EVERYBODY NEEDS LOVE
Bahan PA Ibu
GKJ Ambarawa, 26
Juli 2013
EVERYBODY NEEDS LOVE
Yohanes 8 : 11 …Lalu kata Yesus: "Akupun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang."
Sesuatu yang dipaksakan pasti hasilnya akan berbeda
dibandingkan sebaliknya. Begitu juga ketika anak saya ‘dipaksa’ belajar,
ditambah dengan sebuah ancaman dan peringatan bahwa jika tidak belajar
sungguh-sungguh maka bisa-bisa dia tidak naik kelas. Akibatnya, anak-anak kami
akan belajar dengan berat hati. Hasilnya memang dia bisa mengerjakan setiap
ulangannya, tapi mereka tidak merasa suka cita. Dan gara-gara ancaman-ancaman
seperti inilah para siswa akan menggunakan banyak cara supaya bisa naik kelas.
Mencontek, bekerja sama dengan teman, cari kunci jawaban, atau apapun
caranya…asal tidak ketahuan, yang penting bisa naik kelas.
Berbeda sekali ketika mereka mulai menikmati setiap mata
pelajaran itu dan menyukainya. Apalagi dengan diberikan pengertian yang benar
tanpa ancaman apapun, cara mereka melakukannya sangat berbeda sekarang.
Sukacita itu membuat segala beban itu menjadi lebih ringan. Kini, mata
pelajaran yang tadinya tampak sulit di matanya menjadi lebih mudah karena cara
mereka mengerjakannya sangat berbeda. Dan karena menjadi lebih mudah, tentu
mereka tidak perlu lagi berbuat curang, karena toh kini semuanya sudah bisa
mereka atasi dengan sangat baik.
Mengerjakan sesuatu dibawah tekanan dan ancaman tentu
akan memberikan hasil yang berbeda dibandingkan jika melakukannya dengan rasa
kasih dan sukacita. Apa yang tadinya terasa berat, kini menjadi relatif lebih
mudah.
Hukum Taurat diberikan dengan penuh tekanan dan ancaman.
Jika kita tidak bisa melakukannya sesuai dengan hukum yang berlaku, maka segala
ancaman pun berlaku. Dan siapapun tidak akan tahan dengan segala akibat dari
hukum taurat tersebut. Dan akibatnya, hukum taurat ini membuat setiap orang
akan mencari cara supaya tidak menanggung akibatnya.
Bagus kalau mereka memang bisa menghindari dosa itu. Tapi
yang lebih parah, mereka tahu bahwa mereka bersalah, tapi mereka berusaha
menutupinya dengan dosa lain supaya tidak ketahuan. Artinya, mereka
melaksanakan semua hukum itu bukan karena mereka mengasihi Allah, tapi hanya
karena mereka ‘takut’ akan akibat dari kesalahan yang harus mereka tanggung
jika ketahuan.
Aku yakin, yang ketahuan akan lebih sedikit dari yang
tidak ketahuan. Diam-diam tentu mereka semua pernah melanggarnya. Termasuk para
akhli agama itu juga, yang katanya memegang hukum itu dan melaksanakan
penghukumannya. Mereka sendiri bisa jadi banyak kali melanggarnya, tapi mereka
diam saja supaya tidak menanggung akibat dari pelanggaran itu.
Tapi sebenarnya, siapa yang mau kita bohongi itu?
Bukankah Dia itu adalah Allah yang maha tahu? Bukankah Dia itu Allah pemimpin
segala alam semesta ini?
Apakah yang tertutup dan tidak terbuka dihadapanNya?
Apakah yang terselubung dan tidak terungkap dihadapanNya? Jadi siapa yang
hendak kita bohongi sebenarnya? Siapapun tidak akan bisa menghindari mataNya
yang senantiasa berjalan mencari-cari kita setiap waktu. Jadi, mungkinkah kita
terhindar dari semua akibat pelanggaran itu?
Tidak akan ada yang bisa menghindarinya. Setiap dosa akan
dihukum. Dan akibat dosa adalah maut. Itulah yang sudah dikatakannya. Tidak ada
dosa besar atau dosa kecil. Dan ketika Ia mengatakan bahwa kita harus mentaati
seluruh hukum taurat, artinya satu pelanggaran saja akan tetap mengakibatkan
hukuman bagi kita. Tidak akan ada yang bisa menghindarinya. Wow..betapa
beratnya.
Itulah sebabnya, semakin diterapkan, semakin banyak dari
mereka akan mencari celah supaya tidak ketahuan. Mereka menjalankan semua hukum
ini bukan karena mereka mengasihi Allah, tapi lebih karena ‘takut’ akan
akibatnya.
Aku percaya, hal ini juga yang terjadi di bacaan ini,
ketika ada seorang wanita yang ketahuan berbuat zinah. (Yohanes 8 : 1 – 11).
