Bahan retreat ibu

Cara Menumbuhkan kebersamaan dalam pelayanan dan memotivasi untuk lebih bersemangat dalam pelayanan "Retreat Ibu GKJ Ambarawa" Jumat-Sabtu, 14-15 Juli 2023 Catatan awal Menumbuhkan kebersamaan dan menumbuhkan motivasi pelayanan, saya memberikan catatan awal sbg berikut: 1.Upaya diatas bukanlah karya manusia melainkan karya Allah. Hal menumbuhkan kebersamaan dan semangat pelayanan dalam gereja diyakini spt Mazmur 127:1:”Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah tukang-tukang bekerja”. Juga perlu kesadaran bahwa Kristus yang membangun jemaat-Nya (Mat 16:8) dan demi siapa jemaat dibangun (Efesus 2:20,22). Mengapa saya beri catatan awal spt ini? Sebab dalam hal pembangunan jemaat kita seringkali jatuh dlm dua ekstrem. Pertama kita sangat hapal akan ayat2 tsb akan tetapi kemudian kita bertindak seolah-olah Tuhan tidak ada. Atau ekstrem yang lain yakni percaya bahwa Yesus yang membangun shg peran manusia akhirnya ditiadakan. Di satu sisi Roh Kudus tidak berkarya, di sisi lain manusia tidak berfungsi. Jalan tengah yg kita amini bahwa Yesus membangun dan sekaligus menyerahkan tugas kepada manusia. I Kor 3:9:”Kami adalah kawan sekerja Allah”. Kita adalah kooperator dan kawan Allah. Bertindaknya Roh memungkinkan tindakan manusia tidak menjadi sia-sia, atau berlebihan atau tanpa guna. Sekaligus Roh memungkinkan manusia untuk bertindak dengan sadar dan bijak. Kenyataan ini membuat kita tidak gampang frustasi dan sekaligus memperluas wawasan kita akan apa yng sedang kita kerjakan di dalam gereja. 2.Upaya di atas juga menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh menganggap enteng tugas tersebut namun sekaligus tidak menganggapnya terlalu sulit juga. Di satu pihak kita harus berani melihat kenyataan tantangan yg ada dan dilain pihak kita harus melihat bahwa fakta tsb bukanlah fakta yg stagnan, melainkan bisa berubah dan diubah. Berbeda dengan fakta alamiah, fakta yg terjadi di gereja adalah fakta sosial yang bisa diubah. Pengertian ini kita perlukan supaya menjadikan kita tidak mudah menjadi lelah dan menyerah. 3.catatan yg ketiga, ada banyak faktor yang memang mempengaruhi kehidupan bergereja kita. Selain faktor eksternal yang banyak pengaruhnya, kadang kita sendiri kurang memperhatikan factor internal. Maksudnya kita kurang mampu memaksimalkan faktor internal, potensi-potensi yang ada di dalam gereja itu sendiri. Dalam tulisan ini saya lebih membobot pada faktor internal gereja. Jadi saya tidak bicara soal Tantangan serta Ancaman yang ada di luar gereja. Namun lebih ke soal dapur gereja. Menumbuhkan kebersamaan dalam pelayanan dan memotifasi untuk lebih bersemangat dalam pelayanan Memang ada banyak faktor (dlm faktor internal itu sendiri) yang mempengaruhi hal kebersamaan dan munculnya semangat pelayanan di dalam gereja. Akan tetapi pada kesempatan ini (karena keterbatasan waktu) hanya beberapa hal yang saya singgung. Di antaranya ialah: 1.Berfokus pada warga Tumbuhnya kebersamaan akan muncul dengan sendirinya (sebuah keniscayaan) manakala orang2 di dalam gereja sudah memahami hal ideal (manusia yg juga berwatak sosial) bahwa mereka memang harus membentuk persekutuan. Seperti penggambaran Tubuh Kristus yang mengandaikan semua warga dan potensi membentuk satu kesatuan yang saling mengikat dan memperlengkapi dan menguntungkan. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah adanya faktor “kesenangan/fun/happy”. Hal orang bersekutu dalam kebersamaan dengan senang hati ternyata merupakan faktor yang efektif bagi kebersamaan dalam gereja. Paling tidak faktor itu akan meningkatkan partisipasi dan membuat tujuan serta kegiatan dapat tercapai dengan lebih sering dan lebih baik (kuantitatif maupun kualitatif). Dengan adanya factor kegembiraan, orang berkomunikasi dengan lebih banyak, dengan lebih terbuka, dengan lebih jujur. Dengan adanya kesenangan orang lebih rela melayani, lebih mudah saling memberi informasi dan dapat saling mengoreksi kekurangan. Teladan dapat kita lihat dalam gereja perdana. Sikap saling mengasihi antara orang beriman membuat orang luar mendengar injil. Baca Kisah