Bahan Pemahaman Alkitab GKJ Ambarawa, 20 Agustus 2013

Bahan Pemahaman Alkitab
GKJ Ambarawa, 20 Agustus 2013

Bangsa yang Mewaspadai Zaman dan Berpengharapan Baru

Bacaan :Yesaya 5:1-7; Mazmur 80: 1-2, 8-19; Ibrani 11:29-12:2; Lukas 12:49-56

TujuanPerayaan iman 
Menjadikan diri kita sebagai umat Tuhan yang waspada terhadap berbagai tantangan  dalam  perkembangan zaman  dan 
senantiasa memiliki pengharapan yang baru.

 Dasar Pemikiran
Martabat sebuah bangsa akan selalu dikaitkan dengan cara agar jati diri dan identitasnya tidak ternodai dengan berbagai-bagai pengaruh dari  perkembangan  zaman yang  jauh  dari cita-cita  bangsa. Kehidupan  sebuah bangsa  akan  senantiasa mencari  dan mengusahakan kehidupan yang sarat kedamaian dan kemajuan di berbagai  bidang kehidupan.  Untuk  itulah membangun  sebuah bangsa yang berkenan akan baik dan berkembang jika dimulai dari orang-orang  yang percaya  kepada  Kristus untuk  mewujudkan imannya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah salah satu cara dari sekian cara untuk meciptakan kedamaian dan berkat Tuhan dalam kehidupan Bangsa Indonesia.

KeteranganTiap Bacaan
Yesaya 5: 1-7
Dikisahkan tentang  sebuah  kebun anggur  yang  ternyata menghasilkan  anggur-anggur yang  asam.  Sang pemilik  kebun dengan rajin mengurus kebun dan tentunya berharap usahanya akan menghasilkan pohon berbuah lebat dengan kualitas tinggi. Namun apa yang dihasilkan? Lanjutan ayat 2 diatas berbunyi: "tetapi yang dihasilkannya ialah  buah  anggur yang  asam." Bagian  ini menggambarkan kiasan mengenai Tuhan si pemilik kebun, dan anak- anak-Nya yang digambarkan sebagai pohon-pohon anggur. Secara lebih  spesifik,  ayat-ayat ini  berbicara  tentang pertobatan  yang menghasilkan buah. Ketika kita bertobat menerima , seharusnya kita menjadi sebuah ciptaan baru yang terus tumbuh dan berbuah subur, lebat dengan kualitas yang baik. 

Mazmur 80: 1-2,18-19
Melalui  Mazmur  syafaat ini,  pemazmur  memohon kebangunan rohani dan pemulihan umat Allah agar memperoleh berkat penuh dan  hidup  mereka berkenan  dihadapan  Allah. Berbicara  kepada semua orang percaya untuk  berdoa agar Allah mau membangun dan membaharui kita oleh kuasa dan kemurahan-Nya.

 Ibrani 11:29-12:2
Tujuan  surat  ini yaitu  menyerukan  supaya para  pembaca  tetap percaya dan  teguh  dalam iman  oleh  karena dahsyatnya hubungannya dengan  Tuhan.  Bagian ini  diawali  dengan sebuah definisi iman yang perlu mendapat perhatian untuk dapat memahami daftar  perjuangan  orang-orang beriman  dalam  PL. Kemenangan diperoleh orang beriman, ketika mereka bertahan dalam iman ditengah kesulitan yang mereka hadapi dan mereka menjadi saksi bagaimana Allah meluputkan mereka dari bahaya. (ayat 29 – 34). Ketekunan dalam iman ditandai dengan meninggalkan semua beban dan dosa yang merintangi mereka masuk dalam kemenangan dan kemuliaan Allah. Keteladanan  bertekun dalam iman berpuncak dalam diri Kristus.    Iman  itu akan  membawa  umat kepada  kesempurnaan yang akan menggantikan kehinaan dengan sukacita  dan  kemuliaan bersama  dengan  tahta Allah.  Seperti  yang  menderita  karena memilih  bertekun  dalam iman  dan  kemudian mengalami kemuliaan dari Allah Bapa, maka kita pun yang menderita karena bertekun dalam iman, akan mengalami hal yang sama.

 Lukas 12:49-56
Ucapan Tuhan    di Luk. 12:49-50: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang  seisi  rumahnya” perlu  dipahami  bahwa makna kedatangan-Nya ke dunia sebagai manusia dan kaitannya dengankedatangan-Nya dalam kemuliaan ilahi. Dalam kedatangan Kristus sebagai manusia, sangat jelas bertujuan untuk  membawa damai- sejahtera (syalom). Tetapi dalam kedatangan-Nya yang kedua kelak, Tuhan  sebagai Hakim dan Raja akan membawa pedang  yang berarti: exclude,appoint,  divide,  separate mengandung  2 arti  yaitu dalam  arti yang  negatif,  yaitu: untuk mengecualikan dan membuang setiap hal yang jahat atau buruk. Dalam arti yang positif, yaitu: untuk memisahkan hal yang kudus agar tidak tercemar. Jadi dalam kedatangan Kristus yang kedua, Dia akan menghakimi dan memotong setiap hal yang jahat, dan memisahkan hal yang kudus dan benar. Pedang Kristus akan membinasakan orang yang  berdosa  dan tidak  bertobat,  tetapi pedang-Nya  juga  akan melindungi orang yang hidup benar dan berkenan di hadapan Allah. Kristus datang  untuk  membawa damai,  dan  Dia telah  berhasil membuktikan  prinsip dan pengajaran-Nya  tersebut dalam  seluruh kehidupan-Nya. Namun damai yang dibawa oleh Kristus bukanlah damai yang pasif, tetapi damai yang transformatif. Damai yang harus diisi oleh sistem nilai Kerajaan Allah. Tanpa ketaatan dan kesediaan untuk menerapkan secara konsekuen sistem nilai Kerajaan Allah yang dilandasi oleh kasih Allah, maka tidaklah mungkin tercipta damai-sejahtera dalam arti yang sesungguhnya. 

Renungan atas bacaan
Iman menjadi hal yang mendasar untuk menentukan setiap orang percaya beroleh kasih dan keadilan Tuhan. Iman orang percaya dapat digambarkan  sebagaimana  pohon anggur  yang  berbuah. Buah anggur yang berkwalitas baik dan manis rasanya itu yang menjadi harapan dari pemilik kebun anggur yaitu tidak lain adalah Tuhan, tetapi jika tidak memiliki kwalitas yang baik dan asam rasanya akan di buang dan dipisahkan dengan buah anggur yang berkwalitas baik.

Demikian Tuhan  akan datang yang kedua kali memisahkan  orang yang memiliki iman dan berbuah baik dan orang yang hanyut dengan arus kejahatan dunia. Untuk itu tetap teguh dalam iman dan waspada akan perkembangan zaman menjadikan diri kita menjadi anggur yang berkwalitas baik.

