Manula

Manula, yakni orang yang sudah berusia lanjut 60 tahun ke atas,
berpikirnya lambat, bergeraknya kepelanan. Mereka sudah tidak mampu
lagiberpikir kreatif seperti kita-kita pemuda pemudi. Mereka sudah
kecangcang masa lampaunya, terikat ke diri dhewek, tak bisa lagi
berkembang atau berubah. Tidak mampu untuk belajar dengan baik dan
sigapdan taro kata mereka bisa, mereka kaga mau juga. Tertambat ke
tradisinya, ke konservatifannya, mereka tidak suka penemuan yang
terkini, kaga demen ide-ide yang baru. Bukan saja mereka kaga mampu
untuk maju, mereka malah mundur ke belakang. Mereka menjadi anak-anak
lagi, sering terperangkap oleh sifat egoisnya dan mengharapkan
mendapatkan cem-macem hal dari lingkungannya, dibandingkan dengan yang
mereka sumbangin. Mereka menjadi nyebelin, sukar dibuat senang padahal
udah telmi dan loyo. Mereka hidup di masa lampaunya. Mereka tidak
punyatujuan, pikirannya ngalor ngidul, terpana pengalaman lalunya, sering
ngejabrak gak karuan juntrungannya. Merekalah kaum yang terhempas dan
terkandas, gambaran kegagalan fisik dan mental. Mereka sudah
kehilangantemannya, bojo, kerjaan, status, kekuasaan, pengaruh, gaji, dan mereka
tidak bisa menggantikan semua itu. Kerap mereka dilanda cem-macem
penyakit yang membuat mereka tidak bisa kemana-mana, kesukaan akan
makanan terkendala, keasyikan pernah hidup sehat sirna sudah. Minat
seksuil dan kegiatan seputar ML menurun drastis. Tubuhnya mengkeret,
demikian pula aliran darah ke otak yang sudah tidak memerlukan kadar
oksigen atau gula seperti dahulu. Lemah lunglai, tidak menarik, mereka
menunggu kematian, menjadi beban bagi masyarakat, keluarga dan diri
sendiri.

Nah itulah stereotyping yang agak kumplit yang sering kita baca,
dengar,
digosipin terhadap diri para manula, baik dhewek kalau kita sudah gaek
atau pren sedulur kita. Siapa yang tidak takut menjadi tua, apalagi
membaca vonis di atas, terlebih bila Anda tinggal di benua Amerika
Utara ini, dimana kemudaan dipamerkan dijor dipetangtang-petengtengkan,
seringtiada lagi hormat kepada yang sudah tua. Seorang anak muda Indihe di
cangkulanku, ketika saya berkenalan berani-beraninya menanyakan usia
saya. Tentu saja kujawab resmi sebab kalau ia mau ia bisa mencarinya
lewat Google juga :-). Lalu apa yang dikatakannya kemudian, membuat
sayamaklum ia masih anak Asia banget. "Jusni, you must have some
experienceshaving lived that long. In my communitywe honour and respect our elders," katanya. "Likewise Diddi, our folks
in Indonesia also respect their elders," kataku menimpalinya. Si Diddi
Srinivas Kumar mungkin sudah pernah membaca hasil-hasil survai di
Amrikbahwa usia tua adalah masa yang paling menyedihkan bagi para
responden,'the worst time of life'. Tak heran segala upaya dilakukan para manula
agar tetap tampak muda, dari mulai usia yang dijaga ketat
kerahasiaannya, sampai ke wajah yang dipermak dioperasi agar kerut dan
keriput menghilang, hingga menenggak viagra supaya si noni bisa
diperdaya :-).

