati, ucapan yang menentramkan dan karya nyata berupa sentuhan sekaligus perintah untuk bangkit.

Harmonisasi Bacaan
Kasih Allah sebagai satu-satunya harapan pertolongan, dengan segala resiko hendaknya dibagikan kepada sesama tanpa pandang bulu. Untuk itu diperlukan penolong yang rela membagikan kasih Tuhan tadi. Seorang penolong, selain punya hati namun juga harus ada karya, baik itu dalam mulut maupun tindakan nyata. Adapun teladan penolong sejati adalah Yesus sendiri.

Renungan Atas Bacaan:
“tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (ay. 13). Ada kekhasan dan keunikan tersendiri ketika kita mencermati gaya serta pola pelayanan Yesus. Di tengah-tengah situasi jaman sekarang ini di mana gaya hidup individualisme dan egoisme semakin di kedepankan, kita telah diingatkan kembali akan karya Yesus. Terlihat adanya tiga rangkaian perbuatan kasih Yesus yaitu yang berpangkal dan bermula dari hati, lalu dinyatakan dalam ucapan dan tindakan nyata.  Hal semacam ini rupanya sudah jarang terlihat dalam kehidupan sehari-hari bahkan tanpa disadari terjadi juga dalam gereja. Banyak umat bergumul tentang bagaimana seharusnya kasih itu dinyatakan? Dan kepada siapa saja kasih itu harus dibagikan? Sementara gereja pun mempunyai pergumulan yang sama, seperti tatkala membuat begitu banyak program yang harus dibiayai namun di sisi lain ada pihak dan gereja lain yang membutuhkan uluran tangan untuk dibantu. Terkadang pola pikir egoisme atau pola pikir yang hanya menghidupi diri sendiri tanpa melihat kebutuhan pihak lain telah menjalar dalam pola pikir gereja. Bisakah gereja mengulurkan bantuan ke pihak lain sementara dirinya harus mencukupi kebutuhan diri sendiri?
Pergumulan semacam ini hanya bisa dijawab ketika kita menyadari bahwa sebenarnya begitu besar kasih Allah telah dinyatakan bagi kita. Kenapa kita harus berbagi kasih? Jawabannya adalah karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. Maka sudah sepantasnya jika kasih Allah itu kita bagikan juga kepada sesama.

Pokok & Arah Pewartaan:
Pokok Pewartaan: Membagikan Kasih Allah bagi Kaum Marjinal

Arah Pewartaan:
1.Mengingatkan kembali bahwa kasih Allah sebagai satu-satunya sumber harapan dan pertolongan.
2.Mengimani bahwa kasih Tuhan  harus dibagi kepada siapapun yang membutuhkan pertolongan.
3.Menyadari bahwa diri kita sebenarnya dijadikan sebagai alat penolong. Hendaknya kita disadarkan untuk menjadi penolong yang benar-benar tulus sebagaimana yang Yesus lakukan.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Apa yang membuat janda di sarfat mau memberikan miliknya yang terakhir bagi nabi?
2.Apa yang membuat kita sulit untuk berbagi?
3.Oleh karena belas kasih Allah menjadikan kita diselamatkan. Mengapa Allah menaruh belas kasih kepada manusia?



























            Bahan Pemahaman Alkitab, 18 Juni 2013
ahan Pe Bahan Pemahaman Alkitab,
MEMPERHATIKAN YANG LEMAH
DAN MENOLAK YANG JAHAT

Bacaan 1: 1 Raja-Raja 21:1-10, (11-14), 15-21a; Tanggapan: Mazmur  5:1-8
Bacaan II: Galatia 2:15-21; Bacaan III: Injil Lukas 7:36-8:3

Tujuan:
Jemaat dapat mengasihi sesama dengan memperhatikan saudara yang lemah.
Jemaat dapat menolak segala kejahatan yang akan menghancurkan kehidupannya, dengan iman teguh kepada Tuhan Yesus.
Jemaat dimampukan untuk mensyukuri akan berkat Tuhan dalam hidupnya, sehingga tidak terjatuh dalam keserakahan.

