ENGKAU ADALAH MESIAS
Bahan Pemahaman
Alkitab
GKJ Ambarawa, 15/17
Sepember 2009
ENGKAU ADALAH MESIAS
Ams. 1:20-33; Mzm. 116:1-9; Yak. 3:1-12; Mark. 8:27-38
Ams. 1:20-33; Mzm. 116:1-9; Yak. 3:1-12; Mark. 8:27-38
Pengantar
Harapan akan kedatangan Mesias sebenarnya tersebar di berbagai pelosok dunia. Di Jawa juga mengenal harapan akan datangnya sang Ratu Adil yang dinyatakan dalam ramalan raja Jajabaya dari
Di Israel, seorang rabi Yahudi yang sangat terkenal yakni
rabi Akiba pernah menganggap tokoh Simeon Bar Kokhba sebagai raja Mesias karena
dia memperlihatkan kemampuan yang hebat dalam melawan penjajahan Romawi pada
tahun 132-135. Pada waktu pemberontakan Bar Khoba pada tahun 132-135 terhadap
kerajaan Romawi diperkirakan penduduk Israel yang mati mencapai jutaan orang,
Bait Allah dihancurkan secara total, sebagian menjadi budak dan mereka yang
selamat harus terpencar ke seluruh penjuru bumi. Pemberontakan Bar Khoba
sungguh berakhir tragis. Karena sejak itu umat Israel kehilangan seluruh tanah
dengan masa depan yang suram. Mereka menjadi Israel “diaspora/tersebar” selama
hampir 2 milenium!
Sampai kini umat Israel menolak Yesus Kristus
sebagai Mesias. Alasan mereka adalah bahwa seorang Mesias harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
Membangun Bait Allah yang ketiga (Yeh. 37:26-28)
Mengumpulkan seluruh umat Yahudi dari seluruh pelosok dunia untuk kembali ke tanah Israel (Yes. 43:5-6)
Penjaga suatu era dunia yang damai dan mengakhiri segala kebencian, penindasan, penderitaan dan penyakit (Yes. 2:4).
Menyebarkan pengetahuan dan pengakuan akan AllahIsrael yang menyatukan seluruh umat
manusia dalam satu kesatuan (Zakh. 14:9).
Ke-Mesias-an Yesus Yang Bebas Dari Derita?
Di lubuk hati umatIsrael sepanjang masa makna
kehadiran seorang Mesias Allah tidak pernah lepas dari peran politisnya.
Pemahaman ini dilatar-belakangi oleh situasi umat Israel yang senantiasa berada dalam
penderitaan dan tekanan hidup dari para penjajahan bangsa asing. Itu sebabnya
saat kerajaan Romawi menguasai mereka, berulangkali muncul orang-orang yang
dianggap sebagai Mesias untuk membebaskan dari penindasan kerajaan Romawi. Umat
Israel
selalu mengharapkan kedatangan seorang Mesias Allah yang tangguh, tidak
terkalahkan, agung dan mampu membawa mereka kepada kesejahteraan yang
paripurna. Dengan demikian harapan mesianis umat Israel secara politis pada zaman
itu merupakan harapan yang kontekstual. Sehingga manakala mereka menyaksikan
betapa besar kuasa Yesus dalam membuat berbagai mukjizat, mereka segera
memiliki harapan yang begitu besar kepada Yesus. Mereka mengharapkan
Yesus dari Nazaret mampu membebaskan mereka dari belenggu penjajahan bangsa
Romawi dan membawa kesejahteraan umat Israel dengan kuasaNya yang mampu
menaklukkan alam dan menggandakan roti. Harapan tersebut juga tertanam
dalam diri para murid Yesus. Namun bagai petir di siang hari, mereka terkejut
saat Yesus menyatakan: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan
ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
bangkit sesudah tiga hari” (Mark. 8:31). Mereka yang semula begitu terobsesi
dan kagum dengan segala kuasa mukjizat Yesus, kini mereka mendengar suatu
pernyataan yang jauh dari harapan dan kerinduan mereka. Karena itu
tidaklah mengherankan jikalau Petrus segera memberi reaksi dengan menarik Yesus
ke samping dan menegor Dia (Mark. 8:32). Sebab konsep mesianis yang mereka pahami
adalah Mesias seperti Yesus tidak boleh sedikitpun menderita, ditolak oleh para
pemimpin agama dan mati terbunuh. Kematian seorang yang dianggap Mesias akan
membawa dampak yang begitu buruk dalam kehidupan umat Israel .