Mungkin ini bukan yang pertama kali dia lakukan, hanya saja selama ini tidak
pernah ketahuan. Bagi wanita ini, selama tidak ketahuan tentu tidak menjadi
masalah.
Tapi hari itu sungguh naas baginya. Ia tertangkap basah.
Sang pria sudah melarikan diri terlebih dahulu sehingga tidak bersama-sama
dengan dia diarak ke seluruh desa tempat ia tinggal. Dengan pakaian yang masih
berantakan, rambut terurai tak karuan, rasanya ia sudah tidak punya muka lagi
untuk berhadapan dengan orang-orang sekitar. Di dalam hati, yang ingin ia
lakukan adalah segera bersembunyi ke dalam bumi supaya tidak pernah bertemu
lagi dengan orang-orang ini.
Selama ini saja, meskipun tidak pernah tertangkap basah
seperti ini, rasa bersalah dalam hatinya sangat besar akan dosa ini. Ia
berusaha dan berusaha untuk menghentikan dosa ini. Tapi masalahnya, ia merasa
sulit untuk menghindarinya. Ya, ia memang perlu uang juga, itulah sebabnya ia
melakukannya. Tapi selain itu, ia juga membutuhkan kasih dan perhatian dari
orang-orang sekitarnya. Tapi sampai hari itu, ia belum pernah menemukan yang
benar-benar bisa memuaskan kebutuhannya itu.
Di hari yang tidak tepat itu, ia hanya bisa menangis
dalam hati. Air matanya sudah kering sejak lama. Ia tidak bisa menangis lagi
untuk hari ini. Ia tidak punya waktu untuk itu. Apalagi sekarang, ketika ia
tertangkap basah melakukannya, ia hanya
bisa pasrah menantikan hukuman apa yang akan ditimpakan kepadanya. Ia sudah
berusaha menghindarinya sejak lama. Kalau dihitung, seharusnya ia memang sudah
mati sejak lama, karena tidak akan pernah ia sanggup menerima lemparan satu
batupun di tubuhnya yang lemah itu. Dan kalau hari ini ia akhirnya haru
menghadapinya, ia sudah tidak perduli lagi. Ia tahu, satu hari hal ini akan
terjadi juga.
Yah..ia menunggu dan menunggu saat penghukuman itu
diberlakukan atasnya. Apalagi sedari tadi ia mendengar bagaimana para pemimpin
agama itu sudah meneriakan hukuman itu. ‘Lempari dia dengan batu…!! Itulah
hukum yang berlaku menurut hukum Musa.’ Lemaslah seluruh persendiannya. Apa
yang ia takuti dan ia hindari selama ini akhirnya terjadi juga. Mau tidak mau
ia harus mempersiapkan diri menghadapi hujaman batu demi batu itu di tubuhnya.
Tapi ia tahu kalau ia bersalah. Jadi ia hanya bisa pasrah menantikan hukuman itu.
Dan dengan wajah tertunduk sangat dalam, ia hanya
mengikuti saja kemanapun mereka mengaraknya. Ia tidak tahu apa rencana mereka.
Dengan terseok-seok ia berjalan setengah berlari tepatnya, karena mereka
menyeretnya dengan kejam dan tak berperasaan.
Tepat di satu sudut kota, ia tersungkur di depan Pria
ini, seorang yang ia sudah sering dengar namaNya disebutkan orang. Yesus. Tapi ia belum pernah bertemu denganNya secara
pribadi.
Ia tahu reputasi Yesus. Ia sudah sering mendengar para
tetangganya bercerita soal pria ini. Seorang yang baik dan sering melakukan
mukjizat dan memberikan kesembuhan bagi banyak orang. ‘Oooh seandainya saja Ia
juga bisa menolongku…ia merintih dalan hatinya. Aku tidak berharap banyak. Aku
hanya minta supaya Ia bisa melepaskanku dari semua hukuman yang harus aku alami
ini, karena aku yakin kalau aku bisa mati gara-gara batu-batu itu. Aku tidak
akan tahan menghadapinya. Seandainya mukjizat itu bisa aku dapatkan, maka aku
hanya minta supaya Ia bisa mengubahkan nasibku dan hidupku. Sekali untuk
selamanya….’itulah yang muncul dalam hatinya, sekaligus yang menjadi doanya
ketika ia dipertemukan dengan Yesus, yang belum pernah Ia kenal sebelumnya.
Kata-kata Yesus hari itu tidak keras seperti orang-orang
yang menuduhnya hari itu, tapi hatinya bagai disayat pembilu mendengarnya,
apalagi jika dia mengingat dosa-dosa yang ada di dalam kehidupannya. Ia
menyadari betapa kotor dirinya. Muncul rasa tidak layak untuk mengharapkan
pertolongan dari Pribadi yang ada di hadapannya ketika itu. ‘Aduuhh siapalah
diriku ini?...’pikirnya.