v Dasar Pemikiran:
Dalam hidup ini banyak hal yang perlu kita syukuri akan berkat Tuhan, baik yang bersifat rohani maupun jasmani. Kita perlu menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah merupakan anugerah Tuhan, pemberian Tuhan. Apabila kita dapat menjadi orang yang mampu untuk bersyukur kepada Tuhan, maka tidak akan jatuh dalam sikap hidup yang serakah dan menindas sesama. Karena dalam kehidupan kita baik secara pribadi, keluarga dan lembaga  pasti mempunyai cita-cita atau harapan yang akan dicapainya. Untuk dapat mencapai cita-cita tersebut harus disertai dengan cara-cara yang benar dan bermartabat. Jangan sampai untuk mencapai harapan dan cita-cita tersebut dengan menggunakan cara-cara yang kotor,  yang tidak berkenan kepada Tuhan.

v Keterangan Tiap Bacaan:
1 Raja-raja 21:1-10, (10-14), 15-21a
Ahab adalah Raja Samaria (Kerajaan Israel Utara) dan memiliki istana di Yizreel. Ahab menggantikan ayahnya Omri sebagai raja, dan disebutkan sebelumnya (1 Raja-raja 16:29-30) bahwa Ahab melakukan apa yang jahat di mata Tuhan lebih dari semua orang yang mendahuluinya. Ahab mempunyai isteri Izebel, putri Etbaal raja Sidon, ia penyembah Baal, sehingga menjadikan Ahab juga ikut menyembah kepada Baal. Di Samaria juga disediakan sarana untuk penyembahan kepada Baal dan membuat patung Asyera, dengan sikap yang demikian tentunya Ahab telah melukai hati Tuhan, Allah Isarel (1 Raja-Raja 16:31-33).
Dikisahkan Nabot orang Yizreel mempunyai kebun anggur di samping istana Nabot di Yizreel. Ahab menginginkan kebum anggur Nabot dan berencana untuk membelinya atau menukar kebun anggur tersebut dengan kebun anggur yang lebih baik (ayat 2). Namun demikian Nabot menolaknya, karena tanah itu adalah merupakan tanah warisan atau tanah pusaka. Walaupun ia tahu resikonya, kalau  menerima tawaran Ahab akan untung dan menjadi kaya, kalau menolak akan membahayakan dirinya, namun Nabot memilih menolaknya. Penolakan Nabot menunjukkan bahwa Nabot adalah orang yang percaya dan taat kepada Allah Israel, takut kepada Tuhan. Karena Tuhan melarang penjualan tanah pusaka atau warisan (Imamat 25:23-28; Bilangan 36:7-13).  Karena penolakan ini menjadikan Ahab kesal dan gusar, dan pulang ke istana ditempat tidurnya menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan (ayat 4).
Melihat keadaan raja Ahab yang demikian isterinya yaitu Izebel menanyakan persoalan sedang dihadapi oleh Ahab, dan setelah mendapat penjelasan dari Ahab, Izebel berjanji akan memberikan kebun anggur Nabot tersebut kepada Ahab (ayat 5-7). Setelah itu Izebel mengatur strategi yang licik, untuk dapat membunuh Nabot dan mendapatkan tanah yang diingini Ahab (ayat 8-10). Dengan menggunakan kewenangan raja membuat surat dan meterai raja untuk memberi perintah kepada para tua-tua dan pemuka yang diam sekota dengan Nabot, untuk memaklumkan puasa dan memilih 2 orang dursila untuk menjadi saksi palsu. Para tua-tua dan pemuka-pemuka sekota, melaksanakan apa yang diperintahkan Izebel, yang akhirnya Nabot dituduh mengutuk Allah dan raja, dilempari batu sampai mati (ayat 13). Dengan kematian Nabot, maka tidak ada halangan lagi untuk memberikan tanah itu kepada Ahab untuk dimilikinya (ayat 15-16). Tuhan tidak menghendaki kejahatan, keserakahan, dan penindasan kepada orang yang lemah, maka Tuhan mengutus Elia untuk memberitahukan hukuman yang akan menimpa dan terjadi kepada Ahab dan keluarganya karena kejahatan di mata Tuhan (ayat 17 – 26).