Rasul 2. Dalam pergaulan jemaat, faktor kesenangan sering kita sebut dengan adanya iklim yang kondusif. Maksudnya seluruh prosedur dan tata cara pergaulan yang berlaku di gereja menjadikan warga merasa senang sebab mereka dihargai dan dihormati sebagaimana layaknya orang yang telah dicintai oleh Tuhan. Jadi perihal bagaimana setiap warga jemaat dipandang dan dinilai serta bagaimana warga diperlakukan itu yang akan memunculkan tingkat partisipasi yang tinggi. Hal ini berarti kita harus berani melihat dan meninjau kembali tata pergaulan, pola komunikasi, prosedur dan struktur yang ada dalam kehidupan bergereja kita. Apakah prosedur dan struktur bergereja kita sdh mengandaikan adanya pandangan yang positip kepada warga gereja atau tidak? Mengapa kita harus memperhatikan setiap warga, satu demi satu? Sebab dalam organisasi apapun terlebih dalam gereja, faktor manusia merupakan sesuatu atau milik yang penting dan berharga. Dan organisasi harus bertindak berdasar kesadaran akan hal itu. Warga harus dilihat sebagai Subyek (di-uwong-ke). Kehadiran, sumbangan dan kemampuan mereka harus dihargai (meski kecil atau besar). Oleh karena itu para penggerak jemaat harus memandang warga sebagai “yang ikut mengambil keputusan” dan bukan semata-mata sebagai pelaksana atau yang terkenai dampak atas sebuah keputusan yang diambil. Warga harus ikut mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam kuasa. Cara mereka ikut terlibat mengambil keputusan harus diupayakan. Penggerak jemaat harus melihat bahwa warga adalah orang dewasa yang mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan juga mampu bertanggung jawab atas keberlangsungan organisasi gereja. Yang menjadi tugas penggerak adalah mendengar dan kemudian menolong mereka untuk menjalankan pekerjaan. Penggerak membuka diri terhadap kritik, tidak mempersalahkan atau mengeluh. Penggerak harus mudah diajak bicara, didekati, oleh karena itu perlu sikap Egaliter dan struktur organisasi yang datar, perlu dikembangkan proses komunikasi yg bottom-up. Landasan atau dasar teologisnya bisa kita dapatkan dalam surat-surat rasul Paulus dan Petrus untuk jemaat perdana. Semisal dalam kitab Efesus 4 ayat 11-16. Di sana kita melihat bahwa berbagai peran dan jabatan yang ada dalam jemaat pada akhirnya harus bertujuan dan diperuntukan/berfokus untuk pembangunan jemaat, untuk memperhatikan setiap warga. Jadi semua diperuntukkan dan diabdikan untuk pertumbuhan jemaat. Agar orang-orang kudus dapat menuju pada pemenuhan di dalam Kristus. Lebih tegas Petrus dalam 1 Petrus 2:9 menyapa jemaat :”Kamulah imamat rajawi”. Dari sini kita mengenal istilah Luther tentang Imamat Am orang percaya. Karena Roh Kudus dicurahkan kepada setiap orang percaya, dan korban Kristus diperuntukkan pula bagi setiap orang percaya maka berlaku prinsip egaliter/kesetaraan di antara setiap orang percaya. Kita melihat adanya perbedaan antara struktur masyarakat Israel dengan gereja. Di mana dalam struktur masyarakat Israel dikenal istilah Representasi. Israel merupakan representasi seluruh bangsa. Imam agung di Israel bertindak atas nama para imam. Imam bertindak atas nama para Lewi. Lewi bertindak atas nama orang-orang Israel laki-laki. Orang Israel laki-laki bertindak atas nama perempuan dan anak. Ada hierarki. Sementara itu dalam gereja lebih ditandai oleh sifat Partisipasi. Tidak ada lagi yang bertindak atas nama orang lain. Setiap orang berdiri di samping yang lain. Dari sini kita melihat upaya penekanan penghormatan yang luar biasa pada setiap anggota jemaat. Setiap orang percaya sekali lagi adalah Subyek. Oleh karena itu setiap anggota jemaat harus menerima satu sama lain. Jika warga menjadi jemaat karena diterima oleh Allah tanpa syarat demikian pula hendaknya warga dengan warga yang lain harus saling menerima tanpa syarat. Menjadi paguyuban yang ciri pokoknya adalah saling menerima orang lain tanpa syarat. Hal ini begitu mudah kita katakan dan pahami namun sekaligus begitu sulit untuk dialami. Sebab seharusnya di jemaat orang bisa menemukan Allah. Gereja harus menjadi tempat untuk saling mengenal dan menghargai sebagai