Harmonisasi Bacaan
Waspada  akan  perkembangan zaman  sama  halnya ketika  kita bertekun  dalam iman  kita  kepada Kristus  sebagai pemilik  kebun anggur dan kita  adalah pohon  anggurnya.  Digambarkan sebagai pohon anggur kita harus menghasilkan buah yang baik, dimana kita harus bertekun dalam iman yang menjadikan  hidup kita berbuah dalam kesempurnaan Allah.

 Pokok dan arah pewartaan:
Lebih  menekankan  tentang iman  yang  terus berbuah,  sehinggamenghasilkan  ketekunan  dan kewaspadaan  untuk  menjadikan kehidupannya sebagai buah angguryang berkwalitas baik. Selain itu membantu jemaat untuk memiliki pengharapan yang baru bersama Tuhan dalam kerajaan-Nya atas dasar iman yang berbuah kepadaTuhan.

 Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apakah saudara percaya bahwa Allah selalu akan membentuk kehidupan kita menjadi semakin lebih baik setiap harinya? Apa yang Allah lakukan untuk membentuk kehidupan kita  menjadi lebih baik? Dan apa yang harus kita lakukan untuk “bersama-sama” dengan Allah membentuk masa depan kehidupan yang lebih baik?
2.Perjuangan untuk tetap setia kepada Allah yang berarti perjuangan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, adalah perjuangan yang penuh dengan onak duri. Ceritakan pengalaman-pengalaman orang percaya dalam kitab Ibrani dalam perjuangan tersebut! Ceritakan pula pengalaman orang beriman masa kini untuk bisa tetap setia! (bisa sharing pengalaman anda).










Bahan Pemahaman Alkitab
GKJ Ambarawa,  27 Agustus 2013

Berbagi Kehidupan kepadaSesama yang Membutuhkan

Bacaan : Yeremia1:4-10; Mazmur 71:1-6; Ibrani 12:18-29; Injil Lukas 13:10-17

TujuanPerayaan Iman
Jemaat  menyadari  bahwa martabatnya  telah  dipulihkan sehingga  mereka memiliki  kemampuan untuk  berbagi  kehidupan dengan  sesama  yang membutuhkan.

KeteranganTiap Bacaan
Yeremia1:4-10
Yeremia berasal dari keluarga imam, mungkin keturunanAbyatar yang dihukum Salomo untuk kembali ke Anatot (1 Raja 2:26-27).Waktu  persisnya  kapan pemanggilan  terjadi  masih menjadi perdebatan.  Namun  semua hampir  sepakat  yaitu selama  kuartal terakhir dari abadke-7 SM. Menurut Kitab Yeremia, ia masih hidup di Mesir setelah Yerusalem jatuh ke tangan Babel tahun 586 SM (40:1- 44:30).
Ayat  4-5  menunjukkan bahwa  tradisi  nenek moyangnya  sebagai Imam  memiliki pengaruh  besar  pada dirinya.  Latar  belakang keluarganya membuat Yeremia  terbuka pada panggilannya sebagai seorang Nabi. Yeremia pada awalnya keberatan karena usia mudanya (ayat.6).  Namun Allah  menegaskan  bahwa Ia  akan  memberikan jaminan (ayat 7-8). 
Seperti pemanggilan  nabi-nabi  sebelumnya, bagian  ini mengungkapkan pemahaman yang kuat dari Yeremia tentang motif pemilihannya sebagai seorang Nabi Allah. Pengalaman pemilihan Yeremia hampir  sama  dengan Yesaya.  Cuma  yang membedakan pada Yeremia disebutkan tangan Tuhan yang menjamah mulutnya. Pada  Yesaya  ada malaikat  yang  menyentuhkan bara  pada mulut Yesaya  (Yes  6:6). Jamahan  tangan  Tuhan itu  yang  selanjutnya memberi kekuatan Yeremia untukberani berbicara atas nama Tuhan.

Mazmur71:1-6 
Ayat 1-3 hampir persis sama dan mengulang mengulang kata-kata Mazmur 31:1-3. Yaitu permohonan agar Tuhan berkenan menjadi batu perlindungan dan kubu pertahanaan bagi pemazmur. Setelah mengulang  Mazmur 31:1-3,  ayat  4 menjadi  pembuka  yang melontarkan suatu permohonan akan campurtangan illahi dalam kehidupan Pemazmur. Pemazmur sedang dilanda serangan musuh. 
Sejak muda Pemazmur melihat dan merasakan bahwa Allah dapat dipercaya dan pertolongan-Nya dapat diharapkan. Pada ayat 4 dan 5, Pemazmur  seolah  mencoba menjalin  kontak  lebih intensif  lagi dengan  Allah di  saat-saat  masa sulitnya.  Ayat  6 menyajikan pandangan  umum  Ibrani bahwa  sperma  laki-laki adalah  seperti  sebuah kapal yang mengangkut kehidupan. Dan itu diangkut dari generasi ke generasi.  Adapun posisi wanita sebagai wadah di mana anak tumbuh sebelum kelahiran.
Di sisi lain, kehidupan seorang anak dalam kandungan, apakah pria atau  wanita,  juga dianggap  sebagai  hadiah suci  TUHAN  kepada orang Israel. Israel adalah umat perjanjian dengan Yahweh sebagai orang khusus  dipilih  untuk dikuduskan,  termasuk  panggilan kekudusan seksualitas. Itulahsebabnya dalam ayat ini Pemazmur mengatakan bahwa Allah yang menopang hidup pemazmur sejak dalam kandungan (bdk. bacaan Yeremia ayat 5).  