Mazmur 5:1-8
Merupakan seruan atau doa pemazmur di pagi hari (ayat 4). Dalam seruan doanya,  Pemazmur menunjukkan kepercayaannya kepada Tuhan, yang disebut juga sebagai Raja, dan  Allah yang sanggup mendengarkan semua keluh kesahnya, yang memperhatikan teriakannya minta tolong, serta mendengarkan seruannya. Dengan penuh kepercayaannya pemazmur menunggu akan jawaban Tuhan (ayat 1-4).
Pemazmur juga memiliki pengakuan dalam hidupnya bahwa Tuhan melawan atau tidak berkenan kepada kefasikan dan orang jahat,  pembual, Tuhan membenci semua yang melakukan kejahatan, Tuhan akan membinasakan orang-orang yang berkata bohong, dan Tuhan jijik melihat penumpah darah dan penipu (ayat 5-7).
Dengan pengakuan yang demikian menjadikan pemazmur hidup takut akan Tuhan dan hanya karena berkat kasih setia Tuhan yang besar, pemazmur akan senantiasa masuk ke rumah Tuhan dengan sujud menyembah-Nya (ayat 8).

Galatia 2:15-21
Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus, berkaitan dengan kondisi jemaat yang mana praktek keagamaan Yahudi dalam hal ini masalah sunat dan hukum Taurat tetap merupakan beban kewajiban bagi orang-orang Kristen. Namun Paulus dengan lugas dan tegas memberikan pengajaran bahwa tidak ada orang yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, juga tidak ada yang dibenarkan karena ia keturunan Yahudi. Hanya karena iman dalam Kristus Yesus mereka dibenarkan (ayat 16).
Pergumulan yang dihadapi oleh Jemaat Galatia, walaupun Rasul paulus sudah berusaha mengimani Karya Kristus dan mengajarkan kepada jemaat, namun jemaat masih melakukan berbagai perbuatan dosa. Hal itu  tidak berarti bahwa Yesus melayani orang-orang berdosa (ayat 17). Masalahnya terletak kepada jemaat itu sendiri, yang belum mampu untuk mewujudnyatakan imannya dengan mengendalikan diri dari perbuatan dosa.
Pernyataan Rasul Paulus  dalam ayat 19-20: Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”; merupakan kesaksian Paulus yang dapat di teladani oleh jemaat khususnya di Galatia, karena hal ini menunjukkan sikap hidup manusia baru atau hidup baru. Hidup sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus, yang telah diperbarui dengan kuasa-Nya. Hidupnya bukannya untuk dirinya sendiri, menuruti keinginannya sendiri,  tetapi hidup yang menuruti kehendak Kristus yang sudah memperbarui hidupnya, sehingga hidupnya untuk kemuliaan nama Tuhan.