manusia, di mana setiap orang boleh menjadi dirinya sendiri dan di mana ada juga ruang untuk orang lain. Di mana manusia merasa terlindung dan dikuatkan untuk menjalani kehidupan. Kondisi semacam itu membuat adanya komunikasi terbuka dan penuh keakraban. Dalam gereja juga orang bisa menemukan Tuhan. Penghormatan dan penghargaan yang tinggi pada diri manusia (terlebih manusia yang telah percaya dan menjadi anggota Tubuh Kristus) kita temukan dalam PPA GKJ pertanyaan dan jawaban no 23 dan 24, sbb: 23. Pert : Bagaimana penyelamatan Allah ke atas manusia itu kita pahami? Jwb : Penyelamatan Allah itu kita pahami sebagai anugerah karena: 1. Dilakukan atas dasar kasih Allah. 2. Melalui kehendak dan prakarsa Allah. 3. Dikerjakan oleh Allah. [Yoh.3:16; Ef.2:1-9; Tit.3:3-7; 1Yoh.4:9,10] 24. Pert : Bagaimana penyelamatan Allah yang adalah anugerah itu dapat dinalar? Jwb : Hal itu dapat dinalar sebagai berikut: 1. Allah menyelamatkan manusia karena Ia mengasihi manusia. 2. Allah mengasihi manusia karena bagi-Nya manusia berharga untuk dikasihi. 3. Bagi Allah manusia berharga untuk dikasihi karena manusia mempunyai martabat di atas semua makhluk yang lain. 4. Martabat manusia itu adalah bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah. [Kej.1:26,27; Yoh.3:16; 1Yoh.4:9,10; band. Ef.4:24; Kol.3:10] Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ketika warga dilihat sebagai subyek (yang dewasa dan mampu bertanggungjawab dalam kebebasan, yang juga mendapat pencurahan Roh Kudus) dan mereka juga melihat yang lain juga sebagai subyek maka akan terjadi kehidupan yang saling menerima satu sama lain. Warga menjadi saling membuka diri dan memperlihatkan bahwa orang lain juga boleh berada. Dengan begitu akan terjadi komunikasi yang terbuka dan akrab. Adapun langkah konkret untuk mewujudkan hal tersebut adalah: -semua warga dilibatkan dalam penentuan tujuan, dengan demikian semua terlibat dalam menentukan kebijakan. -semua warga mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dan diundang pula untuk memberikan semua informasi dalam komunikasi terbuka. -semua dilibatkan dalam penentuan kebijakan yang penting bagi mereka dan bahwa keputusan diambil sedemikian rupa sehingga integritas pribadi orang terjamin. -semua dapat mempengaruhi hidup jemaat pada umumnya. -semua diterima dan diperlakukan dengan respek. Inilah perwujudan dari Imamat Am. 2.Memperhatikan relasi-relasi yang terjadi Hal lain yang memungkin kita dapat menumbuhkan kebersamaan dalam pelayanan adalah faktor Relasi. Yakni Keseluruhan relasi dan hubungan antara orang-orang yang ada dalam organisasi (gereja) yang ditampakkan melalui bagan struktur , peraturan, tata gereja dan lain-lain. Biasanya dalam gereja dibedakan dalam 3 aspek ini: (1)relasi antara masing-masing anggota individual dalam organisasi, (2)relasi antara anggota individual dengan organisasi sebagai keseluruhan (dan juga dengan kelompok-kelompok yang merupakan bagiannya), (3)relasi antara kelompok-kelompok dalam organisasi. Pada kesempatan ini hanya point 1 dan 2 yang akan saya singgung. a.Relasi antar individu Biasanya sifat relasi dalam gereja sering dinyatakan dengan pengertian paguyuban. Secara sadar atau tidak kita dihadapkan dengan pasangan pengertian Gemeinschaft dan Gesellschaft. Yang mana Gemeinschaft dipahami sbg pola relasi ala pedesaan (jaman dulu) yang mengandaikan ciri-ciri kekeluargaan sejati dan Gesellschaft dipahami sbg masyarakat perkotaan (masa kini) yang cenderung lebih sakelek atau formal/yuridis. Dalam kenyataannya penggolongan atau pembedaan 2 pengertian tsb untuk diterapkan dalam kehidupan gereja adalah tindakan yang tidak tepat benar. Pengandaian Gemeinschaft bahwa orang menjadi saling memperhatikan (karena sering bertemu) dan saling melayani tanpa pamrih, serta pengandaian pada Gesellschaft bahwa masyarakat perkotaan hanyalah manusia acuh tak acuh dan hanya saling menolong untuk menerima (adanya pamrih), ternyata sdh mendapat banyak kritikan. Oleh karena itu 2 pengertian tsb tidak bisa begitu saja diberlakukan atau dipakai untuk membentuk suatu persekutuan yang ideal di