HANYA YANG SIAP MENGHADAPI KEMATIAN, DAPAT BENAR-BENAR HIDUP
HANYA YANG SIAP MENGHADAPI KEMATIAN, DAPAT
BENAR-BENAR HIDUP
Nats : Ibrani 9:27-28
usia tua. Kita harus siap kapan saja dan
dimana saja. Suatu realita hidup yang begitu tragis sekali dimana sesungguhnya
hidup manusia itu begitu rentan dan singkat. Hans Baldung melukis suatu lukisan
yang diberikan judul: “Tingkat-tingkat kehidupan dengan kematian.” Ia ingin
mengungkapkan mengenai tingkat kehidupan dimana ketika manusia lahir dengan
keadaan secara jasmani begitu indah, kemudian kecantikan yang sempurna didalam
seorang manusia dalam kedewasaannya, selanjutnya berubah dengan timbulnya
keriput karena tua dan akhirnya menjadi satu mayat yang begitu mengerikan.
Semuanya ini merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindarkan sebagai
manusia, kita semua menjalani hidup dibawah bayang-bayang maut. Disini
terdapat beberapa sikap atau cara orang dalam menghadapi kematian: 1). Sikap
yang naif. Orang berusaha menghindari membicarakan hal-hal yang sedemikian
karena itu hanya akan menimbulkan ketakutan/kesialan. Sikap ini mirip seperti
burung onta yang ketika dalam bahaya menyembunyikan kepalanya kedalam lobang
dan membiarkan tubuhnya masih ada. 2). Sikap yang sangat “berhikmat.” Epikuros
mengajarkan satu etika yang sepertinya amat indah tetapi didalamnya humanistik
atheis yang sangat menyesatkan didalam pandangan Kristen. Ia mengatakan,
“Ketika kita takut mati berarti kita belum mati, dan ketika kita sudah mati,
kita sudah tidak bisa takut, karena itu kita tidak perlu takut mati.” Asumsinya
adalah ketidakpercayaan kepada adanya Tuhan yang campur tangan mengurus
kehidupan manusia seperti didalam konsep Kristen, serta adanya jiwa setelah
kematian. Apakah kematian itu, mengapa ada kematian dan bagaimana cara
kita menghadapi masalah kematian? Kita akan melihat hal ini dalam dalam
perspektif Kristen. Iman Kristen melihat kematian sebagai sesuatu yang
abnormal/sesuatu yang buruk sekali. Didalam kematian Lazarus, dikatakan disitu
bahwa Yesus menangis (Yunani: mengandung suatu kesedihan dan kemarahan terhadap
kondisi manusia yang sebenarnya bukan diperkenan Tuhan). Allah menciptakan
manusia supaya hidup bahagia dalam persekutuan dan menikmati rahmat Tuhan yang
limpah, tetapi karena dosa manusia, kematian datang kedalam hidup manusia.
Kematian harus dimengerti dalam tiga rangkap arti yaitu bukan hanya kematian
secara fisik tetapi kematian rohani dan kekal. Kejatuhan manusia dalam dosa
mengakibatkan hubungannya dengan Allah terputus dan ia dikuasai oleh iblis
sehingga mati secara rohani, dan itu membuat manusia menjadi mahkluk yang
dipenuhi dengan segala permasalahannya, karena dosa sudah menghancurkan
hidupnya. Maka ketika kematian fisik tiba, itu berarti habisnya kesempatan
untuk dipulihkan, dilepaskan dari hukuman Tuhan dan diselamatkan. Ketika kita
mati maka kondisi dalam dosa inilah yang akan kita bawa didalam kekekalan, kita
mati kekal. Inilah yang harus kita takuti! Kita tidak takut kepada kematian
fisik tetapi yang kita takuti ialah kita memasuki kekekalan didalam kondisi
yang celaka dan dikuasai oleh dosa. Semua pengajaran manusia tidak akan
pernah membuat manusia lepas dari dosanya. Martin Luther pernah dalam
pergumulannya melawan dosa hampir putus asa. Dia ingin selamat dan untuk
selamat ia harus mencapai standar kesucian dan puncaknya adalah mengasihi
Tuhan. Namun ia tahu bahwa ia tidak sanggup dan kesimpulannya pasti binasa
sehingga bagaimana mungkin yang akan binasa dapat mengasihi yang akan
membinasakannya. Disinilah justru melalui anugerah Tuhan ia dibenarkan oleh
iman. Kristus didalam kesempurnaan Allah dan manusia mati menebus dosa manusia.
Ia menerima segala hukuman yang harusnya ditanggung manusia dan didalam
kuasanya Ia memiliki hidup yang tidak berkebinasaan yang ketika sengat maut mau
menghancurkan justru kuasa hidup menhancurkan, mematahkan dan memberikan kemenangan
bagi kita semua. Bangkit dengan tubuh kemuliaan yang akan diberikan juga
menjadi bagian kita sehingga Ia akan disebut sebagai yang sulung, yang pertama
bangkit dari antara orang mati. Demikianlah mereka yang berharap dan percaya
kepadaNya mendapatkan janji kebangkitan daripada kematian, hidup yang tidak
berkebinasaan. Kematian Yesus yang sudah menghancurkan kuasa setan dan dosa
secara sempurna memberikan jawaban bagi permasalahan kita bahwa kematian bukan
lagi menjadi sesuatu yang menakutkan, karena sengatnya sudah dipatahkan dan
hidup kita yang sementara, yang satu hari nanti akan mati akan
dibangkitkan. Dengan pengertian ini kita dapat meresponi realita kematian
dan bagaimana kita menjalani hidup ini dengan sebaik dan sebijaksana mungkin.