Bener sih bahwa kebijaksanaan sering dikaitkan dengan ketuaan tetapi
sejak jaman Yunani kuno, kegaekan disinonimkan dengan ketidak-
berdayaan.
Kecuali mereka mampu membuktikan lain, manula dianggap kurang
kompeten,
kurang pinter, lebih loyo dibandingkan dengan kawula muda. Fakta bahwa
persepsi sedemikian sudah merasuk di banyak budaya, kecuali India dan
Indonesia :-), memberikan sinyalemen bahwa jangan-jangan sang persepsi
bersifat alamiah. Ketika anak masih bocah dan lugu, mereka
mendeskripsikan kakek neneknya sebagai tidak menarik dan loyo,
tergantung dari bantuan bokap nyokap atau kawula muda. Di beberapa
paguyuban seperti di Paraguay, Ostrali dan Kepulauan Aleutian,
anak-anak mencibirkan para manula mereka. Yang lebih menyedihkan,
kecuali Ki Dyoti di milis Psiko yang PD di hari tuanya, para manula
sendiri di dalam beberapa penyelidikan melihat diri mereka sebagai
negatif, sering sebel banget terhadap sifat-sifat kaum manula. Di
studi
yang dilakukan oleh Bultena dan Powers terhadap manula berusia 60
tahun
ke atas ketika mereka diminta memilih apakah mereka merasa middle-age,
elderly atau old, 75% memilih yang pertama, hanya 10% yang memilih
old.
Ketika mereka 10 tahun kemudian disurvai lagi, jawaban mereka sedikit
berubah, sepertiga dari kawula 70 tahun ke atas itu memilih middle-
age,
hanya seperempatnya memilih old. Sampaipun ke satu survai kawula tua
di
atas usia 80 tahun, seperempat cowok, seperlima cewek mengatakan
mereka
tidak old tetapi middle-age.
Seperti sudah saya katakan ke warga milis Psiko yang memberikan
beberapa
komentar di tayangan perdana yang pertama, tentu saja ada manula yang
benar-benar hepi hidupnya, singkatnya hidup di masa keemasannya. Siapa
yang tak ingat akan Cing Eyang yang memerintah selama 30 tahunan
sampai
linglung dan tidak bisa lagi dibawa ke pengadilan, konon. Lalu sehabis
Pa Habibie, Gus Dur yang sudah uzur pun bisa berkuasa lumayan beberapa
puluh bulan sebelon dibetot turun oleh rakyatnya. Sekali lagi,
ingatlah
bahwa apa yang kuawali di serial pertama adalah stereotyping. Kalau
kita
merenungkan lebih dalam dan tidak hanya cepat-cepat membaca dongengan
Bang Jeha Anda, mengapa tidak 100% para manula memilih mereka sudah
tua,
pasti ada alasannya. Yang langsung terpikir, ingat ini adalah tayangan
sepikologi, manusia mana yang senang menerima berita negatif udah bau
tanah? Tidak mustahil juga bahwa mereka yang memilih kotak middle age
di
dalam survai melakukannya dengan penuh kesadaran. Bahwa memang mereka
belum merasa tuwek. Kitalah si manuda, manusia usia muda :-), yang di
dalam hal ini sudah eror. Seperti halnya manusia rasialis dan seksis
kita sudah berpraduga dan kita perlu dijuduli sebagai manulais,
artinya
melakukan stereotyping kepada sesama kita yang umurnya sudah di atas
65
tahun.

Sama seperti si Diddi anak Indihe kolegaku, kita patut memberikan
penghargaan kepada manula yang sudah berprestasi, karena kebolehan dan
kepiawaiannya, bukan karena mujur. Suatu studi yang dilakukan Daniel
Schmidt dan Susan Boland dengan responden para mahasiswa/i-nya
memberikan jawaban yang luas akan pandangan mereka terhadap manula.
Pakai bahasa Inggris saja, mereka dianggap resilient, tough, generous,
wise, loving. Jadi cocok dengan sinyalemen si Diane akan mbok-mbok tua
di Pasar Beringharjo Yogya dari jaman ketika ia masih jadi mahasiswi.
Meskipun tubuh emak-emak itu renta tetapi liat dan kuat. Oleh karena
itu
janganlah Anda para warga milis ini menjadi manulais yang saenak udele
dhewek mencap manula mengeneralisasi mereka. Sebab banyak dari
manula yang tetap aktif, peduli, mampu, seperti mbok Yogya maupun
pendekar tua di cerita silat yang membuat si Alma kesengsem :-).

Kita memang hidup di abad dimana perbedaan yang ekstrim terjadi di
antara para manula. Pada tahun 1900 hanya 1 dari 25 warga Amrik
manula,
pada tahun 1986 sudah mencapai seperdelapan, naik menjadi 29.2 juta
dari
tadinya 3.1 juta manula. Banyak faktor penyebabnya, berhasilnya
program
KB menyebabkan ya pemuda pemudi menjadi lebih sedikit. Bertambah
majunya
ilmu kedokteran sehingga bukan saja penyakit yang di awal abad lalu
suka
bikin orang mati konyol sudah tiada lagi, juga pemeriksaan dini
terhadap
para manula. Misalnya colorectal cancer yang menjadi pembunuh cowok
manula nomor dua di Amrik Utara karena kanker (nomor siji kanker
paru-paru), perlahan-lahan bisa dideteksi lebih dini dan konon
sebentar
lagi manula di atas 50 akan di-screen massal. Perbedaan dipanggil
malaikat elmaut wong Amrik yang lahir tahun 1900 dengan yang lahir
tahun
1984 sudah berbeda segenerasi. Dulu mereka pada
kojor di umur 48, sekarang si bule bisa hidup sampai umur 74, cewek
lebih lama lagi. Ya, cewek kaga peduli tinggal dimanapun di dunia ini,
lebih tahan banting ketimbang kite cowok. Sehingga lumrahlah bahwa
cewek
yang kawin akan menjadi janda, buktinya enyak ogut dan mertoku.
Mayoritas janda tak akan kawin lagi alias hidup sendirian. Oya, hampir
lupa prens, pemilihan cara hidup di jaman sekarang juga memperpanjang
usia. Itu sebabnya Bang Jeha pernah ngebelain manjat gunung Gros Morne
di Newfoundland, agar sedikitnya masih bisa mengenyam-nyam Soto Betawi
sampai umur 75 nanti :-).

