Anak Baik Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku (Mazmur 25:4)
Anak Baik
Beritahukanlah
jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku
(Mazmur 25:4)
Cerita tentang dua anak
laki-laki dikenal akrab dalam tradisi Yahudi (misalnya, Esau dan Yakub).
Demikian pula dalam pengajaran Yesus tentang Anak Sulung dan Bungsu (lihat Luk.
15:11-32). Dalam cerita Yesus di Matius 21:28-32, juga tentang si Sulung
dan si Bungsu. Sang Bapak berkata kepada si Sulung untuk pergi bekerja di kebun
anggur. Si Sulung menjawab “Ya” namun selanjutnya tidak melakukan apa yang
menjadi kesanggupannya. Berbeda dengan si Bungsu, semula ia menolak perintah
ayahnya namun selanjutnya melakukan perintah ayahnya setelah bertobat dan
menyesali pembangkangannya.
Perumpamaan ini membuat
kita bertanya-tanya apa yang selanjutnya akan dilakukan sang Ayah setelah
mendapati sikap dari kedua anaknya? Tetapi Yesus justru menanyakan hal
yang lebih penting: Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak
ayahnya?
Pertanyaan Yesus itu
menunjukkan bahwa Penulis Matius punya focus pada kehidupan orang beriman. Ia
berkepentingan dengan kehidupan jemaat apakah berusaha “melaksanakan kehendak
Bapa?” Ungkapan "kehendak Bapa" ada di tempat lain di Matius (6:10, 7:21,
12:50, 18:14); dan doa Yesus sendiri adalah bahwa dia melakukan kehendak Bapa
(26:42).
Ada kontras antara anak
yang mengatakan, "Ya" dengan anak
yang benar-benar melakukan kehendak Bapa. Pada akhir Khotbah di Bukit,
sikap ini membedakan antara murid-murid sejati dan palsu: "Bukan setiap
orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "(7:21).
Jemaat yang menerima
Injil Matius diajak untuk meniru
orang-orang yang seperti Petrus, yg semula mengatakan tidak akan menyangkal
Kristus pada waktu penganiayaan-tetapi yang berubah dan diubah oleh rahmat
Allah menjadi "anak yang baik." Yaitu dengan mau bertobat dan
menyesali pembangkangannya. Komunitas Matius bukanlah kelompok pemimpin agama
yang membanggakan diri karena gelar kehormatan melainkan kelompok pemungut
pajak dan perempuan yang tertindas sehingga
terpaksa menjual diri. Orang-orang inilah yang semula mengatakan Tidak
namun kemudia berubah menjadi lebih baik yaitu menjadi Pelaku kehendak Bapa.
Aplikasi Perumpamaan
dalam Injil Matius memiliki kekuatan khusus bagi kita hari ini. Perumpamaan
itu memanggil gereja untuk memiliki kedalaman
integritas yang dinyatakan dalam perbuatan, bukan sekedar kata-kata halus atau
sopan santun. Gereja juga selalu merupakan sebuah komunitas yang terdiri
atas orang-orang berdosa yang diampuni, sehingga di gereja tak pantas ada
istilah "dosa yang tak termaafkan". Amin.