Ibrani12:18-29
Penulis menggunakan  kontras  untuk mengembangkan peringatannya tentang bahaya mengabaikan keselamatan(2:3). Di sini  dua  gunung, Sinai  dan  Sion, membentuk  dasar perbandingan.Penulis pertama mengingatkan  pengalamanbangsa Israel  di  Sinai: api  yang  membakar, kabut  dan  gelap, bunyi sangkakala, dan suara terlalu mengerikan untuk didengar (12:18-19). Semua  itu  menggambarkan bagaimana  waktu  Musa menerima Perintah Allah.(12:21). Tapi sekarang untuk menghadap Allah tidak lagi seperti itu, umat  datang keBukit Sion (12:22). Kontras (12:18-24) menggaris bawahi keuntungan yang diperoleh dari perjanjian baru melalui Yesus: akses baru kepada Allah dan persekutuan dengan orang lain dalam keindahan kota yang penuh sukacita.  Kontras itu lalu dijadikan titik pijak untuk memberi nasihat.  Kita tidak boleh mengabaikan  dan menolak Dia yang berbicara dari sorga (12:25). 
 Lukas 13:10-17
Hal memaknai hari Sabat sekali lagi dipakai oleh Lukas dalam perikop ini. Seperti yang sering dilakukannya, Lukas menempatkan seorang wanita  pada  pusat cerita.  Penyembuhan  wanita lumpuh  selama delapan  belas tahun  menimbulkan  konfrontasi antara  Yesus  dan otoritas keagamaan. Dalam hal ini pemimpin rumah ibadat menjadi gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. 
Yesus mengecam kemunafikan yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya. Dia lalu menarik paralel antara kasih sayang yang baru saja ia tampilkan  untuk  perempuan dengan  perawatan  orang atas  binatang ternak mereka pada hari yang sama (Sabat). "Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan  dari  ikatannya itu,  karena  ia adalah  keturunan Abraham?  " (13:16). Meskipun  Lukas tidak  memberikan  wanita ini dengan  nama  dalam cerita,  ia  menunjukkan bahwa  Yesus memberinya"nama," putri/keturunan Abraham. Ungkapan ini terjadi di tempat lain dalam Lukas atau dalam seluruh Alkitab (lih. Luk 19:9, di  mana Yesus  menyebut  Zakheus "anak  Abraham").Nama  ini menekankan keanggotaan wanita dalam komunitas perjanjian. 

Renungan Atas Bacaan
Ada beberapa pokok renungan dalam keempat bacaan di atas:
Seberapa jauh kita sebagai orang percaya memahami bahwa kita telah ditopang dan diselamatkan oleh Allah sebelum kita dilahirkan? Apakah penghayatan  tersebut menjadikan  kita tahu  bahwa  Allah begitu mencintai  dan  mengasihi kita  sehingga  merencanakan keselamatan dan member panggilan bagi kita untuk keselamatan sesama?
Apa belenggu-belenggu  yang  ada dalam  kehidupan  kita yang menjadikan kita tidak mampu melihat bahwa oang lain juga perlu mendapat kasih sayang Allah?

Harmonisasi Bacaan Leksionari
Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang telah dipulihkan martabatnya  oleh  karya Pengantara  Tuhan  Yesus. Karena  itu kehidupan yang sejati yang sekarang dimiliki oleh orang percaya, sehingga tidak perlu lagi memiliki rasa takut dalam menghampiri Allah. 
Penerimaan kehidupan yang sejati di atas menjadikan orang percaya diundang bersama-sama dengan Allah untuk menjadi rekan sekerja dalam membagikan kehidupan yang sejati. Hidup yang bermartabat, yang dipulihkan relasinya.

Pokokdan Arah Pewartaan
Jemaat diajak untuk menghayati pemulihan martabat baru sebagai manusia yang sudah diselamatkan. Dengan kesadaran baru tersebut  jemaat diajak untuk mau berbagi kehidupan dengan sesama yang masih terbelenggu martabat kemanusiaannya.

Pertanyaanuntuk diskusi:
1.Kempat bacaan kita mengajak kita untuk menyadari bahwa Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang telah dipulihkan martabatnya oleh  karya  Pengantara Tuhan  Yesus.  Hal-hal apa saja yang membuat kita tidak mampu menyadari perkara  di atas?
2.Apa saja yang dapat kita lakukan dalam rangka berbagi kehidupan dengan sesama kita?



















Bahan Pemahaman Alkitab
GKJ Ambarawa, 10 September 2013

Mendengarkan Firman Allah dan Bersedia Dibentuk Oleh-Nya

Bacaan: Yeremia 18:1-11; Mazmur139:1-6,13-18; Filemon 1-21; Lukas 14:25-33

Tujuan Perayaan Iman
1.Jemaat memahami bahwa mengikut Yesus berarti bersedia dibentuk oleh Allah melalui Firman-Nya
2. Jemaat dapat tekun dan setia dalam proses kehidupan sebagai bagian dari karya keselamatan Allah

Dasar Pemikiran
Bagi beberapa orang, diskusi mengenai Firman Tuhan merupakan hal yang menarik karena dapat menggali sabda Tuhan yang kemudian diterapkan dalam kehidupan masing-masing orang. Berbeda dengan khotbah,  kegiatan Pemahaman  Alkitab  memberikan ruang  bagi warga jemaatuntuk  ikut menggumuli Firman Tuhan berdasarkan kacamata  masing-masing.  Akan tetapi  tidak  jarang pula  diskusi mengenai  Alkitab dapat  memicu  gesekan karena  cara pandang/tafsiran yang berbeda-beda. Pemahaman yang sering keliru adalah Alkitab dijadikan dasar bagi pembenaran atas sikap diri. Jika ini yang terjadi, maka kita sedang menempatkan Alkitab di bawah kepentingan  kita.  Padahal yang  semestinya  adalah Alkitab  kita tempatkan di atas kepentingan kita. Artinya bahwa peran Alkitab sebagai  Firman Tuhan  kita  tempatkan sebagai  alat  untuk mentransformasi  diri. Firman  Tuhan  memiliki peran  besar  dalam membentuk kita menjadi manusia yang dapat menghadirkan damai sejahtera di bumi. Kesediaan kita untuk mendengarkan Firman Tuhan tidak  hanya  dengan mengamininya  saja  melainkan dengan mengimaninya, seperti yang tampak dalam sikap dan perilaku penuh cinta kasih kepada sesama.

Keterangan BacaanAlkitab
Yeremia 18:1-11
Allah memerintahkan  Yeremia  pergi ke  tukang  periuk untuk menyaksikan  proses  pembuatan bejana.  Ada  hal menarik  dalam proses pembuatan bejana ini. Apabila bejana yang dibuat tukang periuk itu rusak atau kurang sempurna, maka ia mengerjakannya kembali sesuai dengan yang dikehendakinya.Bejana yang rusak itu tidak dibuang oleh si tukang periuk, melainkan diolahnya kembali menjadi bejana yang lebih baik. Atas dasar pengamatan Yeremia itu, Allah pun berfirman: ”Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN.  Sungguh, seperti  tanah  liat di  tangan  tukang periuk, demikianlah  kamu  di tangan-Ku,  hai  kaum Israel!”.  Dalam  karya keselamatan,  Allah menempatkan  diri-Nya  sebagai tukang periuk yang  sedang  mengerjakan bejana.  Apabila  bejana itu  rusak  atau kurang sempurna, maka Allah akan membentuknya kembali. Allah tetap memegang janji setia-Nya kepada Israel. Meskipun Israel sering menyakiti hati  Allah,  tetapi Allah  memberikan  pemulihan dan pengampunan.  Bagaikan  tukang periuk,  Allah  tidak pernah  letih dalam bekerja serta tekun dalam membentuk hidup bangsa Israel yang penuh dengan dosa. 