Seriusan, kalau Anda tinggal di Amrik Utara, tentulah Anda akan sering
berjumpa dengan manula, dari mulai di kelab kebugaran sampai ke dalam
hutan di cagar alam. Mereka memilih hidup sehat termasuk makanan yang
diijinkan mendarat di perutnya. Tidak heran bila ada 4 generasi kalau
mereka tumpengan alias umur 60-70 pun si bulek masih punya ortu. Tidak
demikian namun dengan kelompok minoritas negro dan hispanic di Amrik.
Mereka mengalami 'double jeopardy' istilahnya bila sudah tuwek (dan
kismin). Manula negro yang mencapai umur 65, persentasi jumlah yang
miskinnya 3 kali bule dan manula hispanic2kali bule persentasinya.
Jadi ras dan etnis demografi di Amrik menentukan kualitas hidup para
manulanya. Akan kita lihat selanjutnya bagaimana variasi demografi di
Amrik mempengaruhi psikologi para manulanya, apalagi negro dan
hispanic lebih beranak-pinak dibandingkan dengan si bulek.
Selain mengunjungi rumah jompo membantu penghuninya, isteriku Cecilia
juga
bergabung dalam kelompok 'Outreach' di parokinya. Tujuan mereka adalah
membantu kaum tunawisma di Toruntung, istilah si bule 'homeless'
people,
dengan cem-macem programnya. Disamping itu, mereka juga menjadi supir
relawan/wati untuk membantu sesama warga paroki bila dibutuhkan.
Cecilia
mempunyai satu manula langganannya, sebut saja namanya Jacob, bukan
nama
aslinya. Jacob sudah berumur lebih dari 70 tahun dan ginjalnya sudah
amblas
alias secara rutin harus "dicuci darahnya". Jadi sering bojoku
menjemput
atau mengantarkannya ke klinik dialysis ginjal dekat rumah kami. Nasib
malang menimpa Jacob, singkat cerita sebelah kakinya harus diamputasi
karena
gangrene. Jadi sekarang ia lebih berkendala. Oya, baidewe semua
anaknya
tinggal di Amrik dan cuma satu cewek single yang tinggal bersamanya.
Si anak
tentu tidak bisa 2-3kali seminggu bolak-balik ke klinik kalau tidak
mau
dipecat diPHK cangkulannya.

Suatu berita foto di koran bagian bisnis dari Toronto Star menarik
mata saya
ketika lagi baca-baca di dalam bis pagi ini. Judulnya 'Defence workers
fight
cuts to health care'. Penjelasannya, sekitar 3000 pegawai kumpeni
Lockheed
Martin, cangkulan yang bikin cem-macem perlengkapan perang terutama
kapal
terbang, mogok. Meskipun mereka diberikan kontrak baru yang menjamin
kenaikan
gaji 10% dalam waktu3tahun, mereka ogah. Sebabnya adalah kumpeni itu
semakin
mengurangi jaminan kesehatan buat para pensiunannya. Jadi rakyat tidak
sudi
meneken kontrak dimana nanti kalu pensiun mereka disunat tunjangan
kesehatannya. Persis seperti kasus Bang Jeha Anda, yang juga tidak mau
terus
bekerja di kumpeninya yang lama sebab ia lalu cuma akan diberikan
sejumlah
uang tunai untuk jaminan kesehatannya kalau ia kaga pensiun dini.
Sekarang
sahaya akan terus mendapat apa yang namanya 'defined benefit plan'
yang
menjamin ongkos kesehatan akan digantikan sesuai dengan yang saya
bayar (ya
cuma 80% persen sih rek, lumayan daripada dikasih beberapa ribu dollar
doang
setahunnya yang di tahun 2020 nilainya akan cuma beberapa ratus
dollar :-)).

Itulah contoh-contoh aktuil atau fakta akan apa yang bisa terjadi di
diri
seorang manula, terutama yang hidup di Amerika Utara. Seorang bernama
Louis
Harris orbek soal polling di Amrik, pada tahun 1981 mengadakan survai
yang
rinci banget atas manula. Beberapa kesimpulan dari sang survai, para
manula
berpendapat bahwa biaya hidup tinggi dan harga barang serta jasa yang
semakin
mahal merupakan masalah terbesar mereka. Selain masalah ekonomi dan
tingkat
kriminalitas juga merupakan masalah bagi manula, yang lebih menonjol
bagi
mereka dan sudah saya contohkan di atas, urusan kesehatan. Itu juga
yang
membuat para 'snowbirds', istilah manula Kanada yang setiap musim
dingin
hijrah ke Amrik, terutama Florida, pulang lagi di musim panas. Bila
mereka
berani ngendon lebih lama dari 8 bulan di luar batang, lenyaplah
jaminan
kesehatan mereka, pelayanan medis dan obat-obatan gratis eks
pemerintah.