Namun sikap Petrus yang mewakili sikap para murid dan umatIsrael pada
umumnya justru dianggap oleh Yesus sebagai pola pikir dari Iblis. Di Mark.
8:33, Tuhan Yesus menegor Petrus, demikian: "Enyahlah Iblis, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia". Dengan pernyataan tersebut, Tuhan Yesus mau menyatakan bahwa
konsep mesianis mereka tidak sejalan dengan rencana dan pola pikir Allah.
Tentunya Allah sangat memahami penderitaan mereka yang saat itu dijajah dan
ditindas oleh bangsa Romawi. Tetapi penyelesaiannya bukanlah dengan perang dan
tindakan kekerasan. Sepertinya umat Israel telah melupakan pola kerja
Allah yang pernah membebaskan dari cengkeraman bangsa Mesir. Mereka keluar dari
Mesir bukan karena mereka mampu menaklukan tentara dan kekuasaan Firaun dengan
perang, tetapi melalui tangan Allah yang kuat. Umat Israel dapat
tetap eksis sebagai bangsa bukan karena kekuatan dan kepandaian mereka.
Di Ul. 9:4 Allah berfirman: “Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila
TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah
TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan
bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu”. Selain itu
penyelesaian suatu penindasan dan penderitaan tidak pernah dapat diatasi dengan
kekerasan dan perang.
Membangun Bait Allah yang ketiga (Yeh. 37:26-28)
Mengumpulkan seluruh umat Yahudi dari seluruh pelosok dunia untuk kembali ke tanah Israel (Yes. 43:5-6)
Penjaga suatu era dunia yang damai dan mengakhiri segala kebencian, penindasan, penderitaan dan penyakit (Yes. 2:4).
Menyebarkan pengetahuan dan pengakuan akan Allah
Ke-Mesias-an Yesus Yang Bebas Dari Derita?
Di lubuk hati umat
Namun sikap Petrus yang mewakili sikap para murid dan umat
Yang dikehendaki Kristus bagi setiap umat yang percaya kepadaNya adalah umat yang mampu membuktikan wujud dari jalan hidupNya yaitu kasih yang bersedia berkurban. Berita Injil yang kita kabarkan haruslah menjadi suri-tauladan dan pola karakter dalam setiap aspek kehidupan kita. Rasul Yakobus berkata: “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” (Yak. 3:2). Jadi melalui kehidupan dan perkataan kita yang tidak bercela, sesama dapat menyaksikan kehidupan dan karya Kristus yang menyelamatkan dan mendatangkan damai-sejahtera. Dengan pemahaman demikian, kita perlu segera menghentikan segala pola pengakuan iman yang verbalistis(hanya kata-kata) tetapi tidak dapat diwujudkan dalam perilaku yang nyata. Apa yang kita katakan haruslah lahir dari apa yang kita hayati dan imani dalam mengikuti Kristus sebagai satu-satunya jalan hidup kita.
Pertanyaan untuk
diskusi:
1.Menurut pengalaman saudara, siapakah Yesus menurut
saudara?
2.Mengapa Petrus ditegur oleh Tuhan Yesus?
3.Apa yang dimaksud dengan kata “menyangkal diri”?
4.Apa resep saudara supaya dapat mengendalikan lidah?