gereja. Salah satu kritik kita dapati pada Peter H.Mann yang membuktikan bahwa tidak adanya kontak belum tentu tidak adanya kerelaan. Perlu dibuat pembeda antara Ada atau Tidak Ada-nya kontak dengan sikap yang melatarbelakanginya. Sehingga Mann membuat 4 tipe relasi: a.Adanya kontak faktual + Sikap Positip b.Tidak adanya kontak faktual + Sikap Positip c.Adanya kontak faktual + Sikap Negatip d.Tidak adanya kontak faktual + Sikap Negatip Tipe a dan d paling jelas. Tipe b da c paling menarik untuk dicermati. Tipe c memperlihatkan bahwa kontak faktual (memberi salam dan saling menolong) dapat bersamaan dengan munculnya sikap negatip. Tipe b menunjukkan sebaliknya sebab orang hormat pada privacy orang lain dan sekaligus siap menolong. Dapat ada sikap positip meskipun tidak ada kontak faktual. 4 tipe di atas sangat menolong kita untuk melihat hal yang terjadi di gereja kita. Kita juga bisa belajar dari study dari Josef Pieper mengenai bentuk-bentuk dasar relasi manusia yang membedakan dalam 2 kategori pokok, yakni Relasi yang di-Ia-kan dan relasi yang Tidak di-Ia-kan. Dalam relasi yg pertama para partisipan Saling menerima. Contoh: relasi antar teman, guru dan murid, penjual dan pembeli. Syarat: sejauh para actor saling memperhitungkan dan saling memperhatikan. Sedangkan dalam relasi kedua kita dapati pada situasi konflik, yang mana para aktor berusaha untuk menang atas yang lain. Dalam Relasi yang diiakan, Pieper menyebut dan membedakan 3 macam relasi yakni: Gemeinschaft, Gesellschaft dan Organisasi. Pieper menyebut relasi yang didasarkan karena adanya kepentingan dan milik bersama sebagai relasi Gemeinschaft. Yakni adanya kesadaran kepentingan/nilai bersama. Menekankan apa yang menjadi milik bersama, sedang yang bersifat pribadi diletakkan dibelakang. Sedangkan relasi yang didasarkan pada kepentingan diri sendiri namun kepentingan, nilai dan martabat orang lain juga dihargai disebut oleh Pieper sebagai Gesellschaft. Adanya relasi yang didasarkan adanya tugas bersama dan tujuan organisasi disebut sebagai relasi organisasi. Jadi ada 3 relasi yang diiakan. Pernyataan Pieper yang menarik adalah bahwa semua ikatan atau kenyataan sosial (entah itu keluarga, PT atau Gereja) jika ingin kondisi yang stabil harus memberi ruang kepada ketiga jenis relasi yang diiakan tersebut. Tingkat partisipasi akan meningkat manakala tidak ada jenis relasi yang dimutlakkan. Jadi bagi kita yang ingin adanya pertumbuhan partisipasi dari warga/anggota, perlu mengembangkan ketiga jenis relasi yang diiakan sebagaimana disebut oleh Pieper di atas. Sebab penekanan pada satu jenis relasi Gemeinschaft akan membuat orang tertekan sebab ia tidak dapat mengekspresikan kepentingannya sendiri. Akan tetapi pementingan kepentingan sendiri yang terlalu kuat juga tidak baik bagi hidup kebersamaan. Sejauh orang lain diterima dan diakui, termasuk kepentingannya, maka orang akan tetap merasa terikat dalam kebersamaan. Filipi 2: 4 senantiasa mengingatkan: “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”. Kesimpulannya: jemaat akan meningkat partisipasinya jika tidak ada jenis relasi yang dimutlakkan. Tiga jenis pola relasi yang ada harus senantiasa disadari dan kembangkan yakni: -Gemeinschaft beserta aturan mainnya yaitu: keterbukaan, pengorbanan dan kelangsungan. -Organisasi, dengan pemberian undangan dan ruang bagi setiap orang untuk mempergunakan bakat khususnya bagi tujuan organisasi. -Gesselschaft, yakni adanya pengakuan bahwa manusia berhak untuk membela kepentingan diri asal menurut aturan main yang disepakati. b.Relasi anggota individu dengan organisasi Dalam ilmu sosiologi agama, warga gereja biasa dibedakan dalam 4 tipe (Fichter), yakni: anggota inti, anggota biasa, anggota marginal dan anggota tidur. Pembagian semacam ini bertolak dari individu serta relasinya dengan organisasi. Untuk perspektif partisipasi pembagian semacam ini jelas berat sebelah karena partisipasi organisasi tidak hanya ditentukan oleh Sikap Individu terhadap organisasi tetapi ditentukan juga oleh sikap organisasi terhadap individu. Bagaimana sikap organisasi pada warga/anggota? Saya