Kekhasan Gereja Kristen Jawa

Kekhasan Gereja Kristen Jawa

Pertama kali ditanya apa kekhasan gereja anda akan menjadikan kita agak kesulitan untuk menjawabnya dengan seketika. Sebab manakala kita berbicara tentang kekhasan atau keunikan itu berarti kita harus bicara tentang asal usul, bicara tentang perkembangan serta bicara tentang keadaan terkini dari sesuatu. Termasuk ketika saya harus menjawab pertanyaan apa kekhasan Gereja Kristen Jawa di mana saya bergereja sekarang ini. Apalagi jika harus menjawab pertanyaan tersebut secara ringkas dan padat.  
Oleh karena itu paper singkat ini akan saya tulis dengan kerangka demikian: saya mulai dengan menggambarkan secara singkat sejarah GKJ, lalu kami langsung pada apa yang saya anggap khas ada pada GKJ pada saat kini.
Sejarah singkat GKJ.
 Gereja Kristen Jawa  bermula dari pekerjaan penginjilan kaum awam dalam diri Kyai Tunggul Wulung, Johanes Vrede, Laban, Nyonya Christina Petronela, Nyonya van Oostorm Philips, Nyonya Le Jolle, Petrus Sadaja, dan Kyai Sadrah. Mereka inilah yang menumbuhkan Bibit Kawit GKJ. Sedangkan bada-badan zending yang pernah melayani di wilayah GKJ adalah NZG (Nederlandsch Zendelinggenootschap), Java Commite, DZV (Doopsgezinde Zendingsvereniging), Salatiga Zending, GIUZ (Het Genootschap voor in en Uitwendige Zending, NGZV (Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereniging) dan NZV (Nederlandsche Zendingsvereniging).
Karena banyak pihak yang ikut ambil peranan dalam proses kelahiran GKJ maka dapat dikatakan bahwa GKJ mewarisi banyak tradisi gereja khususnya tradisi Calvinis Gereformed. Sehingga dari segi nama juga mengalami banyak perubahan. Mulai dari Pasamoewan Kristen DJawi ing Djawi Tengah sisih Kidoel, lalu karena pada tahun 1949 (5-6 Juli 1949) bersatu dan bergabung dengan parepatan Agung (GKJTU) sehingga menjadi Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah. Warna teologi yg ada menjadi pelangi, ada unsur dominan yaitu Gereformed, ada warna Kristen Jawa, ada unsur Kerasulan, ada pula unsur Piestis, Hervormd dan Lutheri.
Kini GKJ tersebar dalam 6 wilayah Propinsi (Jawa tengah, Jawa Barat, Banten, DI Jogyakarta, DKI Jakarta dan jawa Timur). Dengan bilangan sekitar 300 jemaat dewasa dan sekitar 250.000 warga jemaat. Dan dengan jumlah Pendeta sekitar 315 pendeta.