Mazmur 139:1-6,13-18
Nyanyian Mazmur Daud ini mengeskpresikan kemahakuasaan Allah atas hidup manusia. Semenjak dari kandungan seorang ibu, manusia sudah dibentuk oleh Allah. Proses kehidupan manusia di dunia tidak dapat  lepas dari  pengawasan  Allah sendiri.  Karya  Allah begitu dahsyat, sehingga membuat manusia tidak mudah untuk menyelami rencana Allah atas kehidupan. Mazmur ini ingin mengajak supaya manusia  selalu memandang  Allah.  Jangan pernah  sekalipun meninggalkan Allah, meskipun penderitaan senantiasa hadir dalam hidup. Karena Allah yangmencipta dan berdaulat atas kehidupan ini, maka rasa syukur dan penyerahan diri adalah sikap utama yang mesti ditunjukkan oleh manusia. 

Filemon 1-21
Onesimus adalah seorang budak dari tuan yang bernama Filemon. Tampaknya  Onesimus  pernah melakukan  kesalahan  fatal kepada tuannya.  Kemungkinan  Onesimus pernah  mencuri  harta atau berhutang dalam jumlah besar (ayat 18). Karena takut atau merasa bersalah, Onesimus pun lari dari tuannya. Dalam pelariannya itu, Onesimus  berjumpa dengan  Paulus  di penjara.  Perjumpaan  ini kemudian membawa suatu perubahan besar dalam hidup Onesimus. Oleh Paulus, Onesimus kini mengenal dan percaya kepadaTuhan Yesus. Bahkan Paulus menganggapnya sebagai ”anak” dan ”buah hatinya”(ayat 10,12). Surat Paulus kepada Filemon ini dapat disebut sebagai surat permohonan. Paulus meminta supaya Filemon bersedia menerima kembali Onesimus, meskipun perbuatannya di masa lalu pernah menyakiti  hati  Filemon. Kesungguhan  Paulus  untuk memulihkan  kembali hubungan  antara  Onesimus dan  Filemon ditunjukkan dengan kesediannya memberikan jaminan dan ganti rugi (ayat  18,19). Sikap  kasih  Paulus ini  bertujuan  untuk menghapus status/predikat Onesimus di mata Filemon yang pernah melakukan kesalahan besar. Paulus berharap supaya Filemon tidak lagi menilai Onesimus sebagai orang bersalah atau budak, melainkan sebagai saudara di dalam Kristus. 

Lukas 14:25-33
Sebagai umat Tuhan semestinya kita bersedia untuk dibentuk oleh Tuhan. Proses pembentukan ini sering terhambat oleh faktor ego yang  mengutamakan kepentingan  pribadi  daripada kepentingan Tuhan. Terkadang kita lebih mementingkan hal-hal yang melekat pada  diri  sendiri (seperti  keluarga  dan harta)  sehingga  menjadi penguasa dalam hidup kita. Itusebabnya Tuhan Yesus bersabda: ”Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,  anak-anaknya,  saudara-saudaranya  laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.  Perkataan  Tuhan Yesus  ini  bukan menyuruh  kita  untuk membenci  (dalam arti  sebenarnya)  keluarga. Kata  ”benci”  di sini menunjuk  pada  pengertian ”mengasihi  lebih  dari apapun”. Kecenderungan  atas  sikap seperti  ini  menjadi penghalang  untuk menaklukkan diridi bawah kehendak Allah. Jika kita ingin mengikut Yesus berarti  kita siap  dan  bersedia dibentuk  oleh-Nya.  Dengan segala resiko  yang  akan ditanggung  dalam  mengikuti jalan-Nya, bahkan  jalan  penderitaan sekalipun.  Lewat  penderitaan, Allah membentuk kita menjadi pribadi yang kuat, taat, dan setia.Sehingga Yesus pun memberikan syarat untuk menjadi murid-Nya: ”Barangsiapa tidakmemikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.

Renungan Atas Bacaan
Menghayati hidup dalam genggaman kuasa Tuhan itu ibarat proses pembuatan bejana. Dari tanah liat yang dibersihkan, direndam (agar menjadi lembek), diputar-putar, ditekan, dan dipukul sebagai proses pembentukan  awal.  Kemudian dibakar  sehingga  menjadi bejana tanah  liat  yang indah.  Terkadang    pula bejana  itu  mengalami kerusakan atau kurang sempurna  sehingga kemudian diolah dan dibentuk kembali.  Bukankah  seperti itu  hidup manusia?  Rencana Allah atas hidup kita sangat indah.Walaupun di dalamnya ada duka dan penderitaan, tetapi pada dasarnya Allah sebagai Tukang Periuk kehidupan sudah memiliki rencana yang baik bagi kita.Jalan derita  yang dialami oleh Yesus mengingatkan kita bahwa kesetiaan dan ketaatan adalah kunci utama. Apabila kita menyatakan diri sebagai murid-murid Yesus,  renungkan  perkataan Yesus  ini:  ”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. Inilah persyaratan yang diajukan oleh Yesus kepada kita. Semestinya kita tidak sering berkeluh kesah atas penderitaan yang dialami. Belajarlah kepada Yesus yang begitu setia dan taat dalam menanggung penderitaan. Rasa syukur dan penyerahan diri kepada Allah  adalah  pertanda bahwa  kita  bersedia dibentuk  oleh  Allah menjadi manusia yang baik.

Harmonisasi BacaanLeksionari
Kehidupan manusia tidak lepas dari karya Allah. Kebahagiaan dan penderitaan  merupakan  bagian dari  rencana  Allah. Pengertian semacam  ini  akan menuntun  kita  menuju pada  penyerahan  diri sepenuhnya  atas kehendak  Allah.  Secara tidak  langsung,  Tuhan sedang memproses kita menjadi manusia yang kuat, taat, dan setia. Agar proses ini berjalan dengan baik, dibutuhkan kesediaan untuk menempatkan kehendak Allah di atas kehendak pribadi.

Pokok Dan ArahPewartaan 
Pokok  pewartaan  adalah pentingnya  mendengarkan  firman dan bersedia dibentuk olehnya. Arah pewartaannya, jemaat memahami bahwa mengikut Yesus berarti bersedia dibentuk oleh Allah melalui Firman-Nya. Selain itu, jemaat dapat tekun dan setia dalam proses kehidupan sebagai bagian dari karya keselamatan Allah.

Pertanyaan untuk diskusi
1.Apa saja yang menghalangi kita dalam dibentuk oleh Allah pada saat mendengarkan Firman lewat khotbah maupun saat menggumulkan Firman dalam wadah PA?
2. Apa peran keluarga dan sesama  saudara seiman dalam pembentukan hidup kita oleh Allah?  












