AKAR PAHIT JANGAN TUMBUH
AKAR PAHIT JANGAN TUMBUH
|
Ibrani 12 : 1 ,”....marilah kita menganggalkan
semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berloma dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”
Setiap kali aku ingat peristiwa hari itu, selalu muncul perasaan
sakit di dalam hatiku. Padahal seingatku aku sudah memaafkan mereka, tapi
entah kenapa rasa sakit itu selalu ada. Aku juga berusaha untuk melupakannya,
tapi hasilnya..yaa kadang aku bisa lupa, tapi lebih sering peristiwa itu
muncul lagi dan muncul lagi dalam pikiranku. Seakan-akan semua itu
ditakdirkan untuk mengikuti langkahku kemanapun aku pergi.
Hal yang paling menyedihkan bagi siapapun adalah ketika kita
dituduh melakukan suatu kesalahan yang tidak kita lakukan. Bahkan ketika kita
bisa membuktikan bahwa kita tidak bersalahpun, dan semua bukti yang ada
benar-benar menunjukkan ketidak bersalahan kita, namun kenyataan yang ada
bahwa orang-orang tetap menyalahkan kita. Tentu saja situasi ini sangat
menyedihkan dan menyakitkan.
Siapa di antara kita yang bisa mengucap syukur dengan kondisi
ini? Apapun keadaannya, siapapuun pasti akan mengatakan bahwa hal ini
tidak menyenangkan. Tapi yang lebih parah lagi adalah bahwa situasi ini
kemudian menyebar dan membentuk opini publik yang sulit untuk dibendung.
Rasanya hal ini makin memperparah situasi kita.
Saya teringat dengan satu buah kisah dalam sebuah filem yang
sudah sangat lama beredar. Disitu dikisahkan bagaimana seorang berkulit hitam
dituduh melakukan sebuah pembunuhan dalam sebuah toko. Padahal bukan dia yang
melakukannya. Tapi saat itu semua situasi menyudutkannya, dan ditambah lagi
dengan warna kulitnya yang menunjukkan bahwa dia berasal dari kaum minoritas
membuat semuanya lengkap untuk membawa dia pada posisi tersangka. Bahkan
bukan hanya sampai disitu, dia juga dipaksa mengakui semua kesalahan itu
sampai pada akhirnya dia harus menerima hukuman mati sebagai ganjarannya.
Ketika saya menonton filem ini, karena kita diberikan scenes
yang lebih jelas, maka saya bisa memberikan penilaian bahwa dia tidak
bersalah. Dan merasa itut greget ketika melihat bagaimana dia diperlakukan
dengan sangat tidak adil. Apalagi ketika dia sudah sangat dekat dengan waktu hukuman
mati itu dilaksanakan, rasanya saya merasa ikut marah dengan situasi
tersebut. Huuuhhh...masa sepertinya dia tidak punya hak untuk membela dirinya
sekali lagi? Apakah tidak ada orang yang mau menyelamatkan dia hanya karena
dia berasal dari minoritas?
Demikianlah kisah itu bergulir sampai muncul satu orang yang
memang terus berusaha mencari kebenaran yang sebenarnya, dan akhirnya tokoh
ini memang menjadi pahlawan bagi tahanan tersebut. Kebenaran terungkap tepat
ketika sang korban ini sudah diikat dalam sebuah ruangan sempit berkaca dan
suntikan mati baru saja ditusukkan melalui cairan infus yang dimasukkan
kedalam tubuhnya.
Hampir saja terlambat, namun kisah ini yang adalah kisah nyata
itu diakhiri dengan berhasilnya kebenaran diungkapkan, dan dia dinyatakan
tidak bersalah, dan seketika itu juga aliran racun itu dihentikan meski sudah
mulai masuk ke dalam tubuhnya, namun ia bisa terselamatkan.
Akhirnya ia dibebaskan setelah sekian tahun ia dipenjara dan
melewati berbagai persidangan yang tentunya sudah merugikan kehidupan
seseorang sebagai warga negara yang juga punya hak untuk mendapatkan
pembelaan dan perlindungan hukum.
Nama baiknya dikembalikan oleh negara, dan ia mendapatkan
pekerjaannya kembali. Namun masalahnya, setelah melewati begitu banyaknya peristiwa
dalam kehidupannya, ada banyak bekas tanda-tanda yang tidak mudah ia buang
begitu saja dalam kehidupannya.
Rasa trauma, paranoid, ingatan-ingatan akan semua bayang-bayang
kelam itu sepertinya tetap ada dalam pikirannya. Bukan hal mudah baginya untuk
membuang semuanya itu. Frustrasi, kekecewaan dan kemarahan yang terpendam
karena harus menghadapi masalah yang seharusnya bukan menjadi bebannya, namun
kini harus menjadi bagian dari masa lalunya.
Sobat, jika kita yang berada di posisi tersebut, apa yang akan
kita lakukan? Sebagai seorang Kristen kita tahu bahwa kita harus bisa
mengampuni, tapi jika kita ada di posisi tersebut, apakah mudah untuk
melakukannya?