Soal transportasi pun problematis, terbukti dari kasus si Jacob yang
perlu
diantar-jemput warga separokinya untuk melakukan cuci-darah. Namun,
yang
paling bikin kejengkang dibacanya dari hasil survai Oom Harris, tidak
benar
usia tua paling menyedihkan Mbak Lies :-). Iya, Mbak Lies prenku di
milis
Sanbima hampir menghentikan memirsa tayangan ini di paragraf pertama
serial
yang kesatu. Kaga tahan sedihnya mendengar nasib yang akan
menimpanya :-).
Angka-angka persentasi dari pilihan atau jawaban responden yang
bersangkutan
dengan tingkat kebahagiaan, tinggi-tinggi. Hidup hepi dipilih oleh 87%
dari
manula Amrik, 84% merasa berpenampilan oke, necis kali ya, 81%
mengatakan
telah mendapatkan apa yang dicari dari kehidupan mereka. Mereka tak
setuju
bahwa hidup manula membosankan atau terus kepikiran akan masa lampau
yang
gilang-gemilang. Hasil survai Louis Harris menolak stereotyping manula
sebab
sepertiga mengatakan, itulah atau sekaranglah masa paling hesbats dari
hidup
mereka di planit Bumi ini.

Nah, dari contoh kasus dan hasil survai, Anda semoga bisa mulai
melihat bahwa
sungguh psycho dari manula atau manusia yang menua, tidaklah
sederhana. Banyak
kontroversilnya, luar biasa variasinya. Di tayangan mendatang akan
mulai kita
simak teori-teori psikologi yang dipakai orang untuk menjelaskan
perilaku
manula. Dua kubu utama adalah teori behaviorism dan psychoanalysis.
Sampai
berjumpa, lam lekom bai bai.
Masih ada dua psikolog lainnya yang mempunyai teori mengenai manula,
Jung dan Erikson. Teori Jung menentang teori psikoanalisis tradisionil
lantaran menurut doi, setengah usia manusia kemudian lebih menarik dan
penting dari setengah sebelumnya. Jadi katakanlah kalau cowok di
Kanada
ini menurut statistik secara rata-rata umurnya bisa sampai 78,2 tahun,
maka mulai dari ketika ia berusia 39,1 tahun ia akan lebih menarik
untuk
disimak :-). Karena kita tahu cewek usianya lebih panjang beberapa
tahun
ketimbang cowok, cewek 40-an tahun ke atas lebih menarik untuk
ditemani,
terutama kalau masih single dan sugih, seperti salah satu syering
warga
milis Psikologi akan teminnya yang diudak-udak mau dikawinin. Erikson
tidak seekstrim Jung. Meski ia tidak melihat usia tua sebagai lebih
oke,
ia berpendapat tetap penting. Seperti kita tahu, Jung dulunya murid
Freud tetapi hengkang di tahun 1912 untuk menciptakan kubu sendiri.
Perselisihannya dengan sang suhu berkisar
pada teori Freud bahwa semua perkembangan psikologi manusia terjadi di
usia5tahun. Jung memprotes, siapa kita ketika dewasa mana bisa
dihubungkan dengan kebutuhan kita ketika masih kanak-kanak. Dampak
dari
masa sekarang dan mendatang tak kalah pentingnya. Adalah memang
hipotesa
Jung bahwa di umur 40-an, di usia pertengahannya, manusia memulai
titik
tolak emosionil yang penting. Kalau mau ditelusuri Oom Jung lah yang
melontarkan ide mengenai 'mid-life crisis'.

Teori Jung mengatakan bahwa kehidupan manusia sejak puber sampai
sekitar
umur 30-an ditujukan untuk mandiri, berdikari kata Bung Karno. Kita
adalah orang yang energetic, manggul kanu bisa sambil membawa ransel
20
kg :-). Di pergaulan kita adalah orang yang 'passionate', cium kiri
cium
kanan, kalau perlu sampai malam hingga pagi atau d.p.l. kita demen
banget sek-esek, ML. Pokoknya kita terobsesi dengan keduniawian dan
ingin mempunyai andil. Di akhir usia 30, kekuatan fisik dan seksuil
kita
mulai menurun sehingga iklan Pfizer jadi menarik untuk mulai dibaca
dibeli :-). Maksudku obat gosok Bengay-nya yang bagus kalau tulang
sudah
tua dan ente kaga tahu diri ikutan Bang Jeha canoeing ke interior atau
ke hutan rimba. Seriusan kembali, di usia sekitar itu kita sudah
merasa
'settled', bisa menjejakkan kaki di dunia ini. Kita
tahu seberapa kapasitas kita, berapa luas ruang gerak kita, kita sudah
berdamai dengan dunia. Kata Jung lagi yang memang disenangi sementara
orang beriman, kita menjadi mahkluk yang suka berintrospeksi dan
berkontemplasi. Perhatian kita, kehidupan kita ditujukan kepada
hubungan
dengan sesama, kita mengerti artinya kehidupan dan membantu orang lain
adalah suatu kesenangan.