Bahan  Pemahaman Alkitab
GKJ Ambarawa, 17 September 2013

Mendengarkan Firman Allah dan Bertobat

Bacaan :  Yeremia 4:11-12,22-28; Mazmur 14;  1 Timotius 1:12-17; Lukas 15:1-10

Tujuan Perayaan Minggu ini
Jemaat  terdorong  untuk mengakui  kesalahan  dan keberdosaan sebagai titik awal untuk menerima pembaruan diri.

Dasar Pemikiran
Banyak orang mengenal Yesus sebagai pribadi yang berkuasadan mampu  membuat  banyak mukjizat.  Namun  kebih banyak  orang mengenal danmengalami Yesus sebagai seorang sahabat karib yang setia.  Di tengah-tengah  keberdosaan,  kesendirian, kesedihan, kemiskinan, dan penderitaan, manusia diterima, dihargai, dan dikasihi oleh Yesus. Ia juga menyelamatkan dan memberikan pengharapan yang baru. Sikap Yesus inilah yang menjadi pengharapan bagi kita, yang  berdosa dan  rendah,  untuk selalu  bersedia  datang dan mendengarkan pengajaran Yesus serta bertobat.

Keterangan Tiap Bacaan
Yeremia 4:11-12,22-28
Inilah  tulisan  Yeremia yang  mengggambarkan  kerinduan Allah mendengar dan melihat pertobatan manusia. Penglihatan Yeremiatentang  kehancuran  umat-Nya dikemukakan  dengan  gambaran seakan-akan seluruh alam telah rusak binasa dan berubah menjadi tidak berbentuk kembali seperti keadaannya sebelum dibentuk oleh Allah. Dengan bahasa kiasan, Yeremia menggambarkan kehancuranYehuda yang akan dilakukan oleh bala tentara Babel. Kerusakan yang dahsyat akandialami oleh Yehuda karena kesalahan
dan kebebalan mereka yang enggan bertobat kepada Allah.

Mazmur 14
Pemazmur melihat bahwa manusia bersikap bodoh dan bebal karena menganggap  dirinya  berakal budi.  Mereka  mencemooh prinsip- prinsip moral firman Allah dan mengandalkan akal mereka sendiri dalam menentukan baik dan buruk. Mereka tidak mencari Allah dan tidak  berseru kepada  Allah  di dalam  doa  untuk kehadiran  dan pertolongan-Nya.  Kebobrokan  inilah yang  membuat  manusia terpisah dari Allah. Namun pemulihan dari Allah akan datang bagi mereka yang datang kepada-Nya.

1 Timotius 1:12-17
Inilah kisah pengalaman Paulus yang diungkapkan kepadaTimotius. Pengalaman  itu  diceritakan dengan  penuh perasaan  dan  ucapan terima kasih kepada Kristus. Paulus menceritakan  pengalamannya  sebagai penghujat  dan pendosa  yang  diperbarui oleh  Kristus.  Ia sangat berterimakasih  kepada  Kristus yang,  dalam  kasih-Nya, mengampuni.  Bahkan lebih  dari  itu, ia  juga  dipanggil menjadi pelayan-Nya; pelayan yang setia pada setiap hal yang dipercayakan kepadanya.

Lukas 15:1-10
Pada  bagian  ini, melalui  ilustrasi,  injil Lukas  hendak  menyatakan bahwa  Allah datang  untuk  mencari manusia  berdosa  dan menyelamatkan yang hilang. Lukas menyatakan, mencari yang hilang dan berdosa  serta  membawanya kepada keselamatan  adalah  hal terpenting bagi hati Allah. Pertobatan orang berdosa adalah hal yang menyukacitakan Allah  dan  sorga. Bagi  injil  Lukas, tidak  ada pengurbanan dan penderitaan yang terlalu besar dalam hal mencari yang hilang dan membawanya kepada Yesus. Inilah jawaban bagi orang Farisi  dan  ahli Taurat  yang  meributkan kebiasaan  Yesus menerima dan makan bersama-sama dengan orang-orang berdosa. Makan bersama, bagi Yesus, tidak hanya menjadi simbol kedekatan serta penerimaan, tetapi juga menjadi simbolpembaruan bagi orang berdosa.

Renungan atas Bacaan
Yeremia  dan  Mazmur menceritakan  bahwa  kondisi orang  yang mencemooh, menjauh dari, dan berdosa kepada Allah adalah seperti tanah subur yang menjadi padang gurun, seperti kota yang runtuh dan sunyi  sepi,  seperti bumi  yang  berkabung dan  langit  yang menjadi gelap.  Semua  itu  terjadi  karena kebebalan  hati  dan penyelewengan  yang mereka  lakukan  terhadap Allah.  Kondisi itu melukai hati Allah.
Namun Allah bukan orang Farisi dan ahli Taurat yang menjauh dan menyingkirkan orang berdosa. Allah adalah gembala yang mencari domba  yang hilang  dan  tersesat. Allah  adalah  perempuan yang mencari  dirham  yang hilang.  Allah  adalah Yesus  yang  makan bersama para pemungut cukai danorang-orang berdosa.
Kasih Allah yang mencari dan mendapati yang hilang itulah yang dirasakan oleh Paulus. Paulus. Dahulu, sebagai Saulus, ia menghujat Kristus  dan  menganiaya pengikut  Kristus.  Namun Allah  justru menunjukkan kesabaran-Nya. Ia mengubah Paulus menjadi pelayan- Nya  serta mempercayakan  pelayanan  kepadanya. Paulus  diubah menjadi pelayanyang setia.

Harmonisasi Bacaan
Bangsa Israel mengalami kondisi tidak nyaman akibat dosa.Akal budi manusia  tidak  mampu melepaskan  diri  dari dosa.  Allah,  dalam pengurbanan dan penderitaan-Nya,mencari dan mendapati manusia berdosa. Pengampunan-Nya  tidak  hanya menghantar  manusia kepada  keselamatan, tetapi  menjadikan  manusia rekan  Allah memberkati manusia didunia. Demikianlah yang dialami oleh Paulus.

Pokok dan ArahPewartaan
Jemaat  terdorong  untuk mengakui  kesalahan  dan keberdosaan sebagai titik awal untuk menerima pembaruan diri.