pikir justru yang terakhir ini yang penting kita perhatikan saat ini. Remmerswaal mengembangkan tipologi keanggotaan organisasi bertolak pada dua variable yakni Atraksi (kadar ketertarikan anggota pada organisasi) dan Penerimaan (kadar organisasi memperlakukan dengan serius anggotanya). Kita bisa melihat analisa Remmerswaal dalam bagan sbb: atraktivitas penerimaan Positip Netral Negatip Positip 1 2 3 Netral 4 5 6 Negatip 7 8 9 Keterangan: Dalam kedua variable (atraksi dan penerimaan organisasi) dinilai dengan Positip, Netral dan Negatip. Atraksi negatip berarti seorang anggota tidak ingin masuk organisasi. Atraksi Positip berarti anggota bermotivasi untuk menjadi anggota (terus) Atraksi Netral berarti anggota acuh tak acug terhadap organisasi. Penerimaan Positip berarti anggota kelompok/organisasi bereaksi terhadap tingkah laku individu, baik atas yang menyimpang (kecewa) maupun yg taat (memuji) atas norma organisasi. Penerimaan netral berarti anggota kelompok bersikap acuh tak acuh atau toleran terhadap partisipasi dan tidaknya seseorang. Penerimaan negatip berarti bahwa anggota kelompok memperlakukan individu seakan-akan ia tidak termasuk kelompok, ia dianggap tidak ada. Dari skema diatas dapat diperjelas sebagai berikut: 1 = Orang akan senang dan dihargai 2 dan 3 =Orang senang ikut namun tidak didorong oleh kelompok (2) atau malah dihalangi (3) 4 =orang yang dihargai oleh kelompok ia sendiri tidak suka masuk. 5 dan 6 = anggota biasa (hanya namanya saja) yang tidak diperhatikan (5) atau malah mau dilepas oleh kelompok (6). 7 = anggota yang “memberontak”; orang yang enggan ikut (misalnya ikut hanya karena membutuhkan sesuatu) dan yang didekati secara positip oleh kelompok. 8 dan 9 = orang yang enggan ikut dan oleh kelompok hampir tidak (8) atau sama sekali tidak dihargai (9). Skema atau bagan Remmerswaal ini hanya untuk menolong kita menilai sebagai organisasi. Meskipun dalam praktek kenyataan bisa lebih rumit. Jadi dalam sikap individupun kita dapati sikap ada nuansa yang lebih rumit. Bisa jadi ia netral terhadap organisasi besar, tapi ia positip atas organisasi yg lebih sempit (kelompok) yg ada dalam organisasi yang besar. Bagaimanapun bagan tersebut menolong kita melihat dan menilai bahwa sikap organisasi atas individu sangat berpengaruh besar atas munculnya partisipasi. Perhatian atau penerimaan organisasi biasa diwujudkan secara pastoral dalam kegiatan perkunjungan. Kegiatan perkunjunganlah yang selama ini diakui dan dilakukan oleh gereja sepanjang abad sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam hidup bergereja. Dan kegiatan ini yang paling mujarab. Manakala perkunjungan sdh dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan impact yang cukup besar. Biasanya persiapan perkunjungan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi iman warga, yang bisa dilihat dalam: Konteks situasi : tempat warga tinggal, pekerjaan, kepuasan dlm pekerjaan, relasi dengan tetangga dll. Konteks iman: bagaimana menimplementasikan iman dlm rumah tangga, pekerjaan dan lingkungan. Konteks bergereja; apakah ada ikatan dengan gereja, apa harapan atas gereja, tingkat partisipasi dalam gereja, dll. Menurut penelitian Boonstra ada beberapa fungsi dari perkunjungan, yakni: 1.Perkunjungan berfungsi positip bagi mereka yg sdh lama tidak dikunjungi, mendapat kesan diprhatikan. 2.Pengalaman negatip bergereja dapat dibicarakan secara terbuka. Fungsi mau mendengar dan memberi penjelasan dengan sabar dibutuhkan. 3.Perkunjungan membuka kesempatan untuk berbicara tentang tantangan iman dalam suasana pribadi. 4.Bagi pengunjung mendapat pengalaman yg positip, dapat belajar bergaul secara bijak. 5.Lewat perkunjungankita dapat melihat gereja dari kacamata anggota marginal dan dapat melihat kendala yg ditemukan oleh orang lain dalam keinginan berpartisipasi. 