Lukas 7:36-8:3
Dikisahkan seorang Farisi yang bernama Simon mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, dan Yesus pun menanggapi undangan tersebut.  Seorang Farisi adalah bagian dari kelompok para rabi dan ahli Taurat yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Yahudi. Mereka sangat kuat dalam memegang hukum Musa dan adat-istiadat nenek moyang, mereka taat semua aturan Taurat secara mutlak. Mereka juga sangat dihormati di kalangan masyarakat Yahudi. 
Di kota itu juga tinggal seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Mendengar Yesus sedang makan di rumah Simon orang Farisi tersebut perempuan itu datang dengan membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis perempuan itu pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, membasahi kaki Yesus dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya, ia mencium kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi yang telah dipersiapkannya. Apa yang dilakukan oleh perempuan ini mungkin saja dianggap suatu pemborosan. Di sisi lain dalam mayarakat Yahudi seorang perempuan dianggap rendah dibandingkan laki-laki, apalagi dia seorang perempuan yang sangat berdosa, tentunya di mata masyarakat ia sudah tidak berharga lagi. Namun Yesus mau menerimanya. Sehingga muncul dalam pikiran Simon: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa” (ayat 39).
Lalu Yesus berkata kepada Simon, melalui sebuah perumpamaan: ada dua orang yang berhutang, yang satu berhutang 500 dinar dan satunya berhutang 50 dinar (1 dinar merupakan upah pekerja satu hari pada waktu itu, hutang orang pertama 1,5 tahun gaji, dan orang kedua 1,5 bulan). Keduanya tidak sanggup membayar, maka pelepas hutang membebaskan hutang mereka, “Siapakah yang lebih bersyukur?” Simon menjawab yang lebih bersyukur adalah orang yang mempunyai hutang 500 dinar dan dihapuskan. Dengan perumpamaan itu ternyata Yesus ingin menganalogikan orang yang banyak hutangnya itu adalah si perempuan berdosa, dan orang yang sedikit hutangnya itu Simon sendiri. Ungkapan syukur Simon lebih sedikit daripada wanita berdosa itu.
Selanjutnya Yesus berkata kepada perempuan berdosa itu “Dosamu telah diampuni”. Yesus mengampuni perempuan yang berdosa itu, karena imannya kepada Tuhan Yesus, “Imanmu telah mneyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat”. Lalu Yesus menyuruh perempuan itu untuk pergi dengan selamat. Namun demikian perkataan Yesus kepada perempuan yang menyatakan dosamu telah diampuni, membuat yang hadir disitu heran dan bertanya tentang jati diri Yesus sebenarnya “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?”.  Orang yang hadir di rumah Simon orang Farisi itu belum mengerti jati diri Yesus yang sesungguhnya, bahwa Yesus adalah Juruselamat, yang mengampuni dosa manusia.
Dalam Lukas 8:1-3, dikisahkan bagaimana Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah, dari kota ke kota, dari desa ke desa. Selain bersama dengan dua belas murid-Nya, juga ada para perempuan yang melayani Tuhan Yesus dengan rombongannya, dengan kekayaan mereka. Melihat latar belakang para perempuan ini, mereka telah mendapatkan pelayanan Yesus, dengan disembuhkan dari penyakit yang dideritanya, sehingga sebagai wujud syukurnya mereka melayani Yesus sesuai dengan kemampuannya.
Perempuan yang sering direndahkan, diabaikan dan tidak mendapat perhatian, Yesus mengasihi, memperhatikan akan penderitaannya dan akhirnya para perempuan juga diperkenankan oleh Tuhan untuk melayani-Nya.

Harmonisasi Bacaan
Dalam bacaan pertama, dikisahkan bagaimana kejahatan yang dilakukan oleh Raja Ahab dan Izebel istrinya terhadap Nabot. Bacaan Mazmur tanggapan  diungkapkan, Tuhan juga tidak berkenan kepada kefasikan, orang jahat, pembual, Tuhan membenci semua yang melakukan kejahatan dan Tuhan akan membinasakan. Dalam Bacaan kedua, Rasul Paulus mengingatkan sebagai manusia berdosa telah dibenarkan karena iman, untuk hidup baru, sebagai manusia baru. Bacaan Injil, Tuhan Yesus mengampuni wanita berdosa, para perempuan ikut melayani Tuhan.

Renungan Atas Bacaan
“Jadi orang itu jangan serakah” merupakan ungkapan dan nasihat yang masih sangat relevan dari jaman dahulu, sekarang dan yang akan datang. Dalam 1 raja-Raja 21, dikisahkan sikap serakah yang dimiliki oleh Raja Ahab. Sebagai raja tentunya dia telah memiliki segalanya, namun masih menginginkan tanah Nabot yang ada disamping istananya di Yizreel. Karena permintaan untuk membeli tanah ditolak oleh Nabot dengan alasan sebagai tanah pusaka, warisan leluhur, maka sedihlah hati sang Raja. Penolakan Nabot untuk menjual tanahnya dengan alasan tanah pusaka atau warisan, menunjukkan ia sebagai seorang yang taat dan takut akan Tuhan.
Melihat kesedihan raja Ahab, istrinya Izebel mencari tahu penyebabnya dan berusaha untuk memenuhi permintaannya. Dengan cara licik yaitu menggunakan kewenangan seorang raja maupun fitnah, akhirnya Nabot terbunuh serta tanah miliknya bisa dikuasai Izebel. Kisah ini mengingatkan kita supaya kita tidak serakah dan untuk mencapai apa yang kita inginkan atau cita-citakan dengan cara-cara yang benar dan berkenan kepada Tuhan.
Seperti kesaksian pemazmur bahwa Tuhan melawan atau tidak berkenan kepada kefasikan dan orang jahat,  pembual, Tuhan membenci semua yang melakukan kejahatan, Tuhan akan membinasakan orang-orang yang berkata bohong dan Tuhan jijik melihat penumpah darah serta penipu. Sebagai orang percaya, yang telah diperbarui melalui karya penebusan Tuhan Yesus di atas kayu salib dan dibenarkan karena iman, biarlah hidup kita dikuasai oleh Kristus yang ada dalam diri kita. Seperti kesaksian rasul Paulus, “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”. Oleh karena itu keteladanan Tuhan Yesus Kristus yang mengasihi dan mengampuni orang berdosa tersebut, dapat kita lakukan dalam hidup kita sehari-hari. Bukankah di sekitar kita banyak orang-orang yang ditolak dan tertolak, disingkirkan karena berbagi sebab dan alasan? Kita dipanggil untuk mengasihi dan menerima mereka apa adanya, sehingga mereka merasakan akan cinta kasih Tuhan, dengan demikian nama Tuhan senantiasa dimuliakan dan diagungkan melalui sikap hidup kita.