Pertanyaan untukdiskusi:
1.Mengakui kesalahan dan dosa. Pertobatan adalah kata-katayang dekat dalam hidup orang percaya. Bagaimana menurut saudara praktek hiduporang percaya dalam hal kesediaan diri untuk melakukan hal tersebut? Apa saja hambatandan halangan bagi orang percaya untuk sedia mengaku salah dan dosa?
2.Dulu Pamerdi atau Penggembalaan khusus lebih bernuansa sebagai Penghakiman dan Penghukuman. Apakah sampai saat ini masih kita temukan nuansatersebut? Bagaimana caranya supaya adanya Pengakuan salah/dosa atau Pertobatantidak bernuansa sebagai Penghakiman dan Penghukuman?    



































Bahan PemahamanAlkitab
GKJ Ambarawa, 24 September 2013

Setia kepada Sabda Kehidupan

Bacaan                  :  Yeremia 8:18-9:1; Mazmur 79:1-9; 1 Timotius2:1-7; Lukas 16:1-13

Tujuan Perayaan Iman
Umat Tuhan memiliki kesetiaan kepada Sabda Kehidupan

DASAR PEMIKIRAN
Menurut almanak Kitab Suci (tradisi PL), Minggu ini barada dalam masa raya undhuh-undhuh yang berbeda dengan hari Pentakosta atau Panen.Hal ini mengingatkan  bahwa  menurut tradisi  Kitab  Suci ada  dua  kali perayaan panen. GKJ secara umum baru memberi perhatian pada panen I (Pentakosta). GKJ  Cipta  Wening adalah  Gereja  dalam lingkungan  GKJ  yang pernah memberi  perhatian  pada Riyaya Undhuh-undhuh atau  Hari  Raya Pondok Daun. Kisah riyaya undhuh-undhuh              hendak mengingatkan penyelenggaraan Ilahi dalam  kehidupan  umat sebagaimana  dialami  bangsa Israel  ketika melewati  padang gurun  kehidupan  hingga akhirnya  sampai  di tanah perjanjian. Harus diakui, basis perayaan keagamaan dalam Kitab Suci adalah budaya agraris. Indonesia (Jawa) yang berakar pada budaya agraris, tempat GKJ  tumbuh,  dihambat, tetapi  tetap  berkembang, tentu  perlu  menengok kekayaan budaya agraris dalam berteologinya.
Bacaan  Injil  Minggu ini  memberi  perhatian pada  arti  penting kemah (pondok)  abadi  sebagai tujuan  hidup  beriman. Sinyalemen  terhadap pentingnya  perayaan  pondok daun  sedikit  dikuak oleh  Tuhan  Yesus. Mengingat,  Tuhan Yesus  tidak  menghapus perayaan  keagamaan  Yahudi, tetapi selalu memberi arti baru (bdk.Yohanes 7). Kemah abadi hanya pantas bagi orang-orang yang setia dalam perkara kecil. Demikianlah, setia kepada Sabda Kehidupan menjadi tema pewartaan minggu ini.

KETERANGAN TIAP BACAAN
Yeremia 8:19-9:1
”Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran airmata, maka siang  malam  aku akan  menangisi  orang-orang puteri  bangsaku  yang terbunuh!”
Nada  keluh  kesah dan  ratapan  begitu kental  dalam  teks Yeremia  yang menjadi bacaan I dari leksionari minggu ini. Eksistensi Tuhan pun diragukan. ”Tidak adakah TUHAN di Sion? Tidak adakah Rajanya di dalamnya?" (ay.19). Bagi Tuhan, seruan jenis demikian dirasa sangat menyakitkan hati Tuhan yang kudus. Tegasnya,meragukan Tuhan adalah pantangan terbesar bagi umat  percaya, mengingat  TUHAN  sejatinya sangat  berempati.  Makna perutusan  Yeremia sebagai  nabi  menjelaskan hal  ini.  Betapa ia  turut berkabung  atas luka-luka  puteri  bangsanya. Yeremia  turut  meratap dan memohon  kesembuhan  atas luka-luka  yang  ditanggung umat.  Hingga sedemikian  ia meratap:  “Sekiranya  kepalaku penuh  air,  dan mataku  jadi pancuran  air mata,  maka  siang malam  aku  akan menangisi  orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh!” (9:1).

Mazmur 79:1-9
“Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaannama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!”
Nyanyian Asaf ini digunakan dalam ritual pemindahan TabutPerjanjian yang dipimpin oleh Daud. Ada pelajaran berharga di seputar pemindahan Tabut Perjanjian, yakni dengan kematian Uza. Hal ini menyadarkan Daud, sehingga diperlukan ritual khusus yang tidak boleh dilakukan dengan sembrono dan sembarangan. Asaf dan kawan-kawan menanggapi permintaan Daud dengan nyanyian khusus, berisi permohonan mendalam supaya Tuhan menghentikan kobaran  amarah-Nya  dan berkenan  menolong  dengan rahmat-Nya. Nyanyian permohonan  ini  mengajarkan umat  untuk  bersikap takut  dan hormat kepada TUHAN.Rasa takut dan hormat ini menjadi dorongan kuat untuk  memuji dan  memuliakan  Tuhan. Sikap  ini  pula yang  melahirkan penyerahan dirisecara utuh ke dalam naungan belas kasih Tuhan:       “Tolonglah kami,  ya  Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu!  Lepaskanlah kami danampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!”

1 Timotius 2:1-7
“... Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukuruntuk semua orang...”
Kepada Timotius, Rasul Paulus mengingatkan pentingnya doasyafaat dan ucapan syukur untuk semua orang. Doa semacam ini memiliki dampak besar bagi  kehidupan  yang tenang  dan  tenteram dalam  segala  kesalehan dan kehormatan. Doa demikian perlu selalu dipanjatkan demi eksistensi umat Tuhan  dalam mengerjakan  karya penyelamatan  (ay.4).  Berfungsinya umat Tuhan  dalam tata  reksa  sejarah keselamatan  menurut  Rasul Paulus merupakan hal yang baik dan berkenan kepada Allah. Eksistensi Rasul Paulus sebagai  pemberita  dan rasul  ditempatkan  dalam konteks  ini.  Demi terselenggaranya  karya penyelamatan,  keberadaan  pemberita dan  rasul seperti Paulus sangatdibutuhkan dari masa ke masa. Rupanya, semangat memberitakan  Injil dan  hidup  merasul hendak  diwariskan  Rasul Paulus kepada Timotius, seorang muda, sang generasi penerus.

Lukas 16:1-13
“Lalu  tuan  itu memuji  bendahara  yang tidak  jujur  itu, karena  ia  telah bertindak dengan cerdik.”
Ini perumpamaan yang aneh. Bendahara tidak jujur, tetapimendapat pujian dari  tuannya,  gara-gara tindakan  yang  cerdik dari  si  bendahara. Dengan perumpamaan  ini,  Tuhan Yesus  hendak  menekankan pentingnya  kemah abadi.  Jangan sampai  keberadaan  harta dunia  justru  menyesatkan. Sebaliknya,  harta dunia  harus  dimanfaatkan untuk  mengembangkan persahabatan.Dengan persahabatan rohani yang berkembang, niscaya jalan menuju  kemah abadi  pun  menjadi terang.  Berbeda  halnya bila  orientasi orang pada harta kekayaan, kemah abadi akan menjauh. Lagi pula sifat harta benda adalah fana adanya.
Setelah  Tuhan  Yesus menekankan  pentingnya persahabatan,  Ia kemudian mengingatkan pentingnya kesetiaan dalam perkara kecil. Inilah yang menjadi kunci  langgengnya  persahabatan. Setia  pada  perkara kecil  pula  yang menuntun perjalanan menuju kemah abadi. Inilah rahasia hidup mengabdi kepada satu Tuan sang empunya kemah abadi.