Jung berpendapat bahwa tak mudah melewati masa transisi tadi, di usia
sekitar 40-an di atas. Banyak manusia yang tak mampu menanggalkan
"psikologi masa muda" mereka dan terus berorientasi demikian sampai ke
tahap manula. Mereka menjadi mandeg, merasa sia-sia, tak berharga,
kaga
hepi, kaku. Hanyalah bila terjadi perkembangan yang bagus, masa
transisi
terlewati si John dan si Jane (Badu ama Inem kurang pas :-)) berhasil
mencapai puncak kehidupannya. Mereka lalu menjadi mahkluk spirituil,
secara psikologis merasa diri kumplit. Di saat itu, si manusia dapat
menerima dan mengintegrasikan semua sisi kepribadiannya
termasuk yang tadinya ia tentang atau pendam. Cowok menjadi lebih
toleran kepada komponen cewek dalam dirinya, suka beli beli dan nyium
kembang, misal. Cewek menjadi lebih mau bermain dengan aspek
kejantanannya, tidak merasa tomboy misalnya bila harus manjet pu'un
untuk memasang tali gantungan makanan di hutan agar tidak dirangsek
beruang. Menurut Jung, masa transisi itu membawa makna. Ia terjadi
agar
kita siap menghadapi kematian, suatu peristiwa yang dianggapnya bukan
titik nadir tetapi puncaknya kehidupan.

Erik Erikson yang belum lama manggung di milis Anda, mensyer akan
perubahan kepribadian manula. Kusinggung singkat saja sebab pastilah
Anda masih hapal apa itu tahapan terakhir atau ke delapan dari jenjang
psikososial Erikson. Untuk yang hari-hari ini baru masuk milis kita,
'ego integrity versus despair' kata Oom Erik. Seperti di tahapan yang
lainnya, seseorang tidak bisa oke di tahap kehidupannya bila ia gagal
melampaui tahap sebelumnya. Di tahapan ini, mereka yang berhasil
mengatasi krisisnya akan menerima dirinya seperti apa adanya,
membuatnya
mampu menerima kenyataan. Ia menjadi manusia baru, misal
jadi cinta kepada ortu yang berlainan dari sebelumnya sebab ia semakin
menyadari dan memahami, menerima ortunya. Persahabatannya menjadi
lebih
mendalam sebab ia dapat menerima kelainan masing-masing insan,
mengerti
bahwa tujuan hidup setiap orang bisa berbeda-beda. Kematian tidak lagi
menyengat, ia tidak gentar menghadapinya.
Ketika ibuku masih lumayan kuat dan datang mengunjungi anak menantu
cucunya di Toruntung, salah satu kedemenannya adalah ke CNE, singkatan
dari Canadian National Exhibition. Untuk Anda yang tinggal di Betawi,
itu adalah "Jakarta Fair"-nya Toronto yang hanya dilangsungkan selama
beberapa minggu di akhir musim panas. Sama seperti saya yang cuma mau
beli kerak telor kalau ke Jakarta Fair, ibu saya juga cuma mau
mengunjungi satu stand favoritnya. Tebak umur atau tebak berat badan.
Yang paling disukainya adalah tebak umur sebab selalu, tak pernah
sekalipun si bulek di stand tersebut mampu menebak usianya. Selalu
salah, terkadang meleset 10 tahun lebih sehingga membuatnya hepi
banget,
dapet hadiah buat dikasih cucunya, dikira masih muda belia :-).
Sama seperti kita sukar menebak bule, kita akan tebak ia lebih tua
dari
umurnya, kita wong Asia kaga ketahuan sudah berumur 65 sebab pindah ke
negeri freezer ini, kita memang jadi awet muda :-).

Para gerontologist alias pakar manula tidak sepakat untuk menetapkan
kapan usia tua dimulai. Mereka tidak setuju untuk menetapkan umur 65
dan
lebih suka umur 80 lah yang cocok untuk dipakai sebagai batasan dari
tua
ke tua bangka, eh tua beneran. Ketika manusia sudah mendekati umur 70-
an
akhir, mereka menginjak ke jenjang dari fit ke letoi. Itulah sebabnya
kita suka kagum akan manula setua begitu, yang misal kemana-mana masih
nyetir di Kanada ini. Stan bule manula tetanggaku di musim panas lalu
mensyer bahwa ia baru saja membeli 'snow thrower', mesin buat menyekop
salju yang bermotor bensin. Karena ia lebih senangnya dari Anda
melihat
saya bekerja lagi, "I am so happy to know
you work again" katanya, ia mempersilahkan saya meminjam alat itu
kapan
saja bila salju menumpuk tebal. Saya katakan. "Thank you very much
Stan,
as long as I am still fit, I will shovel the snow by hands, it is a
good
exercise." Weleh, terakhir saya bertemu dia di depan rumah dan
ngobrolan
sebentar, katanya ia tidak bisa memakai 'snow thrower'nya sebab
ototnya
keseleo. Jadi ia memakai jasa tukang kerok salju profesionil. Mudah
sekali untuk manula berkendala, istilahnya mereka menjadi fragile,
getas
kalu buat benda.