Pokok dan Arah Pewartaan:
Tuhan menentang terhadap segala bentuk kejahatan dan sikap serakah atau tamak. Tuhan menghendaki orang percaya memiliki sikap hidup yang takut akan Tuhan, berpegang pada Firman-Nya.
Disisi lain Tuhan mengasihi orang yang tertindas, lemah, dan berdosa yang mau bertobat. Hal itu dapat kita lihat yaitu dalam kisah bagaimana Tuhan memperhatikan Nabot yang difitnah dan akhirnya dibunuh oleh tipu muslihat Ahab dan Izabel.
Tuhan Yesus mengampuni dosa perempuan berdosa, yang datang kepada Yesus dan meminyaki kaki-Nya.Teladan Tuhan yang memperhatikan orang tertindas, lemah dan mengampuni orang berdosa menjadi teladan kita orang percaya untuk mengasihi dan memperhatikan sesama terlebih kepada orang-orang yang lemah, tertindas serta disingkirkan dalam masyarakat.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Serakah (bhs Jawa: Murka). Adalah yang seringkali menjadi motivasi dasar manusia dalam berbuat dan bertindak. Berikan contoh perbuatan sehari-hari yang dimotivasi oleh keserakahan?
2.Keserakahan mengakibatkan orang buta terhadap sesamanya, terutama yang lemah dan miskin. Benarkah pendata di atas?
3.Mengapa orang jatuh pada ketamakan dan keserakahan?



































Bahan Pemahaman Alkitab, 25 Juni 2013

MENGENAKAN KRISTUS DALAM HIDUP BERSAMA SESAMA MANUSIA

Bacaan I: I Raja-raja 19:1-4, (5-7), 8-15a; Tanggapan: Mazmur 42
Bacaan II: Galatia 3:23-29; Bacaan III: Injil Lukas 8:26-39

Tujuan:
Supaya jemaat dalam kehidupan bersama dengan sesamanya dapat menunjukkan jati dirinya sebagai milik Kristus setiap saat

v Dasar Pemikiran:
Menjalani hidup bersama dengan orang lain merupakan kebutuhan mendasar manusia. Mengingat manusia sulit untuk bisa hidup sendiri tanpa ada komunikasi dan relasi dengan sesamanya. Selanjutnya perlu dimengerti bahwa hidup bersama di satu sisi mengandung kekuatan positif tapi di sisi lain juga bisa mengandung kekuatan negatif.
Kekuatan positif hidup bersama adalah bisa saling menopang dan berbagi antara satu dengan yang lainnya. Kelebihan yang satu menopang kelemahan yang lain. Dengan demikian akan tercipta kondisi di mana tidak ada orang yang merasa dirinya lebih dari sesamanya. Sedangkan di sisi lain dalam hidup bersama pun juga mengandung kekuatan negatif. Kekuatan negatif itu muncul ketika seseorang kurang menghargai perbedaan yang ada di dalam hidup bersama. Akhirnya bisa saja terjadi perpecahan.
Sebagai orang percaya kita harus dapat hidup bersama sesama dengan baik tanpa memandang remeh atau rendah yang lainnya. Itu dapat kita lakukan apabila kita selalu mengenakan nama Kristus. Dalam pengertian kita hidup di dalam persekutuan dengan Kristus.

