KETIKA HIDUP DI BAWAH TEKANAN

Galatia 6 : 9 'Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah.'

Apakah anda pernah ikut sebuah psikotes? Jika pernah, anda pasti ingat salah satu tes yang dilakukan adalah menghitung penjumlahan angka-angka dalam lembaran besar. Angka-angka yang tercetak sangat banyak dan lumayan 'menakutkan' bagi sebagian orang. Mengapa tidak, meskipun tugas kita sangat simple, hanya menjumlahkan dua angka di atasnya dan terus melanjutkannya ke bawah, tapi jika kita harus melakukannya dalam waktu yang ditentukan, tentulah jadinya kita akan merasa ada tekanan dalam menyelesaikannya.
Ketika kita asyik menjumlah, maka setiap 15 atau 30 menit sekali sang penguji akan memberi tanda kepada kita untuk berhenti dan memberi garis bawah kepada angka terakhir yang kita hitung. Dan begitu seterusnya sampai beberapa jam ke depan. Nantinya jika waktu selesai maka kita harus mengumpulkannya kepada sang penguji.
Saya rasa tugas itu harusnya sangat mudah jika tidak ada aturan waktu. Anak SD saja pasti bisa mengerjakan dengan sangat baik soal hitung-hitungan ini. Tapi sebenarnya bukan masalah benar atau salahnya hitungan itu yang akan dinilai, tapi seberapa banyak dan seberapa konsistennya kita dalam memecahkan soal-soal tersebut.
Soal kecerdasan mungkin saja kita di atas rata-rata, tapi soal daya tahan belum tentu kita memiliki nilai yang baik. Kebanyakan dari kita tidak mampu bertahan bekerja di bawah tekanan dan banyak yang ingin berhenti saja di tengah-tengah. Mengapa begitu? Karena pada dasarnya kita ingin melakukan yang terbaik. Kita tidak mau dikatakan tidak mampu. Kita akan mendorong diri kita untuk bisa melakukan penjumlahan itu sebanyak-banyaknya. Dan karena target yang kita miliki itulah maka sebagian orang akan merasa tertekan dengan aturan dan pembatasan yang ada. Tipe ini biasanya akan cepat melakukan di awal, namun kemudian akan terengah-engah di tengah-tengahnya. Dan biasanya juga akan terlihat dari tekanan pensil atau bolpen yang dia goretkan, lama kelamaan akan semakin tebal dan dalam, menunjukan tekanan di hatinya semakin nyata.
Tapi ada juga tipe orang yang tidak terlalu memusingkan target itu. Dia akan mengalir semampu yang dia bisa lakukan. Ketenangan yang dia miliki akan menolongnya untuk bisa memiliki aliran yang konstan dan konsisten ketika mengerjakan hitungan itu. Mungkin hasilnya tidak langsung maksimal, tapi jika dilihat secara keseluruhan maka kita bisa melihat bahwa dia orang yang lebih stabil.
Sementara itu mungkin ada juga orang yang sejak awal sudah memiliki ketakutan sendiri dan merasa tidak mampu. Dia merasa bahwa tugas ini tidak mungkin dia kerjakan dengan baik. Akibatnya, sejak awal saja hasil hitungannya banyak yang salah dan hasilnya sangat sedikit di setiap jedanya.
Namun ada juga orang yang ignorant atau cuek. Dia tidak terlalu perduli dengan hasilnya. Dia tidak punya rasa takut akan penilaian orang lain. Jenis seperti ini akan melakukan seenaknya dan tidak mempedulikan benar salahnya hasil hitungannya, hanya akan menuliskan angka sembarangan sebanyak-banyaknya.
Saudara, diantara tipe-tipe itu, termasuk yang manakah anda?
Tidak usah kuatir untuk menjawabnya. Ini bukan masalah benar atau salah, tapi ini akan menunjukkan siapa diri kita, dan tentunya akan menolong kita untuk bisa mengetahui bagaimana seharusnya kita bertindak dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah yang terjadi di dalam hidup kita.
Daya tahan sangat diperlukan untuk kita miliki. Tidak ada yang instan dalam hidup ini. Hampir setiap hari dan setiap hal memerlukan keputusan dari diri kita. Dan untuk ini kita perlu berjuang untuk menjalankannya. Perlu mengambil tindakan yang benar.