Dari segi biologis, proses penuaan tubuh kita sebetulnya dimulai jauh
sebelum kita menjadi manula, pada saat kita baru menginjak dewasa.
Misal, terjadinya atherosclerosis atau penumpukan lemak di dinding
pembuluh arteri kita, salah satu tanda menua, dimulai dari masa muda
ketika kita baru 20-an. Stehler seorang pakar biologi mengatakan bahwa
ada beberapa kriteria yang menentukan kita menua engga. Perubahannya
membuat lebih buruk, menurun. Kalau tadinya ente bisa berlari dengan
kecepatan 40 km sejam alias secepat sepedaku kalau lagi kukebut, ente
menurun perlahan-lahan menjadi 20, 10, 1 km sejamnya :-). Kecepatan
penurunan fungsi biologis ente mestinya perlahan-lahan, tidak drastis
atau dadakan. Sifatnya universil alias terjadi di semua SARA, wong
kaga
lucu kan kalu encik Malaysia di umur 50 masih bisa punya bini 4, ente
di umur 30 satu azha udah kelimpungan. Kaga heran kita, eh tetangga
kita
jadi mau ngeganyang entu encik Malaysia :-). Satu hal yang so pasti
universil, proses penuaan tidak bisa dihindari, dimana pun kampungmu
berada. Palingan, kalau ada berita dari satu dua lokasi bahwa
manulanya
masih 'going strong' ga perlu viagreng di umur 70 80, mestilah karena
gaya kehidupan mereka berbeda dengan Anda dan saya yang nongkrong di
depan kompi mulu :-). Seriusan, penyumbatan pembuluh darah yang makan
mayoritas jiwa manula, bisa diperlambat dengan diet makanan yang
rendah
kadar lemaknya, ditambah dengan berolahraga.

Meskipun secara rata-rata kita manusia modern hidup jauh lebih panjang
dibandingkan kakek nenek moyang kita, en toh sedikit sekali dari kita
semua yang akan mencapai umur 90, boro-boro 100 taon. Kalau sesekali
saya baca iklan dukacita di Kompas baik kalau sedang pulkam atau lewat
Internet, malah mereka yang usianya jauh lebih muda dari saya, sudah
cabut duluan ke nirwana. Banyak dari mereka yang manula, mengidap
cem-macem penyakit atau rentan terhadap sakit. Oleh karena itu, sejak
dahulu kala para periset mencari-cari kampung dimana tinggal manula
usia
seabad yang masih aktif dan sehat, untuk mencari tahu rahasia mereka.
Konon ada beberapa tempat seperti itu, bukan di negara industri so
pasti. Salah satunya adalah di suatu kampung di Georgia (eks Soviet)
di
pegunungan Kaukasus. Mereka memang menyantap makanan yang rendah kadar
lemaknya maupun kalorinya, diet utama mereka buah-buahan dan
biji-bijian. Mereka diharapkan melakukan pekerjaan fisik di luar rumah
sampai manula. Seperti juga di tanah air kita, manula Georgia dihargai
pemuda pemudi mereka, semakin tua semakin dihormati. Itulah ketiga
faktor rahasia awet muda.

Suatu studi di Amrik yang bersifat longitudinal, yakni samplingnya
kelompok manusia yang sama yang terus diriset dari tahun ke tahun,
seperti terakhir saya contohkan di tayangan serial Development Psycho,
bersifat sangat mencerahkan. Studi itu bernama Baltimore Study,
kelompoknya luas dan penyelidikannya panjang sampai puluhan tahun.
Sekitar 30-40 tahunan lalu, para dokter yang menangani manula tahu
bahwa
tubuh pasien mereka berbeda dengan yang muda tetapi tetap mereka
melakukan perawatan dengan referensi ke muda-mudi karena tiadanya
hasil
test manula. Akibatnya dosis obat yang diberikan ke si kakek dan nenek
menjadi berkelebihan, OD istilah jaman kini lantaran hasil test obat
memakai manusia berumur 20 30 tahun. Studi Baltimore itu sudah
memperbaiki nasib manula Amrik dan lantaran ente-ente juga pada
nenggak
obat paten luar batang, beruntunglah aki nini kita juga. Misal
diagnosa
diabetes dahulu kala, tidak pandang bulu. Pokoknya kalau kadar gula
sudah di atas ambang tertentu, vonis dukun jatuh, si manula diabet
katanya. Dukun waktu itu kaga tahu soalnya bahwa kadar gula darah
semakin kita tua semakin tinggi, terbukti para manula kan umumnya
lebih
manis ye dibandingkan kita-kita yang masih muda :-). Para periset
menemukan bahwa dengan standard yang biasa dipakai, setengah dari
sampling manula yang umurnya di atas 60 tahun menjadi mengidap diabet
padahal dalam kenyataannya cuma sedikit.