v Keterangan Bacaan:
I Raja-raja 19 : 1-4, (5-7), 8-15a
Bacaan I menceritakan tentang pelarian Elia ke padang gurun dan Gunung Horeb. Diceritakan bahwa Elia menantang 450 nabi-nabi baal & 400 nabi-nabi Asyera. Bentuk tantangannya yaitu barangsiapa dapat mengirimkan api dari langit untuk membakar lembu korban persembahan maka Dialah Allah yang hidup. Akhirnya Elia yang menang. Kemudian nabi-nabi Baal tersebut dibunuh.
Tindakan yang dilakukan Elia diketahui Raja Ahab dan Izebel istrinya. Kemudian Izebel menyuruh membunuh Elia. Mengetahui rencana Izebel akhirnya Elia melarikan diri ke padang gurun lanjut ke Gunung Horeb. Elia benar-benar ketakutan sampai ia berpikir lebih baik mati saja. Ia memohon TUHAN mencabut nyawanya.
Akan tetapi di tengah pelariannya TUHAN meneguhkan hatinya supaya Elia keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan tugas panggilan TUHAN. Akhirnya Elia berani keluar dari persembunyiannya dan menjalankan tugas TUHAN. Keberanian Elia keluar dari persembunyiannya terjadi karena TUHAN sendiri dan tentunya karena ada keyakinan yang besar kepada TUHAN bahwa TUHAN sanggup untuk melindungi hidupnya dari segala macam ancaman.

Mazmur 42
Mazmur ini berisi tentang kerinduan akan datangnya pertolongan Allah di tengah tekanan yang dirasakan sang pemazmur. Tekanan tersebut menjadikan galau atau gundah gulana. Adapun tekanan atau himpitan yang dimaksud adalah hendak mengungkapkan penderitaan yang pernah dirasakan oleh bangsa Israel sebagai bangsa tawanan.
Akan tetapi satu hal baik yang dapat kita lihat dari sang pemazmur adalah di tengah keluh kesah atau kegalauannya karena himpitan ia tetap selalu menaruh harapnya pada Tuhan. Sang pemazmur meyakini bahwa Tuhan adalah penolongnya. Semua itu menjadikan alasan bahwa ia tetap bisa bersyukur dalam segala keadaan.
Sang pemazmur juga meyakini bahwa kasih setia TUHAN selalu ada dan atas kasih setia-Nya ia menaikkan syukur dan doa. Tetapi sang pemazmur juga secara jujur merasakan bahwa pertolongan Tuhan lama menghampirinya hingga banyak orang mencela dan mempertanyakan di mana Allah yang diyakini sebagai penolong. Di tengah cercaan banyak orang sang pemazmur tetap selalu berharap pada Tuhan. Ia lebih percaya akan pertolongan Tuhan daripada cercaan para lawannya.

Galatia 3:23-29
Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Kristen di kota Galatia khususnya pada pasal 3:23-29 menekankan bahwa mereka adalah anak-anak Allah karena iman kepada Kristus. Pemahaman menjadi anak-anak Allah artinya telah menjadi milik Kristus. Tentu menjadi kesukacitaan dapat menjadi milik Kristus, karena dengan menjadi milik Kristus maka ia akan mendapat janji Allah yang indah. Maka itu penting untuk bertahan menjadi milik Kristus dengan selalu mengimani-Nya.
Mereka yang beriman kepada Kristus harus senantiasa mengenakan-Nya yang dapat diartikan hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Ketika seseorang telah hidup dalam persekutuan dengan Kristus maka tidak ada sekat-sekat yang membedakan para pengikut Kristus berdasarkan suku bangsa, status atau kedudukan dan juga jenis kelamin. Perbedaan yang ada telah dipersatukan oleh Kristus.
Salah satu tanda bahwa seseorang adalah milik Kristus adalah dengan baptisan. Baptis merupakan sarana seseorang menyerahkan hidupnya secara total di dalam persekutuan dengan Kristus seperti yang tersurat dalam Galatia 3:27 “Karena kamu semua, yang telah dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus”