Memang kisah tersebut cukup berat kasusnya. Tapi dalam porsi
yang lebih kecil bisa jadi kita juga pernah mengalaminya. Yang kecil saja
sulit untuk kita hadapi, apalagi seberat kasus tersebut bukan? Jujur saja,
sebagai manusia kita mempunyai banyak kelemahan. Luka di bagian tubuh mungkin
masih lebih mudah untuk diobati. Sedikit betadine dan perban, ditambah dengan
membiarkan beberapa waktu, maka akhirnya akan sembuh juga. Bekas luka mungkin
akan ada, tapi toh itu masih bisa tidak kita perdulikan.
Namun masalah luka di hati bukanlah hal yang mudah. Setiap orang
selalu merasa paling benar. “Segala jalan orang adalah bersih menurut
pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” Amsal 16 : 2.
Kondisi ini tentunya semakin memperburuk situasi. Benar kan?
Karena siapapun orang itu, tentunya tidak mudah untuk menerima jika
dipersalahkan oleh orang lain terlepas dari benar atau tidaknya masalah itu.
Sambil menuliskan hal tersebut, saya tersenyum juga, karena
semakin saya renungkan, semakin banyak peristiwa yang muncul di kepala saya
yang memang menunjukkan bukti dari pernyataan ini. Saya sendiri pun banyak
melakukan pembelaan diri ketika ada serangan dalam hal apapun juga.
Bekas-bekas luka di hati lebih sulit untuk disembuhkan
dibandingkan luka di bagian manapun pada tubuh kita. Bekas lukanya memang
tidak kelihatan jelas, tapi dari tingkah laku kita, perkataan dan pikiran
kita bisa sangat terlihat bahwa luka itu masih ada di dalam diri kita.
Dan bekas luka yang dibiarkan tetap menganga akan membuat
penyakit yang baru dalam hidup kita. Itulah yang dinamakan akar pahit.
Kepahitan ini bisa semakin melebar dan mengakibatkan banyak permasalahan yang
baru jika tidak segera kita selesaikan dan tuntaskan sampai ke akarnya.
Hati adalah pusat dari kehidupan kita. Apa yang sedang
berlangsung di sana akan sangat mempengaruhi semua langkah dan cara hidup
kita. Perlu sekali bagi kita untuk menjaganya dengan sungguh-sungguh supaya
berhasil dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Kepahitan tidak akan membawa kita kepada sebuah keberhasilan.
Sebaliknya, kepahitan akan menahan langkah kita dalam banyak hal. Trauma masa
lalu dan segala kekhawatiran akibat sebuah kejadian tentunya adalah
pembelajaran yang baik, namun jangan jadikan alasan untuk tidak beranjak
kepada suatu hal yang baru.
Seringkali kita pikir bahwa setiap kali kita membicarakan
seseorang yang sudah menyakiti kita dan membeberkannya ke mana-mana itu
artinya kita sedang menyakiti dan menghukum orang tersebut, namun kejadian
sebenarnya justru yang sebaliknya yang terjadi. Diri kitalah yang sedang kita
hukum dan hati kitalah yang sedang kita sakiti. Bahkan kenyataan yang
menyedihkan adalah belum tentu orang tersebut tahu bahwa mereka sudah
menyakiti kita.
Jika anda bertanya hari ini kepada saya, apakah saya pernah
mengalami hal ini? Dengan jujur saya katakan 'Ya!'. Saya pernah mengalaminya
dan sering. Apakah mudah bagi saya untuk melewatinya? Tidak juga. Bahkan
seringkali saya harus banyak berkompromi dengan perasaan saya sendiri supaya
saya bisa melewati semua proses dalam semua peristiwa itu.
Tapi sebenar-benarnya saya sampaikan bahwa banyak dari peristiwa
itu yang sudah saya lewati dan saya terbebas dari semua kepahitan yang pernah
ditimbulkannya. Jika anda bertanya bagaimana caranya? Saya dengan yakin
mengatakan bahwa kasih karunia Tuhan yang memberikan kekuatan tersebut. Saya
sendiri tidak mampu dan tidak akan pernah mampu. Tapi kebaikan Tuhan
memampukan saya untuk hal tersebut.
Jika anda sedang mengalami hal ini, dan anda sendiri ragu apakah
anda sedang berada dalam tahap memiliki akar kepahitan atau tidak, cobalah
ajukan pertanyaan ini kepada diri anda sendiri :
Jika anda pernah mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh
seseorang, dan entah hal itu masih baru atau sudah lama berlalu, namun
bagaimana perasaanmu ketika anda diingatkan akan nama atau peristiwa
tersebut? Apakah masih ada rasa sakit yang begitu kuat? Atau anda merasa
bahwa hal itu sudah tidak lagi mempengaruhi perasaan anda?
Kalau anda mengatakan bahwa rasa sakit itu masih sangat terasa,
maka itu artinya anda masih menyimpan dan memiliki kepahitan tersebut.