Cara berhitung tadi hanya sebuah simulasi dalam menolong kita melakukan yang tepat. Dan kita bisa saja sewaktu-waktu menaruh pensil atau bolpen kita dan berdiri dari tempat duduk tersebut untuk menghentikan proses tersebut jika kita merasa tidak suka untuk melanjutkannya.
Tapi tidak demikian dengan hidup kita. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa menghentikannya begitu saja. Kita berada di satu situasi yang mau tidak mau harus kita hadapi. Ada banyak orang yang mungkin kita merasa tidak setuju, tapi mau tidak mau kita harus tetap ada di sana dan menghadapi mereka semua.
Tekanan kita bukan lagi terletak pada sang penguji yang mengumumkan waktu jeda tersebut, tapi justru terletak pada bentuk relasi seperti apa yang kita bangun selama ini, dan juga tergantung pada keputusan apa yang kita buat dalam hidup kita.
Simulasi hitungan tadi hanya sedikit ujian untuk menunjukkan kepada kita seperti apa karakter kita. Namun yang paling utama kita bisa belajar bagaimanapun atau seperti apapun tekanan itu diberikan kepada kita, janganlah kita pernah berkata 'QUIT (berhenti)'.
Keputusan untuk berhenti dalam banyak proses hanya akan memberikan harga yang lebih mahal bagi siapapun. Dan saya yakin tidak ada satu orang pun yang menginginkan harga yang mahal tersebut. Jadi, jangan cepat-cepat berhenti sampai prosesnya memang berakhir.
Jangan cepat menyerah dalam membangun hubungan dengan pasanganmu, jangan buru-buru berkata 'berhenti' pada boss mu hanya karena rasa marah dan kesal. Jangan terburu-buru mengadili seseorang hanya karena bukti yang tidak seberapa.
Cobalah ingat-ingat, selama ini, ada berapa banyak hal juga yang engkau sesali telah terjadi hanya karena keputusan yang dibuat berdasarkan emosi sesaat? Bukankah semua itu tidak bisa dikembalikan lagi?
Jadi hari inipun sama. Jangan hanya karena adanya 'tekanan' yang belum seberapa, kita sudah mengambil keputusan yang terlalu jauh. Tapi tenangkan hatimu, tarik nafas, ambil waktu untuk berdoa, mendengarkan suara Tuhan untuk masalah tersebut. Setelah semuanya tenang, barulah melangkah dan mengambil keputusan.
Daya tahan dalam menghadapi tekanan memang sangat diperlukan. Dalam hal inilah iblis akan mengambil banyak peranan, mencoba mengintimidasi kita sehingga kita akan mengambil keputusan dan membuat tindakan yang bodoh. Dia akan terus mendesak, menyiksa dan memaksa kita untuk berjalan sampai ke ujung tebing, memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada pilihan lain selain terjun ke dalam tebing itu.
Tapi Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dia mampu membelah lautan sehingga seluruh bangsa Israel berjalan di atas tanah yang kering menyeberangi sebuah 'kemustahilan' ketika itu. Sementara bangsa Mesir mengejar mereka, berusaha menekan dan mendorong mereka kepada situasi yang sulit dan terus mendesak sampai ke dekat lautan itu, dimana bagi manusia itulah akhir dari sebuah peristiwa yang besar itu. Semua orang akan setuju untuk mengatakan bahwa sepertinya lautan itu akan menjadi 'kuburan' bagi mereka semua. Tapi tidak bagi Allah. Dia menyatakan kebesaranNya dengan membuka lautan itu bagi mereka semua dan membuatkan jalan yang sangat baik sehingga mereka bisa melaluinya.
Segala kemustahilan itu bisa dilewati. Segala tekanan itu bisa diatasi ketika kita memiliki ketekunan dan daya tahan di dalam iman kita bersama dengan Tuhan.
Biarlah tulisan saya hari ini bisa memberikan satu kekuatan bagi semua yang membacanya hari ini. Jangan pernah menyerah dan jangan jemu berbuat baik, karena kita semua akan menuainya ketika kita tidak menjadi lemah dan menyerah sebelum waktunya. Amin.

Bahan diskusi:
1.Apa reaksi yang biasa kita lakukan ketika kita ada di bawah tekanan? Sharingkan pengalaman saudara!
2.Apa langkah yang terbaik yang harus kita lakukan ketika kita merasa ada di bawah tekanan?

Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013