Lukas 8:28-39
Kerasukan setan seperti yang dialami orang Gerasa tentu membuatnya lelah dan tertekan. Akan tetapi kehadiran Yesus di daerahnya menjadi semacam sebuah harapan ia akan terbebas dari belenggu setan. Memang akhirnya Yesus berkuasa menyembuhkan orang Gerasa yang kerasukan setan. Dalam bacaan ini Yesus sungguh-sungguh menampakkan diri sebagai Anak Allah yang berkuasa atas setan-setan sehingga para setan pun mematuhi perintah-Nya.
Tindakan Yesus mengusir setan menjadikan gempar dan rasa keingin-tahuan banyak orang pada waktu itu. Kemudian orang-orang tersebut berusaha membuktikan tentang kebenaran cerita yang muncul dari peternak babi yang babinya dimasuki setan pindahan dari orang Gerasa. Setelah melihat kejadian yang luar biasa banyak orang kemudian menjadi takut. Dampak dari ketakutan itu akhirnya menyuruh Yesus pergi.
Orang yang dilepaskan dari kuasa setan hendak mengikuti Yesus akan tetapi dilarang karena Yesus mempunyai kehendak supaya ia bisa pulang ke rumah dan sanak-saudara serta bercerita tentang karya Tuhan Allah yang luar biasa. Akhirnya orang tersebut dipakai Allah menjadi pemberita karya keselamatan.

Renungan Atas Bacaan
Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan. Baik perbedaan suku bangsa, profesi, status, jenis kelamin dan masih banyak perbedaan yang lain. Adanya perbedaan tersebut suatu realita yang tidak bisa dihindari. Perbedaan tersebut seharusnya menjadi sarana untuk saling melengkapi, tetapi seringkali ada beberapa orang yang menganggap dirinya lebih unggul daripada sesamanya. Sikap demikian bisa merusak hidup bersama.
Sebagai orang percaya yang beriman kepada Kristus melihat perbedaan yang ada disekeliling kita harus dilihat dari kacamata iman, di mana tidak boleh kita memandang sebelah mata sesama kita dan merasa diri paling unggul. Semua itu dilandasi pemahaman bahwa yang dipersekutukan dengan Kristus adalah sama kedudukannya.
Seperti ungkapkan Rasul Paulus mengenai orang yang telah dibaptis di dalam Kristus kedudukan sama di mana tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki dan perempuan. Pernyataan Rasul Paulus dapat direfleksikan dalam kehidupan saat ini; tidak ada Jawa atau Batak, tidak bos atau karyawan. Dalam iman kepada Kristus semuanya sama yang harus bisa hidup bersama dengan saling menopang tidak saling merendahkan dan saling mengancam.

Harmonisasi Bacaan
Ketiga teks bacaan berbicara tentang bagaimana manusia menghadapi tekanan dan ancaman. Elia terancam oleh Izebel, Orang Gerasa terikat oleh setan, orang Galatia terkurung oleh hukum Taurat. Akan tetapi dengan hadirnya Tuhan terlebih iman kepada Yesus membuka ikatan-ikatan tersebut.

Pokok dan Arah Pewartaan
Khotbah mengajak umat untuk bisa hidup bersama sesama dengan baik terlebih yang telah dipersatukan di dalam Kristus dengan tetap menyadari bahwa pastilah ada orang yang tidak suka dengan kita sehingga kita merasa tertekan tetapi kiranya hal itu tidak dijadikan alasan untuk berhenti menunjukkan jati dirinya sebagai milik Kristus yang harus mengasihi sesama dan hanya percaya kepada Tuhan.

Pertanyaan untuk diskusi:

1.Setelah kemenangannya yang dramatis dengan mendatangkan api dari langit, Elia mabuk kemenangan dengan membunuh seluruh nabi Baal yang ada di bukit Karmel. Hal itu mengakibatkan Izebel memburu Elia untuk dibunuh. Hal itu mengakibatkan Elia ketakutan dan menyembunyikan diri dalam gua. Bagaimana pendapat saudara tentang tindakan Elia dalam membunuh para nabi Baal?
2.Setan merasuki orang Gerasa. Artinya setan mengenakan tubuh orang Gerasa untuk berbuat dan bertindak. Dan itu mengakibatkan orang Gerasa ada dalam kesakitan dan penderitaan. Dalam kitab Galatia pasal 3:27, orang Kristen adalah orang yang telah mengenakan Kristus. Apa maksud kata “mengenakan” dalam ayat ini?



Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013