Namun jika sebaliknya anda sudah tidak lagi terpengaruh oleh hal
tersebut? Maka kemungkinan besar anda sudah keluar dari masalah tersebut.
Namun jika anda masih tetap ingat dengan hal tersebut jangan berkecil hati.
Itu artinya memori anda masih sangat baik. Masih teringat akan suatu peristiwa
adalah hal yang sangat wajar. Rasanya tidak mungkin untuk kita menghapus
semua memori tersebut. Namun yang penting adalah bahwa anda tidak lagi
terpengaruh oleh peristiwa tersebut, khususnya bagian perasaan dan hati anda.
Yang ingin saya bagikan sekarang adalah bagaimana caranya kita
bisa menyelesaikan masalah ini jika seandainya masih ada. Beberapa langkah
yang cukup praktis sebenarnya, hanya saja dibutuhkan komitmen dalam
melakukannya adalah :
1. Mari bawa
permasalahan kita ke hadapan Tuhan.
Masuklah ke dalam hadirat Tuhan dan mulailah akui semua masalah
yang memang menjadikan langkah anda tertahan untuk lebih maju.
Cobalah ingat-ingat semua peristiwa itu, terhadap siapa saja dan
apa saja, juga kapan saja. Bisa jadi begitu banyak peristiwa yang sebenarnya
terjadi dari jaman dahulu sampai hari ini yang masih mengganjal dalam pikiran
dan hati kita. Angkat semua itu dalam doa tersebut. Sebutkan satu per satu
dan ijinkan Tuhan benar-benar mengangkat semua beban itu dari hidup kita.
2. Mintalah
pengampunan dan kekuatan dari Tuhan.
Mintalah pengampunan dan kekuatan dari padaNya untuk semua hal
yang kita simpan itu. Jika anda ingin menangis, lakukanlah. Karena itulah
saat yang terbaik dalam melakukannya. Biarkan diri anda mengalami satu
kelepasan dari semuanya itu.
Akui segala kelemahan kita dan biarkan diri anda benar-benar
mengalami jamahan Tuhan.
3. Lepaskan
pengampunan untuk semua orang yang menyakiti kita.
Yesus berkata bahwa kita harus belajar mengampuni semua orang
yang bersalah kepada kita. Meskipun tidak mudah, tapi harus. Jika kita
tidak bisa melakukannya, maka mintalah kekuatan dari Dia untuk melakukannya.
Karena kasih karunia Allah yang melampau segala akal itu lah yang akan
memelihara hati dan pikiran kita.
Dan juga ingatlah bahwa ketika kita tidak mengampuni kesalahan
orang lain, maka Tuhan juga tidak bisa mengampuni segala kesalahan kita.
Jadi, belajarlah untuk melakukannya.
4. Mulailah hidup
dalam perdamaian dengan semua orang.
Saya percaya setiap orang pasti menginginkan hal ini, dan akan
berusaha melakukannya dengan baik. Namun dalam kenyataannya pasti ada saja
kejadian yang tidak kita harapkan, karena tidak semua orang yang kita temui
itu pasti menyenangkan buat kita. Tapi justru disitulah letak seninya. Justru
sebenarnya orang-orang inilah yang akan turut membentuk karakter dan
kematangan kita secara rohani. Merekalah yang memberikan sumbangsih utama
dalam membentuk kita menjadi seperti apa nantinya.
5. Mengucap syukur dengan semua hal
yang boleh kita hadapi.
Jangan lewatkan bagian ini dalam hidup kita. Dia menciptakan
kita dengan satu tujuan yaitu menjadi kemuliaan bagi kita. Jadi janganlah
lupa untuk mengucap syukur dengan semua hal yang boleh kita hadapi, karena
sesungguhnya Dia memang turut bekerja dalam segala hal untuk membawa kebaikan
dalam hidup kita.
Ingatlah bahwa Tuhan Yesus pernah mengalami hal ini, bahkan
lebih berat dari semuanya. Dia yang sama sekali tidak berdosa menanggung
semua tuduhan yang mau tidak mau Ia pikul karena Ia mengasihi kita. Ia dengan
tidak berbantah menanggung dan melewati semuanya itu. Dan setelah semuanya
selesai Ia menerima mahkota dan kemuliaan yang dijanjikan bagi Dia.
Ingat...di dalam semua kesulitan yang kita alami, tidak satupun
yang bisa dibandingkan dengan apa yang Dia alami. Dan Dia sudah menanggungnya
lebih dahulu bagi kita. Jadi...ketika masalah ini terjadi, pandanglah
salibNya yang sudah memberi kemenangan bagi kita. Ia sudah
mengalahkannya bagi kita.
Kepahitan? Say NO. Jangan ijinkan iblis mengerjai kita terus
menerus dalam hidup ini, tapi ijinkan kasih karunia Tuhan bekerja dengan luar
biasa. Dia sangat mengasihi kita dan Dia ingin supaya kita bisa berlari-lari
kepada tujuan dengan tidak membawa beban dalam hidup kita. Say thanks to Him
for His love and grace. God bless you.
|