Seperti sudah kulangsirkan di awal tayangan serial ini, salah satu
hasil
utama studi Baltimore adalah menegaskan adanya perbedaan yang besar
sekali di dalam proses penuaan manula berumur sama. Beberapa yang
umurnya sudah 60 masih kelihatan seperti baru berumur 40 sebab
fisiknya
masih kuat bo. Beberapa tahun lalu saya ngajak pasutri manula bule
camping ke interior (istilah kami untuk cagar alam di rimba raya). Si
Bob sang suami sudah pensiun dan umurnya sudah di atas 65 tahun, namun
kekuatan ngedayungnya maupun ngebelah kayu bakarnya bisa dijabanin
lawan
ente-ente Net-addict. Sekali doi ngayunin kampak yang sengaja
dibawanya,
mungkin sekalian demo :-), bletak entu kayu buat dibakar
terbelah dua. Sebagian lagi dari sampling studi Baltimore, meskipun
umurnya baru 40 tahun, sudah kelihatan kaya kakek nenek. Tampak luar
ini
kemudian tercerminkan atau didukung oleh hasil test fisik seperti
kemampuan paru-paru mereka, kekuatan tangan buat ngeremes, metabolisma
gula, deeste.

Satu kabar baik bagi ente-ente yang sudah merasa tua di milis ini,
responden studi Baltimore yang tidak jantungan atau mengalami kelainan
di organ itu, ketika ditest fungsi sang pompa, sama bagusnya di umur
70
dengan di umur 30. Jadi ga perduli apa mereka pompa air di rokum ente,
Dragon Sanyo Hitachi Mitsubishi, kaga bakalan menang ngelawan jantung
kita yang oce sampai 70 80 tahun masa kerjanya. Bila Anda berpendapat
bahwa semakin tua ayah kakek Anda, semakin sedikit produksi hormon
testosterone-nya, salahlah dikau. Studi Baltimore menemukan, produksi
hormon itu hanya menurun di diri cowok manula yang sakit. Hal itu
jadinya menjelaskan kenapa nenek ente yang udah menopause suka sebel
ama
kakek ente yang kemungkinan masih gagah perkasa di atas bale :-). Hal
lainnya yang menakjubkan adalah terjadinya kompensasi fisiologis di
otak
manula. Karena neuron-neuron atau sel syaraf di otak menjadi semakin
sedikit, neuron yang masih ada lalu menambah kedigjayaan dengan
memperbesar jumlah dendrit atau sambungan antar-neuron. Akibatnya
kemarin in University of Toronto mengeluarkan pengumuman bahwa para
dosen mereka tidak perlu pensiun meski sudah mencapai umur 65. Suatu
keharusan sebelumnya dan banyak diprotes rakyat, terutama tentu si
dosen
yang masih mau nyangkul. Jadi pendapat bahwa menua berarti otomatis
mengalami kemunduran belum tentu atau sering tidak benar.

Di diri manusia yang menua, terjadi juga kestabilan, tak heran
perempuan
muda yang semart di jaman kini, suka melirik si gaek :-). Banyak yang
mantep di diri mereka, paling engga kantongnya lebih tebel dari para
sarjana baru lulus. Meskipun terjadi beberapa kompensasi, memang sih
secara fisiologis kita yang sudah tua tidak bisa disamakan dengan si
muda belia. Di dalam serial non-psiko saya berjudul Pengalaman Anak CC
(nama SMA-ku di Betawi), saya pernah syer bisa lari keliling lapangan
bola tanpa mengenal apa itu lelah, ayo azha terus.
Sekarang, lari di atas threadmill yang relatif gampang medannya, baru
15
menit ototku udah pada menjerit, tolooongg :-). Itulah yang terjadi
terhadap atlit profesionil ketika mereka mulai berumur 30. Tamatlah
saat-saat mereka berpesta bergumbirah ikut PON, Asian Games,
Olympiade.
Di umur 40, Bang Jeha Anda sudah tidak bisa lagi main badminton
berset-set seperti ketika ia masih remaja, main dari pagi sampai sore
hingga malam. Itu semua sebabnya kalau ada bencana alam, angin panas
40
50C bertiup, badai salju -40 -50C melanda, keesokannya akan ada berita
di koran, manula yang mati bergelimpangan.

Di dalam paket bernama jadi manula, selain udah termasuk dihormati
disungkem ama cucu anak menantu kalu di Melayu, terbungkus juga apa
yang
namanya penyakit kronis. Dua contohnya adalah osteoporosis, rapuhnya
tulang dan osteoarthritis, rematik tulang. Osteoporosis bisa melanda
perempuan lebih dahsyat karena mereka kehilangan kalsium tulang secara
drastis begitu menopause, ditambah 'bone density' mereka memang tidak
sebesar cowok. Syering anonim sahaja alias kaga usah sebut nama. Sudah
lama saya tidak bertemu dengan seorang pren cewek saya dimana anaknya
tidak berbeda jauh usianya dari anak kami. D.p.l. usianya tak berbeda
banget dengan isteriku. Ketika lalu saya pertama melihatnya setelah
tak
berjumpa selama beberapa tahun, ia sedang berjalan sambil
terbungkuk-bungkuk. Pada saat ia berpaling dan lalu menegur saya, saya
setengah tak percaya. Di usia yang relatif masih muda, wajahnya juga
belum peot keriput, ia sudah terkena osteoporosis yang lanjut,
tulangnya
melengkung karena merapuh, kehilangan massa. Seperti disinyalir atau
dianjurkan oleh Cak Nur di milis Psiko, kita kawula muda mesti sadar
mengenai bukan saja proses penuaan, juga psikonya si kita nanti,
sehingga kita kaga syok jadinya kalau ngalamin. Kata anak Betawi,
ngenes
banget dah kalu sampe ngeliat pren kita yang masih muda en toh udah
jadi
bongkok udang.