HARMONISASI BACAAN
Empati Allah yang kuat pada bacaan I menerangkan makna perjanjian kasih karunia. Hidup dalam perjanjian kasih karunia memerlukan kesetiaan dan rasa hormat. Allah telah lebih dahulu setia dengan penyelenggaraan Ilahi- Nya  ketika  bangsa Israel  melewati  padang gurun  kehidupan.  Berkat penyelenggaraan Ilahi ini, umat Israel sampai di Tanah Perjanjian, tempat Kemah Abadi berdiri. Semua orang merindukan kemah(pondok) abadi ini. Perjalanan menuju  ke  sana memerlukan  bekal  Sabda Kehidupan  yang berempati kepada penderitaan dunia. Hal ini sekaligus mengingatkan pada makna  kemah abadi:  bukan  sebagai pondok  bersifat  individualis, tetapi berwatak sosial. Ketika menasihati Timotius dalam bacaan II supaya berdoa untuk semua orang, Rasul Paulus menerangkan perspektif ini. Karenanya, Teologi Kemah Abadi yang disampaikan Tuhan Yesus dalam bacaan Injilpun harus  ditangkap  dengan cara  yang  cerdik. Artinya,  Kemah  Abadi hanya mungkin  dituju  oleh orang-orang  yang  mengembangkan persahabatan dalam kesetiaan kepada perkara-perkara kecil. Konteks Masmur Asaf dalam upacara liturgis yang dipimpin Daud mengungkap pentingnya persahabatan rohani, ciri khas suatu perayaan liturgi.

RENUNGAN ATAS BACAAN
Tema perenungan ini adalah “Setia kepada Sabda Kehidupan.”Ide “setia” diinspirasi dari Bacaan Injil: ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil,  ia  tidak benar  juga  dalam perkara-perkara  besar”. Makna kesetiaan ditempatkan Tuhan Yesus dalam konteks setia kepada Sang Tuan,  empunya kemah  abadi.  Kemah Abadi,  yang  merupakan gambaran rumah  idaman,  ternyata hanya  mungkin  dituju oleh  orang-orang  yang mengembangkan persahabatan. Hal ini menjelaskan paham eklesiologi GKJ bahwa Gereja  merupakan  kehidupan bersama  religius.  Paham ini mengembangkan watak sosial dari ajaran soteriologi GKJ. Keselamatan tidak  cocok  bagi orang  yang  individualis. Tidak heran  bila Rasul  Paulus dalam bacaan  II  memberi nasihat  kepada  Timotius tentang  pentingnya  berdoa untuk semua orang.
Kisah Daud kala memindahkan Tabut Perjanjian (simbol Sabda Kehidupan) yang menjadi konteks Mazmur Asaf menjelaskan hal ini. Soteriologi yang berwatak sosial nampak dalam perayaan liturgi. Daud dengan refleksi yang segar, setelah kematian Uza, mengajak dan melibatkan seluruh potensi Israel ketika memindahkan Tabut Perjanjian. Perayaan Liturgi Sabda sebagaimana tercermin dalam perarakan Tabut Perjanjian diselenggarakan dengan rasa takut dan hormat, jauh dari sikap asal-asalan. Keterangan ini tentu sangatmembantu  Gereja  dalam rangka  merayakan  Liturgi Sabda.  Dengan  setia pada Sabda  Kehidupan  berarti Gereja  menetapkan  diri untuk  terus menghormati  perjanjian kasih  karunia.  Perjanjian kasih  karunia  berisi pengakuan  bahwa Allah Kehidupan  sebagai  Tuhan dan  kita  adalah umat kepunyaan-Nya.  Dengan setia  kepada  Sabda Kehidupan  akan memungkinkan kita terus merasakan empati Allah sebagaimana disaksikan dalam bacaan I.

POKOK & ARAHPEWARTAAN
Pokok Pewartaan:
Setia pada Sabda Kehidupan

Arah Pewartaan
Jemaat menemukan makna kesetiaan pada Sabda Kehidupan Jemaathidup dengan setia kepada Sabda Kehidupan
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Gereja adalah kehidupan bersama relegius. Jelaskan arti kalimat ini dalam kaitan adanya aspek sosial dari keselamatan menurut GKJ!
2.Bagaimana pentingnya aspek sosial juga ditunjukkan oleh perumpaan dalam injil Lukas? Jelaskan!
Bahan PemahamanAlkitab
GKJ Ambarawa, 1 Oktober 2013

Mendengarkan Firman Tuhan dan Bermurah Hati

Bacaan : Yeremia 32:1-3a, 6-15; Mazmur 91:1-6, 14-16; I Timotius 6:6-19; Lukas 16:19-31

Tujuan Perayaan Iman
Jemaat mengamalkan cinta kasih Tuhan dengan bersikap murah hati dan peduli terhadap sesama

Dasar Pemikiran
Minggu biasa sebenarnya luar biasa. Nama “masa/minggu  biasa” tidak menunjukkan bahwa peristiwa dan perayaan iman pada masa itu hanya biasa-biasa saja. Masa/Minggu biasa adalahhari-hari yang tidak berhubungan langsung dengan peristiwa Yesus Kristus secara khusus  (misalnya  kelahiran, pembaptisan,  kebangkitan).  Minggu- minggu biasa ini sebenarnya merupakanperayaan Paskah mingguan, dimana orang-orang  percaya  memperingati kebangkitan  Tuhan Yesus. Karena itu, hari Minggu memiliki bobot yang lebih dari hari- hari  yang lain,  disebut  juga sebagai  hari  Tuhan. Hari  ini,  Tuhan mengingatkan  orang percaya  untuk  senantiasa memperhatikan firman-Nya agar dimampukan peduli terhadap dunia disekitarnya.

