Dunia Roh

Saya juga bersama teman seminggu yang lalu berdiskusi banyak tentang "dunia roh". kalau boleh share di sini:
Teman saya mengatakan bahwa dia mampu melihat "dunia roh" seperti berbagai "memedi" ala jawa. oleh karena itu dalam berbagai pertemuan dengan warganya, teman saya tersebut selalu menggunakan kemampuannya untuk "membantu" berbagai persoalan yang dihadapi oleh warga tersebut. teman saya tersebut memaknai bahwa kemampuannya untuk melihat "dunia roh" tersebut sebagai "karunia" khusus pemberian Tuhan, oleh karena itu ia ingin agar karunia tersebut dapat bermanfaat bagi pelayanan yang ia lakukan. 
sebagai contoh: ketika ia sedang menolong salah satu warga, ia mengatakan bahwa di sebelah rumah atau di bagian tertentu dari rumah warga tersebut ada penunggu dan harus dibersihkan. lalu ia memberikan beberapa persyaratan tertentu atau mengajak warganya untuk berdoa khusus untuk mengusir roh tersebut.

komentar saya atas pemahaman bahwa kemampuan melihat "dunia roh" sebagai karunia adalah sebagai berikut:
-sepengetahuan saya dalam konsep jawa manakala manusia berpapasan atau dapat melihat "dunia roh" atau hantu dan sejenisnya, keadaan itu dipahami sebagai kondisi yang sedang "APES" alias "SIAL". sebab dua eksisten yg berbeda gelombang dapat bertemu itu  adalah suatu kondisi sial/ di luar kebiasaan. jadi kalau teman saya memindahkan kata ":sial" atau "apes" sebagai suatu "karunia" menurut saya itu suatu terobosan yang luar biasa.
-dalam pengantar PPAG disebutkan apa yang menjadi pendapat van Peursen serta diberikan penekanan bahwa setiap tahap berpikir itu tidak dapat dihakimi sebagai kondisi keterbelakangan. sehingga manakala masih ada warga gkj yg berpikir secara mistis hendaknya tidak usah dihakimi sebagai ada dalam kondisi keterbelakangan. meskipun dalam kesimpulan dan penerapan terhadap PPAG tahap berpikir yg digunakan adalah cara berpikir tahap Fungsional.

Teman saya juga bercerita bahwa dengan kemampuan yang ia terima, ia memahaminya sebagai "karunia" dari Tuhan, ia dapat menyembuhkan penyakit yang di derita oleh warga.

Komentar saya:

dalam tradisi GKJ yg saya terima, saya diajarkan untuk menggunakan akal budi yaitu dengan berobat ke rumah sakit atau dokter. gkj juga mengajarkan kepada saya agar saya menyerahkan seluruh upaya pemulihan kesehatan (RS maupun Dokter) kepada Tuhan dalam doa. sehingga saya mengatakan kepada teman saya, berbahagialah engkau yg tidak perlu rumah sakit atau dokter. semoga warga njenengan bisa menerima seluruh pelayanan njenengan dengan "kekhususan" njenengan. dan kami berdua dapat berpisah pulng ke pastori masing-masing dengan damai sejahtera.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013