Berbeda dengan penyakit akut ataupun infeksi, penyakit kronis bersifat
langgeng, semakin lama semakin buruk, tidak bisa disembuhkan. Sebagian
besar dari penyakit jenis ini tiada biang keladinya, tahu-tahu muncul
di
si manula. Menduduki 10 anak tangga teratas, dari yang paling populer
sampai yang rada jarangan adalah: rematik, darah tinggi, budek,
jantungan, kelainan tulang, sinusitis, katarak, diabet, rabun,
tinnitus
(kuping berdering mendesing). Sekitar 85% dari manula di atas umur 65
mengidap sedikitnya satu dari sepuluh penyakit kronis di atas. Semakin
menua si manusia semakin banyak penyakit kronis yang diidapnya.
Meskipun
penyakit jenis itu berhubungan erat dengan disability, kejompoan, ia
tidaklah sama. Kejompoan yang terkadang bersifat perilaku lebih
penting
di dalam menentukan kualitas hidup kita. Para pakar gerontology
menyebutnya 'functional impairment', kecacatan dalam berfungsi.

Alkisah dalam hidup Bang Jeha, ia dikirim kumpeninya untuk ikut
diversity workshop karena memang sering cangkulan di Toruntung ini bak
PBB. Segala macam bangsa nyangkul bersama dan adalah penting untuk
kita
mengerti budaya masing-masing alias jangan sok mau menang sendiri,
amit-amit mengidap penyakit rasialis. Nah, si penceramah adalah anak
negro yang konon telah menciptakan kebijakan pemerintah Ontario dbp
David Peterson (PM waktu itu) di dalam hal diversity policy. Ia suka
cerita ngalor ngidul dan mendadak nyeletuk bahwa bapaknya meski baru
berusia 65-an tetapi sudah disabled. Kita para murid tentu menyimak,
apa
disability atau cacat si bokap. Katanya lagi, bapaknya masih sehat
walafiat sebenarnya tetapi sejak pensiun ia hanya duduk doang
sehari-harinya di kursinya sambil dari waktu ke waktu menjerit
"minuumm,
makaann...". Datanglah lalu si isteri membawakan sesajian buat
embahnya
yang sudah disabled.

Penyakit kronis, meskipun berhubungan erat, tidaklah sama dengan
disability, apalagi yang model si bapak negro di atas. Perilaku
seputar
disability itu lebih penting di dalam menentukan kualitas hidup
manula.
Para gerontologist menamakannya 'functional impairment', cacat di
dalam
berfungsi. Mereka mempunyai apa yang namanya indeks kesehatan dimana
mereka mengukur kemampuan fisik dan psikososial seseorang di dalam
kehidupan. Ruang lingkup apa yang diukur ini cukup besar, dari mulai
soal makan tidur, ke nyangkul dan ngurusin tubuh dhewek sampai ke
bepergian ke luar rumah maupun nyetir boil sendiri. Contoh yang
ekstrim
misalnya manula yang cuma duduk doang sehari-hari atau sepanjang hari
tidur doang bisanya. Kaga bisa makan dari mulut lagi tetapi cairan
makanan dimasukkan lewat selang infus. Tak mampu berjalan kembali,
tidak
bisa mandi sendiri, mengisolasikan diri dari keluarga, tidak mampu
berpikir, tak tahu ada dimana, hari apa tanggal berapa.

Gerontologist mempunyai istilah 'excess disability', yakni manula yang
berfungsi di dalam kadar rendah sekali. Hal ini terjadi karena sikon
kehidupannya membuat rintangan untuk doi mandiri. Di kisah di atas, si
bokap negro menjadi disabled karena si nyokap mandah, nurut mau azha
disuruh-suruh. Staf di rumah jompo yang kaga sabaran, isteri/suami
yang
ga tegaan, sebetulnya sudah memberikan disservice karena mereka malah
membuat si doi semakin lemah sampai bener-bener jadi jompo, loyo
lunglai. Dengan mengambil kontrol dan otonomi dari si manula, kita
mempercepat kemundurannya sampai menuju kematian. Jadi psikolog semart
yang menangani manula akan berusaha agar ia tetap produktif, tidak
menyia-nyiakan potensinya.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009