6.Kepemimpinan dapat mengambil masukan dan menentukan kebijakan tidak berdasar dari apa yg actual ada namun juga dari yang potensial. Kesimpulan: Peran dan penerimaan organisasi kepada anggota lebih menemukan fungsi positip dalam karya perkunjungan. Perkunjungan terbukti memiliki banyak manfaat. Tidak semata-mata untuk meningkatkan partisipasi saja, melainkan juga untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas tentang organisasi itu sendiri. Perlu Tim atau komisi khusus untuk melakukan tugas mulia dan fungsional ini. Sesi II Analisa Diri PEMBENTUKAN TIM DAN HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Bacaan: Roma 12:16-18 1.Apakah suatu tim ? Suatu tim terdiri dari dua orang atau lebih yang mengerjakan sesuatu secara bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dibawah kepemimpinan salah satu diantara mereka. Tim-tim sangat berguna untuk tugas-tugas khusus dimana pencapaian suatu tujuan dalam jangka waktu tertentu merupakan sesuatu yang sangat penting. Sinergi merupakan kata kunci dan keuntungan terbesarnya. Berkumpul bersama merupakan suatu permulaan, menjaga kebersamaan suatu kemajuan, bekerja bersama merupakan suatu kesuksesan - Henry Ford 2.Pemimpin Tim A.Apa kualitas mereka? 1.      Pemimpin tim merupakan seorang yang melakukan hal-hal yang besar. Mereka juga memiliki keahlian yang tinggi. Mereka membuat strategi untuk mencapai tujuan mereka. Suatu tantangan akan mendorong mereka untuk bertindak. Mereka punya fleksibilitas dalam mencapai tujuan-tujuan yang jelas. Mereka bekerja untuk tujuan-tujuan jangka pendek dan bukan visi dari suatu organisasi. Mereka adalah pelari-pelari jarak pendek yang cepat/sprinter dan bukan pelari marathon. 2.      Pemimpin tim merupakan seseorang yang membangun orang-orang lain. Mereka membantu anggotanya untuk mengenali kekuatan dan kelemahan mereka dan membangun diatas kekuatan anggotanya. Dilapangan atau di tempat kerjanya, mereka menempatkan kekuatan anggotanya dengan situasi-situasi yang sesuai. 3.      Pemimpin tim memimpin dari depan. Mereka mengambil risiko pribadi. Mereka mengambil tanggung jawab pribadi dan melindungi anggota timnya dari kritikan dan serangan yang datang dari luar. B.Apa saja keahlian intinya/dasarnya? 1.      Pemimpin tim pandai mengadakan pertemuan. Mengadakan pertemuan merupakan suatu keahlian. Untuk dapat mencapai tujuan dari suatu meeting dalam jangka waktu tertentu dengan partisipasi dan kreatifitas yang maksimal merupakan suatu keahlian yang penting. 2.      Pemimpin tim pandai menyelesaikan suatu konflik. Sebagai orang yang berkomunikasi, mereka memotivasi dan membawa anggotanya untuk berpartisipasi. Ketika terjadi konflik dalam lingkungan yang highly charged/terlalu panas/terlalu tertekan, hubungan antar anggota akan diperkuat melalui penyelesaian konflik. Masalah hanyalah merupakan kesempatan dalam pakaian-pakaian kerja (Henry J. Kaiser) 3.      Membuat tim bersatu. Jika kreatifitas diperlukan maka keaneka-ragaman merupakan suatu keharusan. Didalam perbedaan kita akan memiliki resistance/perlawanan dan apati/kelesuan. Perlawanan/Resistance dapat disalurkan untuk mencapai tujuan kelompok. Tetapi apati/kelesuan sukar dihadapi. Memisahkan dan berurusan dengan anggota yang salah kadang-kadang diperlukan. Ketika semua berfikir sama, tidak ada satupun yang berfikir banyak Walter Lippman 3.Hubungan antar pribadi . A.Gaya-gaya berhubungan : Hubungan adalah inti dari hidup ini. Tuhan pertama-tama berhubungan dan kemudian Dia menyatakan diri-Nya. Tidaklah heran jika semua hukum bergantung pada dua hukum utama yang pada dasarnya merupakan suatu hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia. Hubungan dengan Kristus akan menentukan hubungan saya dengan sesama manusia. Hal yang divine/ketuhanan menentukan hal yang dari debu. Pada dasarnya ada tiga cara berhubungan dengan sesama manusia: Baca: Luk 10:25-37 Bergerak melawan orang: Ini adalah satu gaya dimana pemimpinnya egois dan mengeksploitasi orang lain. Kepentingan mereka tidaklah penting. Pandangan pribadi pemimpin yang ditekankan. Dia suka memanipulasi. Ini adalah mereka yang datang ke gereja dan melihat bagaimana mereka dapat mendapatkan kepentingan-kepentingan mereka. (Perampok) Bergerak menjauhi orang: Ini adalah orang-orang yang tidak tertarik pada orang lain. Mereka hidup dengan slogan Hidup dan mari hidup. Hanya ada sedikit perbaikan dari