Keterangan TiapBacaan:
Yeremia 32:1-3a, 6-15
Nabi Yeremia dipanggil Tuhan memberitakan penghukuman bagi bangsa Yehuda yang memberontak kepada Tuhan, sekaligus janji pemulihan  karena kasih  Tuhan.  Yeremia melayani  Tuhan  selama kurang lebih empat puluh tahun, selama pemerintahan lima orang raja  Yehuda  yang terakhir,  yang  adalah masa-masa  yang  kelam. Bangsa Yehuda sedang menuju pada kehancuran.
Yeremia menyampaikan  nubuat-nubuat  dan perkataan-perkataan Tuhan dengan setia. Namun kehadiran dan pelayananYeremia tidak menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Salah satunya ialah raja Zedekia, ia menahan Yeremia di pelataran penjagaan yang ada di istana rajaYehuda. Tuduhan yang menjerat Yeremia adalah karena ia menyampaikan firmanTuhan yang menubuatkan keruntuhan bangsa Yehuda (ayat 3-5).
Kesusahan  dan  penderitaan yang  dihadapi  Yeremia tidak membuatnya berhenti untuk bernubuat sesuai dengan firman Tuhan.Yeremia terus melanjutkan tugasnya menubuatkan “Rumah, ladang dan  kebun anggur  akan  dibeli pula  di  negeri ini”,  walaupun sebenarnya Yeremia tidak memahami maksud Tuhan (32:25). Yeremia senantiasa  menyampaikan firman  Tuhan  apa adanya,  tanpa menambah danmenguranginya. Yeremia melakukan tugasnya untuk sesuai kehendak Tuhan dan tidak berusaha menyenangkan manusia dengan nubuat-nubuat  palsu.  Penghukuman Tuhan  disampaikan Yeremia  dengan jujur  dan  janji pemulihan  pun  tidak disembunyikannya.

Mazmur 91:1-6, 14-16
Mazmur ini mengungkapkan kesaksian pemazmur tentang  indahnya hidup di dalam  Tuhan. Orang yang hidup di dalam Tuhan ialah
orang yang hatinya selalu melekat kepada Tuhan. Orang-orang yang demikian akan merasakan ketenangan hidup yang sesungguhnya. Hidup tanpa ketakutan dankekuatiran walaupun terancam bahaya.

I Timotius 6:6-19
I dan II Timotius adalah surat rasul Paulus kepada Timotius,pelayan di jemaat Efesus. Pokok utama I Timotius adalah jemaat setempat dan  gembala  yang melayaninya.  Melalui  suratnya rasul  Paulus memberikan tugaskepada Timotius. Rasul Paulus merasa hidupnya akan segera berakhir dan ia inginTimotius setia memelihara apa yang telah dipercayakan kepada Paulus, yaitu Injil dari Allah yang mulia.
I Timotius 6 berbicara tentang gembala jemaat dan kelakuannya. Seorang pelayan Jemaat tidak boleh mencari keuntungan dari ibadah dan pelayanannya. Pelayan jemaat harus mempunyai mental “merasa cukup”  atas karunia  Allah  dalam hidupnya,  sehingga  mampu bersyukur.

Lukas 16:19-31
Perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus ini menggambarkan ironi yang nyata, juga dalam jaman kita sekarang ini. Kesenjangan sosial yang besar antara si kaya dan si miskin. Dalam cerita itu tidak terlihat  adanya upaya  si  kaya untuk  menyatakan  belas  kasihan kepada si miskin, padahal si miskinsenantiasa berusaha mendekat “…berbaring dekat pintu orang kaya”. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa ketidak-pedulian si kaya membawa akibat yang sangat fatal.Dalam  dunia  kekekalan, keadaan  berbalik,  si kaya  hidup  sangat menderita dan si miskin bahagia.Sayangnya, kesenjangan ini tidak dapat dijembatani.  Penyesalan  si kaya  tidak  dapat mengubah keadaan.

Renungan Atas Bacaan
Kurang, kurang dan kurang! Itulah yang sering terjadi dalam hidup kita. Kita merasa tidak puas dengan apa yang dikaruniakan Tuhan pada  kita. Kemudian  kita  mencari, mencari  dan  mencari. Upaya mencukupi kekurangan pada dasarnya adalah baik. Tetapi seringkali hal  itu terlalu  menguasai  hidup kita  sehingga  kita lupa  untuk “mencari sesuai kehendak Tuhan”. Kita pun kemudian enggan untuk berbagi karena merasa “aku saja masih kurang”.
Sikap materialistis dapat terjadi pada siapa saja, kapan dan dimasa saja.  Hamba-hamba  Tuhan juga  tidak  kebal terhadap  hal  itu. Karenanya rasul Paulus “wanti-wanti”agar Timotius jangan dikuasai penyakit cinta  uang,  yang dikatakannya  sebagai  akar segala kejahatan. Orang yang cinta uang bisa gelap  mata karena “cinta itu buta”, sehingga bisa menipu, mencuri, merampok, membunuh atau berzinah karena uang.
Cinta uang bisa menggeser cinta kita kepada Tuhan dansesama. Akibatnya kita tidak lagi peduli terhadap Tuhan dan sesama. Hal ini sangat berbahaya karena berdampak pada kehidupan kita di masa yang akan datang.Cinta uang hanya menjerumuskan manusia pada penderitaan, bukan kebahagiaan!
Uang  atau  materi seharusnya  digunakan  sebagai alat  untuk memenuhi kebutuhanhidup dan sekaligus sarana untuk memuliakan Tuhan.  Dengan demikian  uang  menjadi berkat dan  bukan  kutuk dalam hidup kita.

Harmonisasi BacaanLeksionari
Keempat  bacaan  hari ini  menunjukkan  pada kita  betapa  Tuhan menghendaki  umat senantiasa  hanya  mengarahkan hidup  pada Tuhan. Bangsa Yehuda tidak mau mendengarkan petunjuk Tuhan ketika mereka  dikepung  pasukan Kasdim.  Yeremia  yang peduli terhadap bangsanya dan setia menyampaikan firman Tuhan untukkebaikan bangsa itu malah dipenjarakan. Sikap tersebut tentu tidak akan terjadipada orang yang hatinya selalu melekat pada Tuhan. Rasul Paulus berpesan agarTimotius dan para pelayan di jemaat Efesus senantiasa mengarahkan hidup merekapada hidup kekal yang disediakan Tuhan. Timotius diingatkan akan bahaya cintauang yang  bisa  menjadi jerat  dan  menjatuhkan para  pelayan  Tuhan. Mengutamakan kesenangan duniawi adalahsikap orang yang tidak mengenal Tuhan.

Pokok dan ArahPewartaan
Mengajak  jemaat  agar memperhatikan  panggilan  Tuhan untuk mengasihi dan peduli terhadap sesamanya

 Pertanyaan untuk diskusi:
1.Godaan apa saja yang dihadapi orang percaya untuk tetapsetia?
2.Apa yang terbaik yang dapat kita lakukan untuk salingmenjaga satu sama lain sehingga kita bisa tetap setia?


Postingan populer dari blog ini

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bp Suwondo

LITURGI ULANG TAHUN PERKAWINAN KE 50 BP.SOEWANTO DAN IBU KRIS HARTATI AMBARAWA, 19 DESEMBER 2009

Tata Ibadah Bidston Syukur Keluarga Bpk/Ibu Karep Purwanto Atas rencana Pernikahan Sdr.Petrus Tri Handoko dengan sdr.Nining Puji Astuti GKJ Ambarawa, 3 Mei 2013