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah
ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Itu yang Ia
katakan kepada mereka semua. Waaahh..betapa penuh wibawa suaraNya itu. Wanita
ini tercengang mendengarnya. Ia menyadari betapa besar dosanya, tapi ia juga
menantikan reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Kira-kira, siapa diantara
mereka yang sungguh-sungguh merasa tidak berdosa ya? Siapa yang akan memulai
hukuman bagiku ini? Yang paling tuakah? Atau yang muda? Aaahhh..ia tidak bisa
memikirkan hal itu saat ini. Nasibnya sedang ditentukan oleh jawaban dari
pertanyaan tadi. Dan akhirnya ia hanya bisa menunduk sambil menantikan dengan
penuh tanda tanya.
Begitu kencangnya jantungnya berdebar, dan betapa eratnya
ia menutup matanya, tubuhnya terguncang karena takut. Ia menyiapkan hatinya
untuk bersiap menerima setiap lemparan batu yang akan dilayangkan kepada
dirinya. Lamaaa ia menunggu..dan suasanya menjadi hening tiba-tiba. Ia terheran
merasakan perubahan suasana itu, lalu ia menoleh ke belakang, mencari-cari
orang-orang yang tadi menyeretnya di jalanan. Dengan sedikit takut-takut ia
mengangkat kepalanya, tapi kemudian ia takjub karena orang-orang itu sudah
tidak ada. Mereka semua pergi tak berbekas. Tidak ada kata pamit atau ucapan
selamat tinggal, tidak ada satupun yang tersisa.
Dan kini..hanya ada dia dan Yesus…sang Penyelamat. My
Hero. Ingin rasanya ia memeluk kakiNya, tapi ia merasa tidak layak. Ia
menyadari siapa dirinya di hadapan Pribadi ini. Akhirnya ia hanya terdiam
menantikan apa yang akan dikatakan Yesus selanjutnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya:
"Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum
engkau?" Jawabnya: "Tidak ada,
Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah,
dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
‘Aku pun….tidak..menghukum..engkau….’…perempuan itu
mengulangi perkataan itu di dalam hatinya secara perlahan, seakan-akan berusaha
mencerna apa yang baru saja dikatakanNya. Sungguhkah itu? Benarkahhhh??
Waaahhhhhh…ia ingin melompat rasanya. Benarkahh??? Aku
diampuni? Akuuu???? Diampuni??? Woowwwww….!!!! Yesssss!!!!
Itu adalah segalanya yang ia perlukan. Ia hanya ingin
mendengar kalimat itu. Ia menyadari bahwa ia sangat membutuhkan pengampunan.
Dan seketika itu juga di dalam hatinya sepertinya ada bungi PLONG!!!...ada
kelepasan yang luar biasa.
Dan kalimat selanjutnya yang ia dengar adalah suatu
komitmen yang akan ia lakukan setelah ini. Ya, Tuhan..aku tidak akan berbuat
dosa lagi sejak hari ini. Setelah apa yang Kaulakukan buat aku, rasanya keterlaluan sekali kalau aku masih terus
menerus berada di dalam dosa. Aku mau berubah..aku pasti berubah. Kasih yang
Kautunjukkan kepadaku hari ini begitu besar. Bahkan Engkau mau membelaku di
depan semua pendakwaku barusan, hal itu tidak akan pernah aku lupakan.
Ya…kasih yang sebesar itu hanya bisa kudapatkan di dalam
diriMu Tuhan. Aku belum pernah menemukannya di tempat yang lain. Aku tidak akan
pernah menyesali ada hari ini. Ini pasti rencana Tuhan yang ajaib bagi hidupku.
Terimasih Tuhan.
Ketika aku ditangkap dan diseret barusan, diadili di
depan semua orang, aku merasa bahwa inilah akhir kehidupanku. Setelah ini,
entah bagaimana nasibku. Untuk bertemu dengan orang sekitarku saja rasanya aku
tidak akan sanggup.
Tapi Tuhan, engkau memberiku pengharapan yang baru.
Engkau mengubahkan aku sedemikian. Sungguh Engkau memberiku satu kekuatan yang
baru, keyakinan yang baru. Kini aku bisa menegakkan kepalaku ketika berjalan,
karena aku bukannya aku lagi, tapi Yesus hidup di dalamku, dan itulah yang
mengubahkan kehidupanku menjadi baru.
Ya…inilah yang kuperlukan selama ini. Kasih yang sejati,
yang memberiku cara hidup yang baru. Terimakasih Tuhan…You are so GREEEEAAATTT.
I love You Lord.
Pertanyaan untuk
Sharing:
1.Pernahkah saudara mengalamui diampuni dan merasa Mak
Plong?
2.Mengapa kita sulit memaapkan mereka yg kedapatan
bersalah?