hukum rimba. Mereka mungkin saja menolong asalkan mereka tidak dirugikan sedikitpun. Ini adalah mereka yang datang ke gereja, tidak bicara pada siapapun dan jarang sekali ikut bersekutu. ( Imam, orang Lewi) Bergerak kearah orang: Ini orang-orang yang punya tujuan dan maksud, yang membuat keputusan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang disekitar mereka. Mereka orang yang suka berkorban. Mereka menghitung harganya tetapi mereka mau membayarnya. Mereka pergi ke gereja untuk memberi bukan menerima. Mereka inilah yang menyadari bahwa terlebih baik memberi daripada menerima. (Orang Samaria) B.Dinamika Hubungan: Joseph Luft dan Harry Lingham, dua orang psikolog membuat suatu model perilaku yang dikenal sebagai Jendela Johari. Model ini sangat baik digunakan sebagai alat untuk memperbaiki hubungan. Empat bagian dari Jendela Johari mewakili suatu kepribadian. 1.Daerah terbuka atau Arena, 2.Daerah buta atau titik buta, 3.Daerah yang tersembunyi dan 4.Daerah yang tidak diketahui. Orang menikmati hubungan yang kaya/dalam ketika Arena mereka besar. Dalam hubungan ini kesadaran diri sendiri dan keterbukaan sangatlah tinggi yang membuat kepercayaan dan komunikasi yang kaya/dalam. Tidak ada rasa curiga ataupun ketidak-percayaan. Dua faktor yang menyebabkan hubungan yang kaya/dalam: Kemauan untuk secara terbuka membagikan fakta, perasaaan dan motivasi. Semakin banyak kita melakukan ini semakin berkurang Daerah yang tersembunyi. Keamauan untuk menerima masukan/umpan balik. Semakin banyak kita menerima, semakin kecil Daerah buta. Catatan: Perkawinan di Kanaan : Yesus mendemonstrasikan hubungan lebih penting daripada tujuan (ayat 3-7) Pembicaraan Yesus dengan perempuan Samaria merupakan ilustrasi yang bagus untuk melihat praktek dari dinamika ini.   Mengurus Konflik: Orang-orang menggunakan strategi yang berbeda dalam mengurus konflik. Strategi-strategi ini dipelajari, biasanya pada masa kecil, dan sepertinya akan berfungsi secara otomatis. Biasanya, kita tidak sadar bagaimana kita bertindak dalam situasi konflik. Kita hanya melakukan hal-hal yang biasa dan otomatis. Tetapi jelas kita punya strategi pribadi yang kita pelajari, karena itu kita dapat merubahnya dengan belajar cara-cara yang baru dan lebih effektif untuk mengurus konflik. Ketika kita terlibat dalam suatu konflik, ada dua hal yang kita perlu perhatikan: Mencapai tujuan pribadi saudara Menjaga hubungan baik dengan orang lain Seberapa pentingnya tujuan pribadi saudara bagi saudara dan seberapa pentingnya hubungan ini untuk saudara akan mempengaruhi bagaimana saudara bertindak dalam suatu konflik. Dari kedua hal diatas, kita dapat mengenali lima gaya dalam mengurus konflik. Kura-kura (menarik diri): Kura-kura menarik dirinya kedalam rumahnya untuk menghindari konflik. Mereka percaya bahwa lebih mudah untuk menarik diri (secara jasmani maupun psikologis) dari suatu konflik daripada menghadapinya. Ikan Hiu (Memaksakan): Ikan Hiu berusaha mengalahkan musuhnya dengan memaksa musuhnya untuk menerima penyelesaian konflik dengan solusi mereka . Tujuan pribadi mereka sangatlah penting bagi mereka dan hubungan tidaklah begitu penting. Mereka berusaha menang dengan menyerang, menundukkan, membingungkan dan mengancam orang lain. Teddy Bear (Menghaluskan): Untuk orang-orang jenis Teddy Bear, hubungan sangatlah penting dan tujuan pribadi mereka tidaklah begitu penting. Mereka mau menyerahkan tujuan-tujuan mereka demi untuk menjaga hubungan. Orang-orang jenis Teddy Bear berusaha untuk menghaluskan konflik karena takut konflik ini dapat merusak hubungan yang ada. Serigala (Berkompromi): Serigala tidaklah begitu memperhatikan tujuan pribadi mereka dan juga hubungan dengan orang lain. Serigala suka berkompromi. Mereka bersedia untuk mengorbankan sebagian dari tujuan mereka dan hubungan mereka untuk mendapatkan persetujuan yang menguntungkan kedua belah pihak. Burung Hantu (Mengkonfrontasikan): Burung hantu menghargai tujuan pribadi mereka dan hubungan mereka. Mereka melihat konflik sebagai masalah yang harus diselesaikan. Mereka mencari suatu penyelesaian yang akan mencapai tujuan pribadinya dan tujuan orang lain. Burung hantu melihat konflik sebagai alat untuk memperbaiki hubungan dengan mengurangi ketegangan diantara dua pribadi.   