Hal-hal yang Khas GKJ
1.PPAG (Pokok-pokok Ajaran GKJ)
Pergumulan GKJ untuk mencapai Kemandirian dari sedi Dana, Daya dan Teologi akhirnya mengantar GKJ pada tahun 1996 yaitu pada saat Persidangan Sinode Terbatas di Cilacap, yang mana dalam persidangan tersebut menghasilkan Kemandirian Teologi bagi GKJ yaitu dengan diputuskannya dan disepakatinya apa yang menjadi Ajaran GKJ yaitu Pokok-pokok Ajaran GKJ. Hal ini merupakan tanda awal di mana GKJ telah mampu mewujudkan diri sebagai Gereja yang dewasa dengan mampu merumuskan sendiri apa yang menjadi keyakinan dan pengakuan imannya. Katekismus Heidelberg yang sudah cukup lama berfungsi menjadi Ajaran GKJ akhirnya dapat digantikan dengan apa yang menjadi produk GKJ sendiri. Dalam PPAG terlihat kekhasan GKJ dalam menghayati konteks kejawaan, keindonesiaan dan konteks modernisasi.
Selanjutnya dalam PPAG kita bisa melihat di mana perbedaan-perbedaan yang ada antara GKJ dibanding gereja yang lain. Dalam hal ini saya hanya menyebut 3 point saja:
a.Dalam hal Kepemimpinan.
Dalam hal kepemimpinan GKJ percaya bahwa Allah dalam Kristus telah direpresentasikan oleh adanya 3 jabatan dalam kepemimpinan: Penatua, Pendeta dan Imam. Penatua mewakili posisi Kristus sebagai Raja yang memerintah, Pendeta mewakili posisi Kristus sebagai Nabi yang mengajar dan Diaken yang mewakili Kristus sebagai Imam yang menunjukkan belas kasih. Ketiga jabatan itu setara dan sejajar, tidak ada yang lebih tinggi atau yang lebih rendah. Meskipun secara manusiawi ada orang-orang yang duduk dalam dewan kemajelisan yang dipercaya dipilih dan dipanggil oleh Allah, namun GKJ juga percaya bahwa Allah tetap memimpin lewat Firman (dalam Alkitab) dan pimpinan Roh Kudus (yang dimiliki oleh setiap orang percaya). Di sini kita melihat GKJ mempertahankan posisi seimbang antara kepemimpinan manusiawi dan kepemimpinan Illahi.
b.Dalam hal Pengorganisasian (Sistem Pemerintahan)
Sistem Pemerintahan yang dipakai adalah Presbiterial, dalam arti bahwa setiap gereja local itulah yang disebut gereja. Setiap gereja lokal punya otonomi masing-masing. Gereja yang satu tidak boleh mengintervensi dan mengatur gereja yang lain. Namun demikian GKJ juga mengakui adanya kebersamaan dalam Klasis dan Sinode (berjalan bersama). Kebersamaan itu diwujudkan dalam Visitasi dan Persidangan (baik Klasis maupun Sinode). Sehingga gereja GKJ mempertahankan ketegangan antara Otonomi dan kebersamaan.      
c.Dalam hal sikap terhadap Gereja yang lain dan terhadap Agama yang lain
Sikap GKJ terhadap gereja yang lain, yaitu mengakui dan menerima gereja yang lain sebagai buah pekerjaan penyelamatan Allah (sejauh memang gereja tsb mampu menunjukkan hal itu), oleh karena itu GKJ mengakui dan bersedia bekerjasama dengan gereja-gereja yang lain sebagai sesame buah penyelamatan dan pekerjaan Allah.
Sikap GKJ terhadap agama yang lain juga didasari bahwa agama-agama yang lain sama seperti agama Kristen sebagai ekspresi dan wadah dari adanya semen relegius (dasar keber-agama-an). Sehingga GKJ juga menghormati agama yang lain dan bersedia bekerja sama dengan penganut agama yang lain.
Jika dalam hal pandangan GKJ terhadap gereja yang lain, GKJ mensyaratkan bahwa gereja yang lain itu diakui sebagai buah pekerjaan Allah asal dapat memperlihatkan ciri dan tanda adanya pimpinan Allah (bukti sebagai buah pekerjaan Allah), dalam hal pandangan GKJ terhadap agama yang lain, GKJ mengakui keunikan bahwa Agama Kristen merupakan di satu sisi ekspresi semen relegius namun juga merupakan tanggapan terhadap penyelamatan Allah dalam Kristus.
Dengan demikian kita melihat ada kekhasan pandangan GKJ mengenai adanya gereja yang lain maupun adanya Agama yang lain. Ada semangat untuk menghormati dan menghargai, namun sekaligus menekankan kekhususan GKJ.

2.Warna Jawa
Warna Jawa sangat jelas dan kental terlihat dalam kehidupan Gereja Kristen Jawa. Mulai dari bahasa pengantar ibadah maupun dalam komunikasi ketika bersekutu bahkan sampai pada pemberlakukan nilai-nilai Jawa yang dipercaya oleh orang GKJ sebagai nilai adi luhung. Meskipun karena modernisasi sehingga mengakibatkan gereja-gereja di kota kurang begitu menekankan Bahasa jawa sebagai bahasa Pengantar ibadah, namun tetap diyakini bahwa yang ideal adalah pemakaian bahasa jawa. Kata orang GKJ lebih nyes dan cespleng.

3.Kemandirian Dana dan Daya.
 Selain adanya kemandirian teologi yang sudah dibuktikan dengan kepemilikan PPAG, GKJ juga telah membuktikan kemandiriannya di bidang yang lain.
Di bidang Dana Sinode GKJ telah memiliki Dana Abadi Sinode. Dana Abadi sinode ini sudah mulai dirintis sejak tahun 90an. Dan sekarang Dana Abadi tersebut menjadikan kapasitas serta kemampuan GKJ dalam membiayai seluruh program gereja meningkat.
Di bidang Daya GKJ telah membuktikan diri secara langsung lewat partisipasi para Pejabat maupun seluruh warga gereja untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan oikumene maupun dalam usaha-usaha pembangunan masyarakat. GKJ merupakan pelopor dan pendiri PGI, BMGJ(Badan Musyawarah Gereja-gereja Jawa) dan organisasi oikumene yang lain. Demikian pula dalam bidang peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pendidikan dan kesehatan, GKJ telah membuktikan kiprahnya dengan mendirikan Yayasan-yayasan Pendidikan dan YAKKUM.

Demikian pemaparan kekhasan GKJ yang dapat saya paparkan. Dan apa yang sudah saya paparkan sudah tentu jauh dari sempurna apalagi untuk membuktikan adanya kekhasan GKJ. Oleh karena itu masukan dan nasehat sangat saya perlukan.


Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009