PA ibu soal remaja
Bahan PA Ibu
GKJ Ambarawa Agustus 2023
6 Hal Luar Biasa dalam diri Remaja Yang Perlu Ibu Ketahui
“Masa remaja adalah masa perubahan yang cepat. Suatu masa yang rumit.
Banyak sekali orang tua yang tidak tahu problem besar generasi Z masa kini. Anak kita yang berusia 12 sampai 25 tahun memiliki Problem berat. Dan sering kali Problem remaja tsb dianggap sbg lelucon tentang masa remaja. Padahal ada banyak hal yang sulit dalam hidup remaja masa kini. Yang dihadapi anak remaja sekarang juahhhh beda dengan masa kita.
Anak kita di usia 12-25 sering terlihat mengalami perubahan suasana hati hingga ketidakamanan (insecure). Dan banyak ortu sulit memahami dan kapok saat menghadapi kesulitan anak di masa remaja.
Guru gembul menandai masa remaja saat ini sebagai generasi Terkutuk. Sebab ada Disrupsi yg luar biasa. Ada perubahan besar dalam pendidikan dan dunia kerja. Baik di dunia pendidikan maupun dalam kehidupan. Apa yg dipelajari saat ini belum tentu berguna untuk 5 tahun mendatang. Oleh karenanya masa remaja harus dibekali hal Adaptif, Kreatif dan Networking.
Banyak orang tua tidak sadar betapa sulitnya menjadi remaja di era modern. Adanya jadwal padat dan adanya perangkap media sosial bagi remaja saat ini. Dengan meningkatnya stres remaja dalam beberapa tahun terakhir, penting bagi orang tua untuk mengajari remaja bagaimana cara mengelola situasi stres sebelum situasi tersebut menjadi semakin parah.
Soal Stres remaja: kapan Saat Itu dianggap Normal dan kapan Saat Itu Menandakan Masalah besar dan Mendasar.
Stres adalah respons normal terhadap situasi yang membuat seseorang merasa tertekan. Stres bisa menjadi hal yang baik ketika semakin mempertajam fokus remaja dan memotivasi mereka untuk melakukan yang terbaik selama ujian, permainan, atau situasi menantang lainnya. Setelah tantangan selesai, tingkat stres biasanya mereda hingga tantangan berikutnya muncul.
Tapi apa yang terjadi ketika stres tidak mereda atau, lebih buruk lagi, meningkat? Stres menjadi bermasalah ketika remaja menghadapi tantangan terus-menerus tanpa waktu henti yang cukup lama di antara pemicu stres.
Tanpa bimbingan orang tua atau mentor yang tepat, stres yang tidak terkendali dapat memengaruhi kesehatan mental remaja yang bisa menyebabkan kecemasan dan/atau depresi. Stres yang terus-menerus juga dapat memengaruhi kesehatan fisik remaja dengan menimbulkan penyakit seperti sakit kepala, sakit perut, tekanan darah tinggi, dan nyeri dada.
Tanda Peringatan Stres
Gejala stres seringkali tidak nampak sama dan bersifat stereotip. Karena itu, penting bagi orang tua dan remaja untuk memperhatikan frekuensi tanda-tanda stres berikut ini :
Perubahan fisik : Remaja yang stres lebih cenderung sakit dan mengeluh sakit kepala dan sakit perut.
Perubahan emosional : Remaja yang kewalahan semakin tampak cemas, gelisah, dan/atau depresi.
Perubahan perilaku : Remaja yang mengalami stres berlebihan dapat menunjukkan perubahan dalam kebiasaan tidur, makan, atau hal bersosialisasi mereka.
Perubahan kognitif : Stres juga dapat menyebabkan penurunan tajam dalam konsentrasi, memori, dan perhatian terhadap detail.
6 Sumber Stres yang Mungkin Membebani Remaja.
Sumber stres remaja tidak selalu mudah dikenali oleh remaja dan orang tua, terutama karena dunia yang kita tinggali sebagai orang tua saat remaja sangat berbeda dengan dunia yang serba cepat yang ditinggali remaja kita saat ini.
Berikut adalah 6 hal yang mungkin tidak disadari orang tua dapat membuat anak remaja kewalahan.
1. Tekanan Akademik yang Tidak Masuk Akal
Sekolah adalah sumber stres yang paling sering dilaporkan oleh remaja. Sementara orang tua mungkin berpikir bahwa satu-satunya tekanan di sekolah adalah untuk mendapatkan nilai bagus, remaja mengalami tekanan tambahan untuk meletakkan dasar agar dapat masuk ke perguruan tinggi terbaik, memilih jurusan, dan mengetahui bidang pekerjaan apa yang ingin mereka kejar. Remaja diharapkan banyak mengetahui sendiri soal dunia pendidikan dan dunia kerja. Padahal mereka sendiri masih ragu akan masa depan dan dunia pekerjaan apa yang akan mereka pilih untuk dijalani.
Kiat pengelolaan stres : Meskipun nilai penting, orang tua harus menjelaskan kepada anak remaja bahwa orang yang paling bahagia dan sukses adalah mereka yang berpengetahuan luas di semua bidang, bukan hanya nilai akademis.
Bantu anak remaja menjadi lebih berpengetahuan luas dengan mengajaknya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan sosialnya. Atau, daftarkan anak remaja Anda untuk mengikuti program mentoring untuk membantunya mengidentifikasi minatnya sehingga dia dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang jelas tentang masa depannya.
2. Tekanan Teman Sebaya
Selain tekanan untuk menonjol secara akademis, remaja harus menghadapi gelombang tekanan dari teman sebaya—tekanan untuk bertindak dengan cara tertentu, berpakaian dengan cara tertentu, atau melakukan hal tertentu. Tekanan daru teman sebaya ini dapat berdampak buruk secara mental dan fisik pada remaja. Mereka harus mengarungi goncangan rasa harga diri dan rasa percaya diri, hormon, dan kekhawatiran tentang masa depan mereka akibat pengaruh teman sebaya. Perhatikan teman sebaya anak kita.