Isi Inti:         Pemimpin membentuk tim-tim         Pemimpin berhubungan dengan tujuan bergerak kearah orang lain         Pemimpin membangun hubungan melalui komunikasi yang terbuka         Pemimpin menerima penyelesaian konflik sebagai alat untuk mencapai tujuan.   BAGAIMANA SAUDARA BERTINDAK DALAM KONFLIK ? Kata-kata hikmat dibawah ini dapat digunakan sebagai penjelasan dari strategi yang berbeda untuk menyelesaikan konflik. Kata-kata hikmat menyatakan hikmat tradisional untuk menyelesaikan konflik. Baca tiap kata-kata hikmat secara hati-hati. Gunakan skala dibawah ini, tunjukkan bagaimana tiap kata hikmat ini mewakili tindakan saudara dalam suatu konflik. 5 = Sangat menggambarkan cara saya bertindak dalam suatu konflik 4 = Seringkali menggambarkan cara saya bertindak dalam suatu konflik 3 = Kadang-kadang menggambarkan cara saya bertindak dalam suatu konflik 2 = Jarang menggambarkan cara saya bertindak dalam suatu konflik 1 = Tidak pernah menggambarkan cara saya bertindak dalam suatu konflik. Beri Nilai 5 sampai 1 Lebih gampang untuk menahan diri daripada mengundurkan diri dari suatu pertengkaran Jika saudara tidak dapat membuat seseorang berfikir seperti kita, buat mereka melakukan seperti apa yang kita pikir. Kata-kata yang halus memenangkan hati yang keras. Jika saudara mencakar punggung saya, saya akan mencakar punggungmu. Mari datang sekarang, kita beperkara bersama. Ketika dua orang bertengkar, orang yang diam pertama adalah orang yang pantas dipuji. Kekuatan mengalahkan hak. Kata yang halus akan membuat jalan yang halus. Lebih baik ada setengah roti daripada tidak ada roti sama sekali. Kebenaran terletak pada pengetahuan, bukan pada pendapat mayoritas. Dia yang bertempur dan melarikan diri, hidup untuk bertempur di hari yang lain. Dia yang menaklukan dengan baik yang dapat membuat musuhnya melarikan diri. Bunuhlah musuhmu dengan kebaikan Pertukaran yang adil tidak akan membat pertengkaran. Tidak seorangpun yang mempunyai jawaban akhir tetapi setiap orang punya sesuatu yang dapat diberikan. Jauhkan dirimu dari orang-orang yang tidak setuju denganmu Medan pertempuran dimenangkan oleh orang-orang yang percaya pada Winning/kemenangan Kata-kata yang baik sangat berarti dan tidaklah mahal. Saling membalas pukulan adalah permainan yang bohong-bohongan Hanya orang yang bersedia menyerahkan monopolinya dalam kebenaran yang dapat mendapatkan keuntungan dari kebenaran yang orang lain punya. Hindari orang-orang yang suka bertengkar karena mereka hanya membuat hidupmu sengsara. Seseorang yang tidak melarikan diri akan membuat orang lain melarikan diri. Kata-kata halus menjamin keharmonisan Pemberian untuk seseorang menghasilkan teman baik Bawalah konflikmu kedaerah terbuka dan hadapilah secara langsung, hanya dengan itu saudara akan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Cara terbaik menangani konflik adalah menghindarinya. Taruh kakimu dimana kamu seharusnya berdiri Kelembutan akan mengalahkan kemarahan Mendapatkan sebagian dari apa yang saudara inginkan adalah lebih baik daripada tidak mendapatkan apa-apa sama sekali. Keterusterangan, kejujuran dan kepercayaan akan memindahkan gunung-gunung. Tidak ada sesuatu yang begitu penting sehingga kamu harus bertempur untuknya Ada dua jenis orang di dunia ini, orang yang menang dan orang yang kalah Ketika seseorang memukulmu dengan batu, pukul dia dengan sepotong kapas. Ketika kedua pihak mengalah, suatu penyelesaian yang adil tercapai (berkompromi ?) Dengan menggali dan menggali, kebenaran didapatkan.   PENILAIAN   Menarik diri Memaksakan Menghaluskan Berkompromi Mengkonfrontasi     TOTAL          Semakin tinggi nilai total untuk tiap strategi konflik, semakin sering kecenderungan saudara menggunakan strategi tersebut.          Semakin rendah nilai total untuk tiap strategi konflik, semakin jarang kecenderungan saudara menggunakan strategi tersebut.

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013