Kiat manajemen stres : Peringatkan remaja tentang risiko mengalah pada tekanan teman sebaya yang negatif dan yakinkan mereka bahwa harga diri mereka tidak ditentukan oleh pendapat orang lain (teman sebaya mereka).
Berdayakan remaja untuk menetapkan batasan yang sehat dan berani mengatakan "tidak" kepada orang dan/atau situasi yang memicu stres berlebihan.
3. Persahabatan Buruk dan Hubungan Romantis
Banyak remaja mengaitkan kesejahteraan emosional mereka dengan status persahabatan dan keadaan romantis mereka saat ini. Beberapa dari hubungan persahabatan dan hubungan romantis remaja menyita waktu secara tidak masuk akal atau berbahaya. Dan hal itu jarang disadari oleh orang tua. Yang penting, orang tua harus menyadari bahwa kekerasan pacaran remaja mempengaruhi sekitar 10% remaja saat ini.
Remaja mungkin kewalahan karena harus mengelola pertemanan pasif-agresif dan/atau hubungan tidak sehat lainnya. Stres dari pergaulan negatif ini dapat merusak kesehatan mental, emosional, dan fisik remaja bahkan masa depan mereka.
Kiat pengelolaan stres : Ajari remaja cara mengidentifikasi dan menjauhkan diri dari semua hubungan yang merusak. Jelaskan kualitas hubungan seperti apa yang harus dicari pada teman guna masa depan yang lebih baik.
4. Takut Gagal
Dari gagal dalam ujian sekolah hingga gagal dalam ujian mengemudi hingga ditolak oleh teman sebaya dalam berbagai momen, beberapa remaja perlu mengembangkan ketrampilan bagaimana menghadapi rasa takut yang melumpuhkan dari kegagalan. Remaja mungkin takut kegagalan mereka akan diperhatikan dan diejek oleh "teman", atau mereka mungkin takut mengecewakan orang tua dengan harapan yang tidak masuk akal.
Secara signifikan, kegagalan yang dikaitkan dengan perasaan negatif dalam diri remaja dapat menyebabkan remaja mengembangkan rasa takut untuk mencoba, yang dapat menghambat perkembangan dan kemungkinan keberhasilan mereka.
Kiat pengelolaan stres : Ajari anak remaja untuk memandang kegagalan bukan sebagai kekalahan, tetapi sebagai bagian rutin dari pembelajaran dan mengasah ekspektasi. Try and error. Ajarkan remaja untuk fokus pada pentingnya proses daripada hasil, dan memberi remaja kesempatan untuk bangkit, mengevaluasi kembali tujuan, dan mencoba lagi.
5. Media Sosial
Remaja saat ini tidak dapat membayangkan bagaimana kita dulu harus mencari informasi di perpustakaan lokal atau buku-buku referensi. Saat ini ada ledakan teknologi informasi yang membuat hidup lebih mudah dalam beberapa hal. Namun teknologi internet juga membawa serangan dan kekhawatiran baru dalam hal cyberbullying, pelanggaran privasi secara massal, dan kecenderungan remaja kita yang tidak sehat untuk membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka lihat dan baca secara online. .
Faktanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja generasi Z menghabiskan lebih banyak waktu dengan smartphone dan media sosial. Mereka memiliki lebih sedikit waktu untuk berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Hal itu cenderung membuat remaja mengalami depresi dan mengalami ketegangan yang meningkat. Selain itu, postingan media sosial yang secara gamblang atau secara tidak akurat dapat membuat remaja takut dan mengkhawatirkan keselamatan mereka.
Kiat pengelolaan stres : Dorong anak remaja untuk melepaskan diri lebih sering dan rasakan manfaat kesehatan dari menghabiskan waktu di luar rumah, berolahraga, memupuk hubungan yang otentik secara langsung, dan istirahat yang cukup. Selain itu, beri tahu remaja tentang kemungkinan informasi online yang salah atau dibesar-besarkan. Hoax.
6. Harapan Orang Tua
Harapan orang tua seringkali tidak realistis. Banyak orang tua mengharapkan anak remaja mereka mendapatkan nilai bagus, berolahraga, mengembangkan keterampilan atau kemampuan yang berguna, dan mendapatkan pekerjaan untuk membantu berkontribusi secara finansial atau mempelajari pengelolaan uang. Penjadwalan berlebihan dari waktu remaja saat kini—meskipun dengan niat baik—dapat mengakibatkan kelelahan remaja dan perasaan tidak berdaya atas jadwal mereka sendiri. Mereka mudah merasa ditekan.
Orang tua yang bijaksana harus mengingat bahwa anak yang berpengetahuan luas dan mahir secara sosial jauh lebih mungkin untuk menjalani hidup yang sehat dan bahagia. Daripada anak berprestasi namun sebenarnya stres untuk lulus tes dapat mengorbankan keterampilan sosial. Anak kita jadi introvert.
Kiat manajemen stres : Nilai ekspektasi kita sendiri terhadap anak remaja harus kita evaluasi terus. Kita harus mampu membedakan dengan hati-hati antara dorongan yang sehat dan tekanan yang tidak realistis. Perhatikan bahwa jika kita secara rutin mengangkat anak remaja kita ke standar yang tidak dapat dicapai, kita mungkin menimbulkan masalah harga diri pada anak kita. Dan hal itu dapat mengganggunya seumur hidup.
Pertanyaan sharing:
Persoalan apa yang saudara hadapi dalam membimbing anak remaja saudara?